Bagian 9

3.8K 361 27
                                    


"Yihaaaa..."

Naruto berlari senang sambil mendorong troli lalu melompat dan berseluncur. Sasuke mendesah pasrah meliaht tingkah memalukan Naruto. Setidaknya minimarket ini tidak terlalu ramai. Sasuke tak kuasa menahan senyum saat Naruto jatuh tergelincir. Namun saat Naruto melihat ke arahnya, wajah Sasuke seketika menjadi topeng datar tanpa ekspresi.

Naruto berdiri sambil memijit pinggangnya. "Sasuke, kita mau berbelanja apa?"

Sasuke mendorong trolinya sendiri dan menghampiri Naruto, "Belilah beberapa pakaian untukmu..."

Naruto mengangguk senang, "Oke, bos!"

"Dan.." Sasuke menekankan kalimatnya, "Jangan buat ulah! Mengerti?!"

Naruto memberikan sikap hormat, "Siap laksanakan! Hehehe..."

Sasuke berlalu entah kemana. Sementara Naruto segera menuju counter pakaian sambil bersenandung riang.

"Kalau dipikir-pikir... Sasuke itu sebenarnya baik..." Naruto berbicara sendiri sambil memilih pakaian, "Hanya saja ia tak bisa mengekspresikan suasana hatinya..."

"Ada yang bisa saya bantu?" seorang penjaga counter menghampiri Naruto.

"Ah.. ya.. nona.. bisakah kau carikan aku baju yang..." Naruto mengacungkan telunjuk kanan dan kiri bersamaan lalu mendekatkannya.

"Couple?"

Naruto nyengir lebar sambil mengangguk senang.

.

.

Sasuke membeli satu set tenda berukuran kecil, pemantik api, tikar lipat, perlengkapan P3K dan tetek bengek peralatan camping lainnya. Satu ransel berukuran sedang juga sudah masuk ke dalam trolinya. Ia meraih senter yang bersusun di rak, "Sepertinya ini cukup."

Ia bergerak menuju susunan kulkas yang berjejer sambil memencet tombol saklar senter dengan raut wajah heran. "Apa senter ini rusak? Kenapa cahayanya terlalu redup?" tanyanya pada diri sendiri. Berkutat dengan senter ditangan, mata Sasuke menangkap sosok Naruto yang sepertinya kebingungan memilih minuman.

"Kau sudah selesai memilih baju?"

"Oh.. Sasuke.." Naruto hanya melirik sekilas dan kembali memilih minuman, "Tidak ada jus jeruk, bagaimana ini?"

Sasuke berdiri tepat dibelakang Naruto. Ia menekan tombol pada senter berkali-kali, "Hm, sepertinya senter ini harus di charge dulu..." gumam Sasuke.

Tangan Sasuke terkulai bebas disisi tubuhnya, ia mendecih kesal karena Naruto terlalu lama memilih minuman. "Oi cepatlah.. ambil saja salah satu.." ujar Sasuke sambil merapatkan tubuhnya ke punggung Naruto.

"Baiklah, aku ambil green tea saja, kau mahu minuman apa Sa-..."

Naruto terdiam seketika. Tubuhnya menegang. Botol minuman yang dipegang Naruto terjatuh dan berguling di kakinya. Darahpun mengalir lembut dari lubang hidung Naruto yang kembang kempis. Sasuke keheranan melihat tubuh kaku Naruto, lalu berbisik ditelingan Naruto dari belakang.

"Kau kenapa?"

Dan darah Naruto mendesir di sekujur nadi. Bisikan halus itu membuat darahnya terlonjak dari telapak kai dan nongkrong di otak. Ia merasakan tempatnya berdiri bukanlah lagi kermaian melainkan taman bunga penuh kupu-kupu. Naruto menguatkan diri menggerak lidahnya yang kelu, sebelum ia mabuk kepayang.

"Sa-suke... kenapa 'itu'mu keras sekali?"

Sasuke mengerutkan kening. Bingung.

Pemuda itu mengalihkan pandang ke bawah dan melihat bahwa senternya 'menabrak' belahan pantat Naruto. Sasuke mendorong senter itu dengan pelan. Teramat pelan. Namun reaksi Naruto malah berdiri menjijit dan darah dari hidung menetes melalui dagu dan jatuh dramatis ke lantai.

Run Run!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang