Rara duduk sendirian di kursi taman karena saat ini mereka sedang istirahat , juga sebab Rina sahabatnya sedang berada di kantin . Namun Rara tak hanya sekadar duduk, tetapi memperhatikan sosok jangkung yang tengah berbincang seru dengan sahabat-sahabatnya di depan lab Biologi yang tepat berhadapan dengan taman yang di duduki Rara . Sosok yang menjadi objek pengamatan Rara yaitu Rei, lelaki yang seangkatan dengannya , yang penuh dengan karisma dan terkenal populer di sekolahnya itu, yang sangat di puja-puja para gadis tak terkecuali Rara .
Saat sedang memperhatikan Rei, tiba-tiba saja tatapan matanya bertabrakan dengan manik elang milik Rei . Rara langsung saja mengalihkan pandangan, tepat dengan datangnya Rina dari arah kantin yang membawa 2 botol floridina . Rara langsung tersenyum ke arah Rina sekaligus menyembunyikan kegugupannya agar tidak terlihat jelas dimata Rei .
Dari kejauhan, Rei tampak mengernyitkan kening karena sosok yang menatapnya tadi kini sudah sibuk dengan dunianya sendiri dan gantianlah Rei yang menatap sosok itu , Rara gadis dengan rambut sepinggang yang hitam legam membuatnya nampak manis . Rei langsung menggeleng kuat , merasa tidak suka karena sempat melirik gadis yang paling ingin ia hindari di muka bumi ini . Kemudian ia mulai sibuk lagi dengan percakapan sahabat-sahabatnya bahwa di kelas 10 , ada murid baru yang katanya sangat cantik namun Rei hanya menanggapinya malas sebab cinta pertamanya membohonginya dan membuat Rei jadi bagaikan es terhadap cewek manapun kecuali mama dan kakaknya.
Rara masih sok sibuk dengan tidak menatap Rei . Karena sejujurnya ini sudah tepat setahun ia mengagumi Rei walau hanya dari jauh . Kini mereka juga sudah sama-sama menginjak bangku kelas 2 SMA . Kelas mereka juga bersebelahan . Rina yang sadar bahwa sikap Rara mendadak jaim langsung mesem-mesem menggoda Rara karena ia tau Rara mendadak jaim sebab ada Rei dan sahabat-sahabatnya yang populer .
"Jaim banget sih neng." Sikut Rina , sedang Rara hanya bisa melotot menatap Rina .
"Apaan sih, Rin." Cemberut Rara dengan tangan yang di lipat dan wajah yang ditekuk .
"Lo beneran suka dia, Ra?" Tanya Rina sambil memegang kedua bahu Rara dan menatap Rara dengan pandang was-was . Sedang sosok yang ditanya hanya mengangguk dengan wajah yang perlahan-lahan memerah . Tentu saja jika ditanyai kalau apa yang menjadi fakta, Rara akan menjawabnya dengan senang hati sebab Rara juga tak pandai dalam hal membohongi orang apalagi sahabatnya sejak SMP, Rina .
Namun sampai sekarang Rina belum tau bahwa sebenarnya Rei dan Rara pernah sahabatan dari Tk sampai lulus SD . Semuanya berubah saat mereka menginjak bangku Smp, Rei jadi sedingin es bahkan hatinya pun sekeras batu . Sampai sekarang pun Rara bingung dengan apa yang terjadi, setiap kali berpapasan dengan Rei, Rei selalu cuek bahkan hanya menganggap Rara angin lalu . Padahal seingat Rara ia tak pernah berbuat apapun yang akan membuat Rei marah dan sebagainya .
Rina mengibaskan tangan di depan wajah Rara. Sedang Rara seperti tak bereaksi , hanya sibuk dengan lamunannya tentang Rei . Maksud Rina adalah agar Rara melihat Rei yang lewat tadi bersama sahabat-sahabatnya .
Kringg...!!!
Bunyi bel masuk menggema di seluruh penjuru SMA Melati Sukma .Rara langsung saja sadar dari lamunannya . Bangkit berdiri dari duduknya, lalu menggandeng lengan Rina agar segera ke kelas .
Selama di perjalanan, Rara hanya diam mendengarkan Rina yang bercerita tentang gebetan barunya di kelas 10 sedang Rara hanya bisa tersenyum karena orang yang disukai Rina juga menyukai Rina . Sungguh hal yang membuat Rara iri ."Ra, gue ke wc dulu ya." Ucap Rina, "Lo duluan aja ke kelas." Lanjut Rina lagi. Rara hanya mendesah pelan kemudian mulai melangkah sambil menunduk .
'Bukk'
Rara meringis karena mungkin kepala tertabrak dagu seseorang . Rara belum mengangkat kepalanya untuk menatap orang tersebut, tetapi mengusap kepalanya pelan agar sakitnya mereda .
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love, Ice Prince
FanfictionSaat ini aku tengah jatuh cinta pada seseorang , namun seseorang itu hanya bisa ku cintai sebatas punggungnya saja , hanya bisa mengaguminya dari kejauhan dan satu hal lagi yang menjadi fakta bahwa ia telah melupakanku yang notabene sahabatnya sejak...