Hurt-Deep [1]

52 0 0
                                    

"Anjir, udah gue duga kita pasti menang" ucap salah satu pria yang kini tengah merebahkan tubuhnya diatas sofa, bersama dengan ke-tiga temannya.

"Itu semua sih gara-gara Arkan. Kalau aja dia gak nahan si David mungkin kita bakalan kalah" tutur salah satunya lagi.

"Iya, anjing banget emang tuh si David, masa tadi gue di dorong sama dia. Tuh, anak tenaganya sama kayak tenaga badak" ucap Aldi sambil membuka baju basket yang ia kenakan.

"Ya udahlah, yang penting kita udah menang"

"Pokoknya, kita harus ngerayain kemenangan kita kali ini" ucap Revan yang datang dari arah dapur dengan segelas minuman ditangan kanannya.

"Boleh tuh!" Timpal El dengan antusias.

Keempat pria yang kini tengah terkapar di sofa akibat pertandingan basket yang cukup menguras tenaga. Seusai pertandingan basket yang berhasil mereka menangkan, mereka bergegas kembali ke markas--atau bisa dibilang rumah yang mereka beli bersama. Rumah yang sederhana tapi sangat nyaman, walaupun hanya terdapat satu kamar tidur, satu kamar mandi, ruang tamu, dan dapur.

"Emang mau ngerayain kayak gimana?" Semua terlihat berpikir. Kecuali, satu orang yang kini tengah sibuk dengan pikirannya sendiri.

"Mm...gimana kalau kita makan-makan aja?" Usul El.

Tanpa diduga, Revan melemparkan bantal ke arah temannya tersebut. "Pikiran lo mah makan mulu! Bosen ah, gue maunya tuh kita ngerayainnya dengan hal yang beda"

"Maksud, lo?" Kini Aldi ikut menimpali.

"Gini, gimana kalau kita ngerayainnya dengan cara dare? Jadi, yang kalah harus ngedeketin satu cewek yang udah kita tentuin. Gimana?"

"Ngerayain kemenangan macam apaan tuh?!"

Revan berdecak. "Biarin sih. Sekali-kali kita ngerayain kemenangan dengan cara yang lebih menantang kek gini. Gimana? Setuju gak?"

"Gue setuju! Lumayan kan, siapa tau aja gue dapet cewek yang bening-bening kayak Steffany" Teriak El dengan antusias.

"Ah, lo mah cocoknya sama Beti, El!" Sontak perkataan tersebut mengundang gelak tawa Aldi dan Revan. Pasalnya, Beti adalah cewek yang selalu menjadi bahan ledekan El, karena kulitnya yang coklat kegelapan.

Revan menghentikan tawanya, meminta persetujuan kepada"Di? Ar? Lo setuju gak?"

"Gue sih, terserah" jawab Aldi.

Arkan yang sedari tadi terdiam. Kini angkat bicara. "nggak. Gue gak setuju. Lo aja sana kalau mau maen gituan mah"

"Ck. Ayolah, Ar. Kapan lagi kita ngerayain kemenangan kayak gini? Lagian, siapa tau aja ada keuntungan tersendiri buat lo" Revan mengedipkan sebelah matanya ke arah Arkan.

Arkan bergidik ngeri. "Apaan sih, lo. Jijik sumpah" tetapi lain hal dengan Revan yang hanya menyengir lebar.

"Ya?" Tanya Revan dengan pandangan memohon.

"Hmm" gumam Arkan. Revan pun tersenyum lebar dan ber'yes' ria.

"Oke. Jadi kita mulai aja ya Dare nya. Gue bakalan putar ini" sambil menunjukan benda yang akan digunakan "nanti, kalau dia berhenti dan nunjuk salah satu diantara kita. Berarti, dia yang kalah dan harus ngikutin kemauan kita. Udah jelas kan? Gue mulai, ya?"

Revan mulai memutar benda yang kini ditaruhnya diatas lantai. Benda itu berputar sangat kencang, hingga semakin lama benda tersebut berputar perlahan, hingga berhenti tepat di depan seseorang. Seseorang yang akan menjalankan rencana bodoh ini untuk pertama kalinya.

--Hurt Deep--

Seperti biasa. Pagi ini Luna berangkat ke sekolah diantar oleh kakaknya--Mike. Sesampainya di depan gerbang sekolah, Luna keluar dari mobilnya lalu berjalan memasuki sekolah.

Hurt DeepTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang