→→→→
Bahkan butuh satu bulan bagi Ruth untuk melupakan rasa jengkel yang disebabkan oleh laki-laki misterius yang ada di mimpinya. Beberapa kali Ruth berinisiatif untuk tidak tidur karena kecemasan berlebihannya. Namun, inisiatifnya hanyalah angan-angan. Mata bulatnya tetap tidak pernah bisa untuk menahan kantuk.
Bahkan di saat Ruth terbangun, ia masih memikirkan laki-laki yang selalu menghampirinya di dalam mimpi. Hal ini sangat menyebalkan baginya.
Ruth sampai di kota ini satu tahun yang lalu, bersamaan dengan mimpi itu. Ruth pindah ke kota ini untuk melanjutkan study di universitas impiannya. Di samping dengan mimpi menjengkelkan itu—sejujurnya—Ruth cukup terhibur dengan keindahan kotanya yang sekarang dan Ruth sempat kesal setelah mengingat bahwa ia tidak memiliki kerabat maupun sanak saudara di kota seindah ini. Hal tersebut membuatnya terpaksa untuk harus menyewa rumah. Ruth memilih rumah kecil yang sederhana, namun sejuk untuk ditempati. Sisi yang paling disukai oleh Ruth adalah halaman belakang. Halaman belakang rumahnya terdapat teras kecil yang menghadap barat, sempurna untuk melihat matahari terbenam saat senja. Menurutnya, suasana itu sangat cocok dengan hobinya yang menyukai membaca buku dan diselingi dengan meminum teh hangat. Bulu tangan Ruth dibuat berdiri karena membayangkan moment yang sempurna seperti itu. Pikiran Ruth masih melayang tidak menyangka akan mendapatkan rumah yang seindah ini.
✎ 。 。 。 。 。 。
Ruth membangunkan tubuhnya dari tempat tidur kesayangannya dan menoleh kearah cermin di meja rias. Ruth menyadari betapa berantakannya dirinya setelah memikirkan hal-hal gila setiap hari. Kaki mungil Ruth menyentuh dinginnya lantai di pagi hari. Ini bukanlah sesuatu yang jarang ia rasakan, tetapi ia menyukai betapa dinginnya lantai itu.
Ruth melanjutkan langkahnya ke bilik kamar mandi dan mandi selama beberapa menit. Hanya 30 menit.
Ruth melihat jam yang tergantung pada dinding putih kamarnya.
Hari ini Ruth memutuskan untuk pergi ke psikolog. Tidak, Ruth tidak gila. Ruth mengatakan hal yang benar. Ruth tidak pernah mengada-ngada dengan mimpi itu. Ia berpikir bahwa suatu hal yang aneh baru saja menimpanya dan ia hanya ingin tahu apa yang telah terjadi kepadanya atau ia akan benar-benar gila.Ruth menatap cermin yang ada di depannya lalu menghembuskan nafas dengan berat. Hidup Ruth sangatlah tenang, kecuali pada malam hari saat ia ingin beranjak tidur. Jika saja mimpi itu tidak menggentayangi Ruth setiap ia tertidur, Ruth tidak akan pergi ke psikolog pagi ini.
"Aku harus tahu semuanya.
Aku harus mengikat jarak padanya."
Pikirnya.Ruth tersenyum puas saat berpikir ia akan benar-benar bebas setelah pulang dan tertidur lagi nanti malam.
"Andai ada spasi antara aku dan laki-laki itu. Ah, mungkin ada. Spasi kita adalah saat aku terbangun. Dia tidak akan datang saat aku terbangun. Ah, dia tidak akan datang, kan?"
Batin Ruth.Ruth segera bergegas meninggalkan kamar dan melangkah keluar rumah. Terik matahari pagi seakan-akan meluapkan semua masalahnya. Tapi itu tidak akan mengurungkan niat Ruth untuk pergi.
「❀」
"Oneirophobia. Setelah mendengar cerita anda, kesimpulan awal saya mungkin anda saat ini mengalami sebuah kecemasan yaitu oneirophobia"
"Eh? Oneiro— phobia? Apa itu?" Ujar Ruth.
"Phobia terhadap mimpi. Menurut saya, itu bukanlah mimpi buruk. Tetapi, karena anda takut untuk bermimpi, maka mimpi tersebut akan menjadi mimpi buruk bagimu sehingga anda tidak jarang merasa gelisah atau cemas setelah menghadapi mimpi tersebut."
Ruth hanya mengangguk paham. Ia mengerti namun, ia merasa tidak puas dengan jawaban yang baru saja ia dengar. Ruth merasa psikolog tersebut belum seluruhnya memahami isi perasaannya.
"Apakah ada terapi untuk menyembuhkannya?" Tanya Ruth.
"Ada, saya akan mengatur jadwal untuk pertemuan kita selanjutnya. Dengan menjalani terapi dengan rutin, saya harap anda bisa cepat melepas kecemasan anda."
─ To be continued ─
YOU ARE READING
Who Are you?
Romance→ Bisakah kau tidak mengikutiku lagi? Bisakah kau tidak menemuiku lagi? Kau seharusnya tau, Aku sangat takut Aku sangat gemetar Aku sangat menggigil Apa hadiah yang kau dapat dengan membuatku ketakutan begini?