Halo, salam kenal. Namaku Halzen Fluodrence Beatricks. Tapi, biasanya semua kenalanku memanggilku Zen.
Mungkin aku akan bercerita sedikit tentang kehidupanku sebelum menjadi model seperti sekarang.
Silakan disimak
***
Aku lahir di keluarga yang bisa dibilang sangat berkecukupan. Ayahku adalah seorang pengacara terkenal, sementara ibuku adalah seorang desainer. Bisa dibilang kehidupanku terlihat bahagia, tapi sebenarnya tidak.
Orangtuaku membuka sebuah butik di kota tempat kami tinggal, kami juga memiliki beberapa pegawai terpercaya yang ditugaskan untuk mengurusnya. Aku pun diurus oleh beberapa maid yang tugasnya berbeda-beda. Ibuku dan ayahku selalu bepergian, entah menemani ayah yang mendapat panggilan ke luar negeri atau ayah menemani ibu untuk menghadiri semacam pameran busana sementara aku sering ditinggal hanya bersama maid.
Sejujurnya aku tidak begitu pandai bergaul dengan orang, karena itu semasa sekolah aku tidak memiliki banyak teman. Yah, mungkin beberapa teman dekat ada. Tapi, kemudian mereka menjauhiku karena aku terlalu baik untuk mereka (mereka bilang begitu sendiri padaku, entah karena apa).
Karena kesepian itu, kalau pulang ke rumah aku selalu menggambar *ketawa pelan* aku memiliki beberapa karya lamaku di rumah, mungkin kapan-kapan akan kuperlihatkan.
mari skip masa kecilku.
Selama 7 tahun aku hidup kesepian, tiba-tiba orang tuaku pulang membawa sesuatu yang asing. Dia kecil, rapuh dan lucu. Dia Neyza, adikku.
Bayi kecil itu membawa secercah cahaya di kehidupanku yang gelap, selama beberapa bulan juga orangtuaku ada di rumah sambil mengurus bayi kecil itu. Selama itu pula, aku merasakan kehangatan sebuah keluarga.
Tapi, tentu saja itu tidak bertahan lama. Akhirnya setelah tiga bulan, orang tuaku kembali pergi ke luar negeri untuk pekerjaan mereka dan kudengar.... Orang tuaku tewas ditembak teroris yang menyabotase pesawat yang mereka naiki. Sampai beberapa minggu aku tidak masuk sekolah, aku terus memandangi Neyza yang tertawa dan tersenyum padaku. Itu sedikit melegakan.
Karena aku tahu harta orangtuaku lama-lama akan habis, jadi aku memberhentikan beberapa maid yang bekerja dan menyisakan beberapa yang paling aku percaya untuk mengurus butik dan Neyza. Sementara aku sekolah. Aku juga meminta bantuan kepada keluarga dari ayah dan ibu untuk membantuku yang saat itu baru kelas 5 SD untuk mengurus hal-hal yang kami perlukan.
Kehidupanku berjalan cukup normal sampai pada saat adikku berumur 5 tahun, ia terkena demam tinggi. Aku saat itu masih di sekolah, dan salah satu pekerjaku menelpon ke sekolah. Tentu saja aku buru-buru pulang. Saat aku sampai, kepala adikku sudah di perban, nafasnya pun tersengal. Untungnya di sebelah adikku sudah ada dokter yang menanganinya, jadi aku agak sedikit tenang.
Beberapa hari setelahnya, aku merasakan hal yang aneh pada adikku. Dia yang awalnya pandai berjalan, jadi sering jatuh. Saat kubawa dia ke dokter, dokter bilang adikku mengalami trauma kepala yang menyebabkan dia terkena penyakit ALS (Amyotrophic lateral sclerosis). Penyakit ini mengganggu saraf di kakinya sehingga ia sering jatuh. Dan disitulah aku tahu bahwa pada saat adikku demam, ia berjalan menyusuri tangga karena ingin bertemu denganku kemudian ia terjatuh dan kepalanya terbentur cukup keras.
Kehidupanku semakin tak tenang. Aku lagi-lagi harus memberhentikan pekerja di rumah untuk meminimalisir pengeluaran karena adikku membutuhkan biaya terapi berkala untuk membuat sarafnya normal kembali.
Aku yang waktu itu sudah SMP mau tidak mau harus meninggalkan semua teman-temanku di sekolah untuk mengurus adikku. Makin lama, keadaannya makin baik. Dengan terapi yang dilakukan setiap bulannya, frekuensi jatuh adikku makin minim, dia juga sudah bisa memasak makanan simple.
Masuk SMA, kehidupanku semakin membaik, adikku yang memilih home schooling sudah bisa mengelola usaha kami. Kami juga mendapat bantuan dari sepupu jauh untuk mengurus rumah tangga. Dan aku,.... Mendapat tawaran menjadi model.
Tadinya aku ingin menolak tawaran itu, tapi adik dan sepupuku menyarankan untuk ikut. Setelah mencoba ikut beberapa sesi, aku berniat berhenti karena jadwalnya membingungkan. Saat kupikir inilah saatnya untuk keluar, tawaran malah semakin banyak dan uang pun mengalir deras. Aku tidak bisa menolak karena aku pun membutuhkan uang untuk biaya hidupku dan adikku.
Kupikir menjadi model tidak sesulit artis, tapi ternyata sama saja. Aku harus pergi ke luar kota bahkan luar negeri hanya untuk pemotretan (kadang shooting iklan juga, sih). Aku benar-benar ingin berhenti karena tidak bisa meninggalkan adikku terlalu lama. Namun, kemudian adikku bilang,
"Kak, aku ingin kakak sukses disana. Asalkan kita selalu saling menghubungi satu sama lain, aku yakin tidak ada diantara kita yang akan kesepian. Jadi, kakak berjuanglah.. untuk kita"
.
.
.
*lap air mata*
Ah,.. maaf. Aku mendadak baper hahaha.
Yah, begitulah cerita hidupku sampai saat ini. Oh, menjadi model juga membuatku mengasah kemampuan desainku karena kadang aku juga yang setor barang ke butik hahaha.
Mungkin segitu dulu ceritaku, lain kali aku akan cerita lagi.
Terima kasih sudah membaca ^^