Hurt

200 7 1
                                    

"Adam..."

"Eumm,"

"... Kalau, suatu saat aku menghilang tanpa kamu tahu aku dimana, apa yang bakal kamu lakukan?"

"Kenapa bertanya? Ya, jelas gua gak bakal peduli. Lo kemana juga gak bakal gua cari,"

Mendengar jawaban itu, akhirnya gadis ini hanya bisa terdiam, walau ia tetap tersenyum.

"Itu bagus," jawabnya pelan, kemudian menyuap kembali nasi kedalam mulutnya.
.
.
.

"Ay,"

Terlonjak pemuda ini terbangun dari alam tidurnya.

Sebesit bayangan mimpi masa lampau itu memang kadang kali menyebalkan.

Menyadari semuanya terlambat.

Ia menghembuskan nafas kesalnya.

Bangun dari tempat tidur kecil itu, terbayang harusnya saat itu ia memberikan yang lebih besar.

"Sarapan Dam, ntar sakittt."

Adam menoleh sekilas pada perempuan yang ia anggap sialan terbesar dihidupnya itu kesal.

"Peduli apa, sih? Gua mau makan dikantor, bareng Anggi,"

Aggak lama gadis ini terdiam, walau pada akhirnya ia tetap menyahut perkataan Adam -pemuda itu, tak lupa juga memberi senyum hangat.

"Tapi Anggi gak pernah mau sarapan sama kamu, bukan? Selagi aku mengingatkan buat kamu biasakan sarapan tiap pagi, apa salahnya?"

"Lo siapa ngingetin?"

Segera senyum itu memudar, dipandangnya sedikit lama Adam dan berdesis pelan.

"Your wife,"

Kini suasana ruang makan itu senyap, dulu suara denting sendok besi dengan kuali beradu pagi-pagi buta selalu ada, tirai jendela juga ada yang suka membukanya agar rumah tidak gelap.

Tapi itu semua sudah berakhir.

Kalau saja Adam tahu, dia bakal makan masakan gadis itu setiap pagi -sebanyak mungkin, ngobrol lebih banyak daripada ia memberi sindiran, atau sekedar memeluk gadis itu.

"Adam Adam Adam..." teriakan serta lari kecil perempuan yang padahal usia remajanya sudah lewat 7 tahun lalu.

"Supaya ngapa lo begitu?"

"Nggak ngapa-ngapa, hanya ingin mengantar suami aku tercintah,"

Ia memeluk Adam erat.

"Hehh hehh hehh, cewek gila! Lo tahu hubungan kita nggak seperti yang orang-orang pikirkan,"

Adam melepaskan pelukan gadis itu.

"Iya, tapi kann cuma kamu yang beranggapan begitu, aku mahh enggak," jawaban sederhana mengedikan bahu.

"Bodoh,"

"Cinta,"

Mana ada istri yang dia bilang dirinya cinta sayang sama suaminya, tapi membiarkan suaminya tetap bertemu dengan mantan kekasih yang mereka pisah karena Adam menikah.

Gadis yang dinikahinya itu hasil perjodohan, juga teman kecilnya yang dari dulu memang selalu menempel padanya.

Setelah tahu semua itu, dunianya serasa berputar.

Sampai kantor mengerjakan berkas, meeting, tanpa makan -kebiasaannya.

Mengenang dulu, puluhan missed call bakal ada dari isterinya, menyuruh makan.

HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang