~~~ 1 ~~~

9 1 0
                                    

Kisah ini bermula ketika Ariana masih duduk di bangku SMP kelas 1. Saat itu, seperti biasa, ia pulang sekolah dengan dijemput sopir. Dari sekolahnya, mobil pun menuju ke sekolah kakaknya, Ariani, yang sudah kelas 3 SMA. Kata Ayah, kalau masih mengantar Ariana pulang lebih dulu, akan memakan waktu lama untuk kembali menjemput kakaknya itu.
Tau gak, di kantin sekolah kakak perempuannya itu, ada penjual makanan kesukaannya, yaitu batagor. Biasanya, sambil menunggu sang kakak keluar dari kelasnya, ia akan ke sana dan menikmati seporsi batagor, dan segelas jus stroberi.

Begitu mobil telah benar-benar parkir, Ariana segera turun. Ia berjalan sambil melihat trio jarum jam di arlojinya yang bergambar Doraemon. Ah, masih setengah jam lagi si kakak akan keluar dari kelasnya.

Sayang beribu sayang..
Ariana agak kecewa.. Penjual batagornya, libur..
Apa boleh buat? Ia lapar.. Maka, ia putuskan untuk memesan mie ayam dan segelas jus stroberi.
Ketika ia mulai makan.. Datanglah sekelompok siswa. Dihitungnya, mereka bertiga. Yang satu berbadan tinggi, tegap, dan berkulit sawo matang bernama Bima. Teman yang duduk di sebelahnya agak pendek, dan berwajah pribumi, namanya Rendy. Sedangkan teman yang duduk di depannya berwajah indo, rambut klimis, dan badannya cukup berisi, tapi tidak gendut. Namanya Mara.
Bima: "Lama amat, Bu.. pesenannya! Gara-gara si nyebelin Pak Dante.. Kita baru bisa istirahat jam segini.."
"Sabar, Den Bima..," sahut ibu paro baya penjual mie ayam itu sambil meracik bumbu, lalu mengaduk-aduk mienya.
Lalu, Rendy menimpali..
Rendy: "Ya juga, sih.."
Logat Jawanya kental banget..
Dengan nada datar, dan wajah tanpa ekspresi, Mara bicara..
Mara: "Semuanya gara-gara si cewek sok perfect itu.. Ariani!"

Ariana hampir tersedak, ketika mendengar nama kakaknya disebut. Beruntung, ia memilih untuk menyimak pembicaraan mereka bertiga dengan baik.

Bel sekolah berbunyi. Hampir serentak semua siswa-siswi berseragam putih abu-abu keluar dari kelas masing-masing. Ariana menunggu Ariani tepat di depan gerbang sekolah. Tapi, hingga sekolah hampir sepi, yang ditunggu tak juga keluar. Apa mungkin?? Setelah ia pastikan tak ada yang keluar dari kelas Ariani, ia segera berlari ke belakang sekolah. Terlintas dalam benaknya, peristiwa buruk terjadi pada kakaknya. Ia hampir menangis.
Ariana melewati jalan setapak yang kanan-kirinya ditumbuhi rumput liar. Ia tau jalannya. Karena dulu, ia pernah menemani Ariani dalam acara sekolah, dan ia bermain di situ.
Jantungnya berdebar cukup dramatis. Membayangkan hal buruk mungkin sudah terjadi pada sang kakak. Sayang, ponselnya tertinggal di mobil. Ia jadi tak bisa menelpon Pak No, sopir mereka.

Dan, kalian pasti telah berpikir hal yang sama dengan Ariana.
Di bagian belakang sekolah ini, ada sebuah lahan sempit, ditumbuhi rumput liar, dan temboknya telah berlumut serta berjamur. Tak dilindungi atap apapun..
Ketiga siswa itu berdiri membentuk lingkaran. Di tengahnya ada seorang siswi yang merengek minta dilepaskan. Itu Ariani! Salah satu siswa, yaitu Rendy memegang balok kayu. Mau mereka apakan Ariani?
Ariana: "Hentikan!"
Ariana sendiri tak menyadari, kata itu keluar dari mulutnya tanpa basa-basi.. Tanpa persiapan apapun!
Mereka bertiga, juga Ariani menoleh padanya.
Ariani: "Riana!"
Ariana: "Tolong tinggalkan kakakku! Jangan ganggu dia!"
Serunya lantang.
Si wajah indo, Mara menghampirinya.
Mara: "Oh.. ini adek lo ya, Na?"
Ariani: "Mara, tolong jangan ganggu adek gue!"
Mara: "Siapa juga yang mau gangguin adek lo? Gue cuma mau bilang sama dia, jangan ikut campur urusan orang yang lebih tua. Belom cukup umur!"
Ariana: "Kamu memang lebih tua dari aku. Tapi soal otak, kamu lebih jongkok dari aku. Beraninya sama perempuan! Laki-laki macam apa kamu? Cemen!"
Mara: "Beraninya lo ngatain gue cemen?!"
Nada suaranya meninggi.
Ariana: "Trus, apa dong yang lebih tepat? Pengecut?"
Suaranya lebih tinggi lagi.
Mara tak menyangka.. Kalimat seperti itu bisa keluar dari mulut anak SMP. Udah begitu, nih anak gak ada takutnya! Batin Mara.
Mara: "Aaahh!! Apapun deh yang lo omong! Gue gak peduli meski dia cewek! Gue mau kasih dia pelajaran, karena udah berani ngaduin kami bertiga.."
Rupanya.. Ariani memergoki Mara, Bima, dan Rendy saling bekerjasama nyontek saat UAS semester pertama, dua minggu lalu. Sebagai siswi yang peduli terhadap kualitas pendidikan pada generasinya, Ariani melaporkan hal ini pada Pak Dante, wali kelas mereka. Selain itu, ketiga cowok tengil itu juga suka membully siswa-siswi lainnya. Memalak mereka, dan bossy banget terhadap teman yang berasal dari kalangan orang tak mampu ekonominya. Karena itulah, Pak Dante akhirnya mengusulkan pada kepala sekolah, agar mereka bertiga dihukum.
Hukumannya adalah.. Mereka bertiga diberi kelas khusus untuk menerima kegiatan belajar mengajar, dan jam istirahat mereka dikurangi 10 menit (umumnya 15 menit) pada menjelang jam pulang, sampai mendekati UN nanti.

Ariana tersenyum kecut setelah mendengar penjelasan Mara.
Ariana: "Gak nyangka, ya.. Kalian bertiga sebejat itu sebagai pelajar. Cita-cita kalian itu jadi preman, ya? Kang Bahar aja pensiun.. Kalian malah makin jadi.."
Ariana: "Kalo gak, kamu mau apa? Sekarang juga, lepasin Kak Riani, atau kalian bakal menyesal! Di sana ada sopir kami, yang siap nelpon polisi, dan ngelaporin kalian."
Tak ada cara lain, ia terpaksa bohong. Sepertinya berhasil.
Mara: "Sialan! Ya udah.. Kali ini, kalian bisa lolos! Next time.. jangan harap!"
Ariana: "Ooh.. Masih ngancem? Gak usah lain kali, deh.. Begitu keluar dari sini, bakal aku laporin kalian ke polisi. Ponsel Pak No itu ngerekam kita, loh.."
Tiba-tiba, Bima menarik Ariani supaya berdiri.
Bima: "Ya udah deh.. Kalian bebas!"
Rendy: "Bim! Apa-apaan, sih?!"
Bima: "Emang lo mau dilaporin ke polisi? Gue mah, ogah..!"
Ariana berhasil menolong Ariani, kakaknya. Mereka berdua segera meninggalkan belakang sekolah.
Ariani: "Dek.. Makasih, ya.. Kamu udah nolong Kakak.."
Ariana: "Aku cuma perantara.. Yang menolong Kakak itu.. Allah.."
Ariani memeluk sang adik.
Ariani: "Aku bangga punya adik pemberani kayak kamu.."
Ariana tersenyum.
Kemudian, mereka pun langsung ke mobil, dan pulang.

TAKDIR CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang