(A/N: Dedicated to prohngs, thanks for the super awesome cover!
EDITED ON 1 APRIL 2019
—————
SEPERTI BIASA, Sasa melamun lagi, matanya memandang bosan ke arah jendela. Ya, aku tidak bisa menyalahkannya. Pelajaran Fisika yang diajarkan oleh Pak Reno memang sangat membosankan. Sudah berapa kali aku tertidur di tengah pelajarannya? Aku menatap Sasa dari visi periferalku. Entah apa yang sedang dipikirkan oleh gadis berambut panjang cokelat itu.
Okay, akan kuakui bahwa aku memang sudah nge-stalk—eh, maksudnya mengamatinya sejak dulu. Nggak ada salahnya, kan, mengamati gadis itu? Tapi dia punya aura yang, entah kenapa, sedikit menegangkan. Aura yang sedikit gelap, namun terus menarikmu ke dalam untuk mencari tahu lebih. Aura yang adiktif.
Namun teman-temanku menjauhinya dan orang-orang berkata bahwa dia orang yang aneh, karena kebiasaanya yang terus melamun, atau lost in thoughts. Ayolah, apakah seorang gadis harus dicap 'aneh' karena sering melamun? Dasar.
Ucapan-ucapan penuh omong kosong itu kutepis jauh-jauh, menolak untuk percaya. Dari apa yang telah kuamati (dan percayalah, aku pengamat yang baik), dia gadis yang manis dan pekerja keras. Cara dia tersenyum kecil ketika berhasil menjawab pertanyaan guru, dan kegiatannya membantu menyusun buku di perpustakaan sungguh menarik perhatian. Aku ingin sekali berteman dengan gadis itu, dan sesekali bertukar tawa dengannya.
Yah, mungkin aku akan mengajak-nya mengobrol atau pergi kemanapun ia mau. 'Nanti,' janjiku pada diri sendiri.
+++
Hari Selasa pagi, aku terburu-buru untuk masuk kelas. Meskipun kelas selalu mulai jam 8, rata-rata murid masuk jam 7.30 atau lewat. Entah apa yang mendorongku ingin menjadi orang pertama yang masuk ke kelas hari ini. Lagipula, hujan mulai lebat, jadi kalau ke sekolah lebih cepat, nggak akan basah, kan?
Aku berjalan menuju kelasku, suara langkah kakiku mengikuti dari belakang. Aku memegang kenop pintu dan memutarnga pelan, mengintio isi kelas yang sepi. Alangkah senangnya ketika melihat Sasa yang sedang melamun, duduk manis di tempat duduknya, dan menatap jendela dengan pandangan kosong.
Aku merasa tidak enak untuk menghiraukannya, dan bertekad mengajaknya ngobrol. 'Sekarang waktunya', batinku. 'Untuk mengajak Sasa mengobrol, mumpung kelas mulai sekitar dua jam lagi.'
Aku berjalan mendekati mejanya, dan menatapnya dengan senyum terbaikku. "Hai," ujarku pelan, menaruh tangan kananku diatas meja Sasa, menunggu balasan.
Dia tak bereaksi sama sekali! Entah antara ia tidak mendengar atau sedang melamun (pada titik ini, aku tidak begitu terkejut lagi). Aku mengulangi perkataanku, tapi lebih keras agar gadis itu menyadari keberadaanku. "Um, Sa?"
Ia tersentak dan menatapku dengan bola mata yang membesar. Mata cokelatnya membelalak, ia miringkan kepalanya, tanda penasaran. Ia berkata dengan gugup,"M-maaf, ada apa, ya?"
Aku tersenyum dan menggelengkan kepala. Wajahnya yang terkaget sangat lucu!
"Nggak apa-apa, tidak usah kaget begitu. Aku cuma mau ngobrol denganmu saja," jawabku singkat dengan senyum 1000 megawatt. Tersenyum kepada perempuan telah menjadi prinsio hidupku, karena senyum menandakan bahwa kau orang baik yang sopan (ya, setidaknya itulah yang muncul di benakku).
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost In Thoughts
Mystery / Thriller{1/1} Andai aku tidak campur tangan dengan kehidupannya, pasti semua tidak akan seperti ini.