SATU

329 17 10
                                    

Haila sambil ngos-ngosan berlari dari luar lapangan. Menuju kelasnya dengan rambut yang super berantakan. Haila tidak memperdulikan itu yang penting bisa masuk ke kelas sebelum guru yang mengajarnya masuk duluan.

"Aduh!" Teriakan Haila sontak membuat buku yang di bawanya berantakan. "Lo punya mata gak?" Tanya Haila. Membuat si korban Haila kaget.

Ini cewe yang salah siapa? Yang di salahin siapa?.

Kerena menurutnya dialah yang menjadi pelaku tindakan tabrakan.

"Gue di sini sebagai korban," Gilang yang tak mau menjadi pelaku atas tindakan ini. "Seharusnya yang nanya begitu gue buka elo."

"Gue tanya apa? lo jawab apa?" Haila Mengambil buku dan map merah yang selalu di bawanya. "Udah ah. Buang buang waktu aja," Haila pergi meninggalkan Gilang tanpa membantunya sedikitpun.

Gilang merapika berkas berkas yang berserakan di lantai.

Sialan emang tu cewe? Udah tau dia yang salah seenggaknya minta maaf kek. Kalo gini makin banyak aja kerjaan gue. Gak kelar kelar.

Setelah semuanya sudah kembali ke genggaman Gilang. Dia pun langsung ke tempat tujuannya yaitu ruang osis.

***

Haila yang sedari tadi ngos-ngosan agar bisa masuk ke kelas sebelum guru datang. Bisa di bilang tujuan kali ini adalah kelas. Tanpa di duga ternyata Guru Biologi yang super killer tidak masuk dan hanya di beri tugas oleh guru piket.

"Tumben lo telat?" Tanya Dea teman sebangku Haila. "Untung tu guru gak masuk," mengambil pulpen nya yang jatuh ke lantai. "Kalau enggak abis lo sekarang."

"Entah lah," Haila mengangkat pundaknya. "Mobil gue tadi mogok," alasan Haila kenapa ia telat. "Terpaksa harus lari sampe sekolah."

"Oh," Dea mendengarkan alasan yang di berikan Haila. "Hm.. Itu kan bukan mobil lo," Dea berfikir sejenak. "Itu kan mobil bokap lo."

"Lo ini mau bikin candaan atau mau bikin mood gue makin nurun?" Haila tidak suka dengan kata kata yang di lontarkan Dea. "HAH?" Mata Haila melotot ke Dea.

"Sabar Haila, lo lagi pms ya?" Meletakkan tangannya di bahu Haila. "Sini rambutnya gue benerin."

"Gue bukan pms lagi. Kalau ada kata kata yang bisa mengisyaratkan hati ini, lo mau apa?" Haila mengenggam tanya Dea yang sempat ada di bahunya.
"Lepas Haila," Haila tak menuruti kata-kata Dea. "Lo tau bahasa indonesia gak?"

"Nilai bahasa gue emang pas pasan. Trus lo mau apa?," Haila melepaskan tangan Dea.

"Gue rasa. Ini terlalu seperti anak kecil, ya gak?" Tanya Dea.

"Udah ya."

Setelah kejadian yang paling gokil itu, Haila baru ingat kalau dia akan memberikan tugas dari Bu Heni yang harus di kumpulkannya hari ini. Hanya dia lah yang belom ngumpulin karena dua hari yang lalu Haila tidak masuk.

Haila mengembil map merahnya. Di sana ada tugasnya yang harus dikumpulkan. "Mampus gue!"

Dea yang sedari tadi mengerjakan tugas dari guru piket kaget akibat teriakan Haila yang mengejutkan. "Lo tu kenapa?" Binggung dengan wajah Haila yang pucat.

"Map gue kok gini?" Bertanya pada Dea padahal Dea sendiri binggung dengan Haila.

"Lah kok lo tanya gue," jawab Dea. "Mana gue tau."

Haila mengeluarkan lembaran yang ada di dalam map tersebut. Dan terlihat pemiliknya siapa.

Raka Gilang P
XI-IPA 1

DelseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang