PART : 1

205 61 22
                                    

FELICIA POV

Pagi yang masih gelap, awan awan masih mengumpul di langit,matahari masih malu - malu keluar dari persembunyiannya, yang belum siap menyinari alam semesta ini. aku terbangun dari tidur nyenyakku setelah mendengar suara yang sangat nyaring menggelegar mengisi kekosongan ruang kamarku, yang nyatanya berasal dari benda mungil yang berwarna hitam tepat disebelah telinga kiriku, yaitu jam weker.

Aku terlonjat kaget bangun dengan posisi duduk dan tak lupa buru buru mematikan benda itu agar tidak mengeluarkan suara yang membuat telingaku rusak. Aku duduk sejenak sambil memikirkan sesuatu, tapi! Entahlah aku gak tau harus memikirkan apa.

Mataku mulai menyapu ke seluruh sudut ruangan kamar dan akhirnya berhenti pada satu benda yang sangat menarik terpajang manis di atas meja belajarku. Yang mana benda itu sangat berarti di dalam hidupku, yaitu boneka beruang yang berukuran tidak terlalu besar berwarna coklat muda bercampur warna krem pemberian dari sahabat kecilku yang sudah enam tahun lamanya telah meninggalkanku.

Aku berdiri, berjalan menuju benda itu dan mengambilnya, setelah itu jalan kembali lagi ke tempat tidur dan duduk dipinggir ranjang tempat tidurku, aku memeluk boneka itu sangat erat sambil membayangkan dulu bagaimana sahabatku memberikan ini kepadaku

Waktu itu tepatnya saat aku dan dia berusia 10 tahun, aku dan dia sedang bermain di taman yang tak jauh dari rumahnya, taman ini sangat luas dan hijau, banyak rerumputan hijau tumbuh di tanah taman ini, ada juga banyak pepohonan yang tumbuh disekitar taman ini yang akan memberi kesan sangat sejuk dan asri.Aku mengedarkan pandang hingga mataku berhenti di suatu benda yang tertarik bagiku yaitu ayunan.

Aku dan dia menghampiri ayunan itu. Karena ayunan itu memiliki satu tempat duduk, akhirnya sahabatku mengalah supaya yang menaiki ayunan itu aku, sementara dia memilih mengayunkan ayunanku dari belakang.

Ayunan ini berayun sesuai irama angin yang berhembus, rambutku berterbangan disapu oleh angin, sampai-sampai mukaku tertutup rambut saking kencangnya dorongan ayunan ini.

Aku menikmati hembusan angin yang mulai menusuk nusuk kulit dan ragaku. Saking nikmatnya aku memejamkan mataku merasakan hembusan angin ini.

Ketika ayunanku sedang kencang kencangnya berayun tiba - tiba aku merasa ayunanku perlahan lahan memelan, aku membuka mata dan menoleh kebelakang melihat sahabatku, Max berhenti mengayunkan ayunan ini, karena aku bingung dengan sikapnya akhirnya aku bertanya

" ada apa Max,kok tiba - tiba berhenti?", Tanyaku heran. Dari wajahnya aku melihat ada sorot yang ingin dia tunjukan padaku

"Mmm...itu,Oh ya Cia bentar ya Max mau ke dalam rumah Max dulu", ujar Max pelan. Sebelum aku ngomong lagi Max sudah lari ke arah rumahnya.

"Mmm.. Max kenapa sih,aneh,gak biasanya begitu", gerutuku pelan hampir tak didengar telinga.

Tak lama kemudian Max keluar dari rumahnya dalam keadaan kedua tangannya kebelakang badan

'kayaknya Max bawa benda sesuatu di belakang badannya deh'pikirku.

Max berlari menuju kearahku, dan berdiri tepat dihadapanku sambil mengulurkan tangan kanannya sedangkan tangan kirinya kebelakang memegang sebuah benda. Kini wajahnya menggambarkan tak dimengerti, membingungkan.

dengan perasaan bingung, aku menerima uluran tangannya dan berdiri.

"tutup matamu dah Cia", ucap Max tersenyum mengisyaratkanku untuk menutup kedua mataku.

AMNESIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang