A/N: Yak, works yang ini eike jadiin kumpulan cerita pendek / flash fiction / one shoot aja deh. Untuk sekedar menulis lepas.
***
BLURB
Andra dan Una saling mencintai, itu benar adanya. Tapi ada kalanya, di dalam satu menit hidupnya, Una membayangkan jika ia bukan milik Andra.
BACKGROUND SOUND
Walking Back Home - Vira Talisa***
Peluk di Pagi Hari
Andra dan Una mungkin menikah karena mereka saling mencintai. Tapi bukan jenis cinta seperti pada umumnya. Yang menggebu-gebu, penuh perasaan untuk saling memiliki, serta kupu-kupu yang berterbangan di perut. Andra menyayangi Una, karena baginya Una perempuan lembut dan baik hati yang mampu mengisi hidupnya. Una menyayangi Andra, karena Andra pria bertanggung jawab dan nggak pernah neko-neko dalam hidupnya.
Namun sesungguhnya, Una menyimpan sesuatu yang Andra tidak pernah tahu. Dalam lubuk hati Una yang terdalam, hanya ada satu laki-laki yang membuatnya merasakan cinta yang menggebu-gebu, penuh perasaan untuk saling memiliki, serta kupu-kupu yang berterbangan di perut. Rey. Keyakinan lah yang membuat mereka tidak bisa bersatu. Sebuah prinsip yang tak bisa ditolerir oleh keduanya.
Sesungguhnya, bukan Andra tak tahu tentang apa yang Una pendam. Andra tahu, tapi ia tak ingin menunjukkannya. Andra tahu, Una tidak mencintainya sedalam ia mencintai Rey. Karena buatnya, ada hal-hal yang tak perlu dibahas agar mereka berdua tak mengingatnya, agar semua berjalan normal seperti biasanya.
***
Una membalikkan tubuhnya di atas kasur. Memunggungi Andra. Ditariknya selimut yang menutupi sebagian tubuhnya hingga ke leher. Pagi itu ia terjaga. Adzan subuh belum berkumandang. Ia memang terbiasa bangun di pagi hari sebelum subuh untuk menyiapkan kebutuhan untuk hari itu sebelum ia berangkat kerja. Tapi ini hari Minggu dan ia sedang haid. Maka yang Una lakukan adalah terdiam. Menatap lurus ke depan. Mengingat Rey.
Rey belum menikah. Una sendiri tak tahu apakah ada perempuan yang bisa menyeimbangi Rey. Perempuan yang selalu punya pendapat akan semua hal namun lembut seperti Una. Sejak pertama kali Una membuka pintu hatinya pada Rey, Una tahu, memberikan hidupnya pada Rey hanya terjadi di kepalanya saja. Meski Una pernah sempat berharap semua itu menjadi nyata. Una memejamkan matanya lagi, membayangkan adegan itu di kepalanya. Una tahu, pikiran itu mengkhianati Andra. Tapi, Una pikir, Andra tak perlu tahu bukan? Bukankah Andra sudah memenangkannya dari Rey? Andra sudah memiliki Una seumur hidupnya? Una berbisik dalam hatinya, jika Andra sudah memiliki Una seumur hidupnya, izinkanlah Rey memiliki Una barang semenit saja. Meski hanya dalam pikiran Una saja.
Andra bukan belum bangun. Ia terjaga kala Una menarik selimut, membuat Andra merasa ada sebagian tubuhnya yang tidak terbalut selimut lagi. Andra terdiam menatap punggung istrinya. Andra tahu, Una sudah terjaga. Dan kalau Una terjaga, Una tak bisa tidur lagi. Ini memang waktu-waktu Una terbangun untuk mempersiapkan segala kebutuhan mereka di hari itu. Andra memang merasa beruntung memiliki Una. Dulu Andra tidak peduli mau sarapan apa pagi itu, makan malam atau tidak. Tapi sekarang berbeda. Una selalu menyiapkannya untuk Andra dan sesungguhnya, Andra tak pernah meminta. Pakaian Andra selalu rapi dan wangi. Andra tidak pernah memintanya, tapi Una memberikannya begitu saja. Meski Andra tahu, ia tidak sepenuhnya memiliki Una. Meski begitu, Andra tetap mengucapkan terima kasih pada Una. Karena dengan separuh hatinya saja, Una sudah bersedia memberikan hidupnya untuk memedulikan Andra.
Andra mengelus rambut Una yang tergerai di atas bantal dengan cantiknya. Andra suka wangi rambut Una. Andra suka wangi kulit Una ketika bangun tidur. Seperti pagi itu. Niat Andra hanya ingin menatap punggung Una, namun Andra tak tahan ingin membelainya, lalu ketika mencium aroma rambut dan kulit Una, ia semakin tak tahan ingin mendekapnya. Andra pikir, biarlah Rey memiliki Una dalam pikiran Una. Tapi Una milik Andra seutuhnya. Dan itu tak bisa terbantahkan. Andra pun melingkarkan tangannya ke pinggang Una, merapatkan punggung telapak kakinya ke betis Una, merapatkan hidungnya ke tengkuk Una. Seolah mempertegas kepemilikannya akan Una.
Pelukan Andra membuyarkan khayalan satu menit Una. Mata Una pun terbuka lagi kala ia merasakan hembusan napas Andra di tengkuknya. Kala itu Una sadar, bukan tak ada cinta sama sekali untuk Andra. Kalau Una tidak ada perasaan sama sekali pada Andra, tidak mungkin ia dengan ikhlas memberikan seluruh hidupnya untuk Andra. Una pun membalikkan badannya. Dilihatnya Andra masih terpejam. Meski Una merasa bahwa Andra sudah terjaga dari tidurnya. Una merapatkan tubuhnya ke tubuh Andra, menempelkan kedua tangannya di dada Andra dengan tangan Andra yang masih melingkar di pinggangnya, lalu menyelipkan tungkai kaki kirinya di antara kedua tungkai kaki Andra. Kalau Una tidak sedang berhalangan, mungkin mereka akan lanjut bercinta sampai matahari muncul dari peraduannya. Tapi pagi itu, keduanya tetap berusaha memejamkan mata. Menikmati pelukan penuh kasih sayang. Tak peduli siapa yang lebih mencintai siapa, tak peduli seberapa penuh hati yang diberikan. Karena pelukan hangat bisa mencairkan segalanya. Termasuk separuh hati lagi yang perlahan mulai luluh.
***
F I N
KAMU SEDANG MEMBACA
70 Floors of Memories (Kumpulan Cerita Pendek)
Short StoryBagaimana kalau hidup kita terdiri atas puluhan lantai? Kemudian kamu berjalan jauh sampai ke lantai paling dasar, melihat kenangan yang kamu lupakan..