Hardest Choice.

214 24 10
                                    

Memiliki pasangan dengan ego yang sama kuatnya denganku juga sahabat yang justru memiliki sifat berbanding terbalik denganku tentu akan membuat bingung apalagi pertemuan yang sangat sering kita jalani 'tapi, siapakah yang paling memahamiku?

"Jacob, apa kamu akan mengunjungiku besok pagi?"

"Aku tidak janji."

"Ughh kenapa seperti itu? Apa kamu sudah bosan bergaul denganku hm?"

"Aku tidak ingin kamu manja seperti perempuan lain Miller!"

Sosok Jacob menatapku nanar dengan menuturkan kalimat-kalimat posesif nya sebagai pacarku selama 3 tahun belakangan ini, ya memang aku suka sifatnya yang begitu menyayangi ku tapi lama kelamaan aku justru merasa terdesak akan kemauannya. Tapi disisi lain aku juga sangat mencintainya.

"Turunkan egomu tuan, aku tidak seperti mantan-mantanmu itu." balasku

Selang beberapa menit ia pergi melesat cepat dan meninggalkan aku yang masih mematung disamping kursi taman daerah cluster rumah ku.

Selalu saja pertengkaran yang kami alami tidak seperti pasangan-pasangan romantis diluar sana. Karena apa? Perselisihan kami selalu berujung dengan sikap saling acuh, walau begitu aku selalu menunggu moment impianku seperti hal nya di film disney yang mampu menemukan pangeran hidup nya tapi, sepertinya delusi itu hanya akan sirna dan hanya akan ada aku disini meratapi segala lara.

Jacob »

Kita harus bicara esok, kau mau?
Read. 12.37

Lihat besok.
12.45

Oh ayo lah tak apa jika aku yang akan menghampiri mu.
Read. 12.47

Kutunggu ya di rumahku.
12.55

Oke Jacob❤
Read. 12.56

Sampai beberapa saat sesorang masuk dan menghampiriku tanpa permisi.

"Mills? Apa Jacob berlaku kasar lagi kepadamu?" ucap Jason sahabatku dengan nada yang begitu khawatir

Jason adalah sahabatku sejak 15 tahun yang lalu akan tetapi, sampai sekarang tidak banyak perubahan yang terjadi pada dirinya.

Tak ada sepatah kata dariku melainkan tatapan sendu yang kulayangkan padanya seolah ia mengerti apa yang kurasakan saat ini. Semua kucurahkan lewat bulir bening yang kini mengalir di pipiku.

"Ikut denganku dan tenangkan dirimu." katanya singkat

Membawaku pulang untuk istirahat sejenak menghilangkan pikiran jenuh, Jason hanya diam di ambang pintu kamarku sambil sesekali melirik jam yang melekat dikulit pucatnya.

Ia tak banyak bicara sampai saatnya ia hanya memberikan kode untuk pamit pulang lalu berlalu begitu saja sambil mengulas senyum.

Keesokan harinya.

Niatku sudah bulat untuk mengunjungi rumah Jacob sekedar memperbaiki masalah kemarin, tampak dari kejauhan seorang laki-laki dengan wajah yang begitu frustasi tengah berpangku tangan di terasnya sambil sesekali mengacak rambut tanda amarah.

"Jacob, i'm here." sapaku lembut

"Go away, kamu tak berarti lagi." ucapnya dengan sedikit penekanan

"Whats wrong with you J?" kataku

"Over. Dan pergi dari sini sekarang karena saya sudah muak dengan sikap manja anda terhadap saya." tegas Jacob dengan nada angkuh

You Or Him? [One Shoot]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang