Hai kenalkan aku Aira. Siti Khumairah Abdullah lengkapnya. Aku bule loh, tapi gak bisa ngomong Bahasa Inggris, kenapa?. Karena aku asli Yogya. Ibuku asli suku Jawa nah darah keturunan bule yah dari Bapakku. Bapak yang gak pernah aku lihat bahkan potonya ajah Ibu gak punya. Bukan karena Ibu wanita murahan hingga akhirnya mempunyai anak bule, ceritanya sangat-sangat panjang. Itupun Ibu cerita setelah aku menginjak usia 14 tahun.
Selama 13 tahun yang kutahu Bapakku adalah Abdullah.
Bapak yang sangat penuh kasih sayang. Bapak yang sangat setia sama Ibu, sangat sederhana. Walau Bapak hanya berprofesi sebagai guru. Bapak sangat kaya hati tak pernah lelah memberi kasih sayang kepada keluarganya. Itu gambaran Bapak yang kuanggap Bapak kandungku. Walau secara fisik kami sangat jauh berbeda tapi bathin kami sangat dekat itu karena Bapak merawatku seperti anak kandungnya sendiri.
Ibuku Rahayu, Beliaupun sebelas duabelas sifatnya dengan Bapak. Ibu yang lemah lembut namun tetap wanita yang tegar. Buktinya walau Ibu mendapat cobaan mengandung anak yang tidak diinginkan, Beliau tetap melahirkanku. Merawat dan membesarkanku dengan kasih sayang. Mungkin karena sifat orang Jawa yang selalu nerimo.
Kami tinggal di pelosok Yogya, rumah peninggalan eyangku,Bapaknya Ibu. Disini masyarakatnya sangat baik, bahkan ketika Ibu datang dengan permasalahannya, mereka bergotong royong menguatkan Ibu, memberi semangat. Tidak pernah mencemoh atau menggosip yang tidak-tidak kepada Ibu. Karena mereka tahu sedari kecil sifat Ibu seperti apa. Mereka bahkan seperti keluarga dalam suka dan duka. Aku sangat mencintai kampung kami. Kampung dengan sekumpulan orang-orang yang kaya hati dan kaya iman.
Di suatu pagi , hari minggu ketika aku libur sekolah. Berkumpulah Bapak dan Ibu yang kucintai.
"Ndok,ada beberapa hal yang mau Ibu ceritakan kepadamu" Kata Ibu sambil mengelus-elus wajahku, aku pun berbaring di pangkuannya.
Kutatap wajah mereka bergantian, dibenakku beribu-ribu pertanyaan.
Apa yang akan mereka jelaskan?
Akankah ini berhubungan dengan wajahku yang jauh berbeda dengan anak kebanyakan di kampung kami?
Ataukah aku sebetulnya hanya anak pungut karena aku lebih mirip dengan anak-anak turis yang ke candi Borobudur.
Tetapi senyumku sangat mirip dengan Ibu.Ku enyahkan pertanyaan-pertanyaan itu lebih baik kudengar penjelasan Ibu dan Bapak dengan seksama.
"Kamu anak yang periang Aira," kata Bapak memulai pembicaraan
"Dan sekaranglah saatnya kamu mengetahui asal-usul wajahmu yang bule" lanjut Bapak.
Ibupun bercerita bahwa memang benar Bapak yang selama ini kupanggil Bapak bukanlah Ayah biologisku. Ketika Ibu berusia 18 tahun, kampung kami mengalami musim paceklik dan waktu itu kondisi Eyang sedang sakit keras, jadi membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Hingga akhirnya Ibu bekerja di Jakarta, ikut dengan mbok Darmi adik Eyang. Mereka bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Nah rumah majikan Ibu adalah seorang ekspatriat Mr. Hobel Andrew dan istrinya yang seorang pribumi Mrs. Lusy Andrew.
Ibu Lusy majikan yang sayang sama Ibu, itu dikarenakan dia tidak memiliki anak. Ibu diajarkan bahasa Inggris, diajarkan budaya-budaya luar. 1 tahun bekerja Ibu dan Mbok Darmi sangat bersyukur dan yang paling penting adalah Ibu bisa mengirim uang untuk biaya berobat Eyang dikampung.
Kemudian setelah setahun, datanglah keponakan Mr Hobel, yang berlibur selama 4 bulan di Jakarta. Dia kemudian jatuh hati dengan Ibu, akupun yakin, lelaki mana yang tidak terpesona dengan kecantikan Ibu. Wanita yang sangat ayu, kecantikan yang luar biasa sebagai wanita Indonesia.
Mrs. Lusy dan suaminya sangat menyetujui, tetapi Ibu menolak, itu dikarenakan cintanya yang sangat besar kepada pemuda sekampung Ibu. Dengan halus ibu menolak tawaran keponakan Mr.Hobel agar menerima cintanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bule From Yogya
RandomPetualangan hidup seorang anak remaja bule yang hanya jago berbicara Jawa dan Indonesia