Part 1

1.8K 124 22
                                    

Di rumah Cinta, Alya sedang menceritakan kepada keempat sahabatnya tentang ayahnya yang hobi ngamuk.

"Masya Allah, Alya!" Cinta nyebut ketika melihat benjolan di jidat Alya.

"Udah deh. Nggak usah dibahas." Alya merasa terusik dan buru-buru menutup dahinya dengan ciput.

"Kok nggak usah dibahas sih? Bahas dong. Kita bikin rame," ucap Maura sambil benerin hijab modisnya.

Kemudian Cinta mengeluarkan buku catatan Ramadhan.

"Lo inget nggak kalau kita pernah rangkum isi kultum Ustadz Sanusi di malam ketujuh tarawih? Ustadz Sanusi menyampaikan sebuah hadits shahih, 'Perumpamaan orang-orang mukmin dalam berkasih sayang bagaikan satu tubuh, apabila satu anggota badan merintih kesakitan, maka sekujur badan akan merasakan panas dan demam'," tutur Cinta.

Karmen memberikan tisu kepada Alya yang masih mewek. Tisu habis, Karmen memberikan taplak meja. Demi mencium bau taplak meja yang apek, Alya mengernyitkan hidung. Alya balas mengelap muka Karmen pakai kanebo.

"Jadi, kalau lo sakit begini, kita juga ikut merasakan demamnya, Al. Tuh lihat, Milly aja sekarang udah mulai demam," ucap Cinta sambil menunjuk Milly yang sedang menggigil di pojokan.

"Aaaak! Song Joong Ki Oppa! Bening bener sih! Pengen gue karungin deh!" teriak Milly histeris nonton K-Drama di laptop Cinta.

"Tapi, kan, Milly demam Descendants of the Sun." Alya protes. "Bukan demam yang dimaksud hadits tersebut, Ta."

"Sama aja. Namanya demam-demam juga," ucap Cinta sekenanya.

"Tapi, bokap gue berantem sama nyokap, bukan sama gue," terang Alya.

"Tapi, lo kan udah sering jadi korban kayak gini, Al." Cinta mengusap-usap ubun-ubun Alya.

Alya menampik tangan Cinta dan mulai membeberkan aib keluarga, "Gimana sih, gue ngejelasin ke lo semua? Terserah deh lo sekarang mau percaya apa nggak? Bokap gue kalau udah ketinggalan nonton sinetron Tukang Bubur Naik Haji satu episode aja, ngamuknya kayak orang nggak sadar, tau nggak? Dia ngamuk sambil ngecat ulang ruang tamu. Abis ngamuk, dia bisa nangis kayak anak kecil. Nyesel abis. Nyuciin kaki nyokap gue, melukin gue, gantiin sprei di kamar nenek."

"Bokap lo jadi rajin gitu ya kalau ngamuk. Bokap lo suruh ngamuk di rumah gue aja. Kebetulan rumah gue lagi berantakan," celetuk Karmen.

"Sebentar..." Cinta tampak berpikir keras. "Kalau misalkan bokap lo tiap ngamuk, jadi rajin. Terus kenapa jidat lo bisa benjol segede dosa Abu Lahab begitu?"

"Oh, ini sih gue kepentok portal kompleks. Gue jalan sambil main game Tahu Bulat, jadi nggak lihat ada portal di depan," aku Alya cengengesan.

"Ya elah! Gue kira lo jadi korban KDRT!" sorak Maura sambil melempar majalah Hidayah ke wajah Alya.

"Oke, ya udah deh, Al. Asal lo tau, persahabatan kita juga nggak main-main. Dan kita juga jadi saksi kok. Lo itu kalau ada masalah di-share, jangan disimpan sendiri. Lo curhat ke Allah. Lo minta kesabaran untuk setiap ujian yang lo terima. Lo berdoa setelah sholat tahajud jam 3 subuh juga didengerin. Karena Allah Maha Mendengar. Lo memohon kepada Yang Maha Kuasa agar bokap dan nyokap lo akur, nggak rebutan remote tivi tiap malam lagi, Insya Allah dikabulin. Diijabah." Cinta memeluk Alya hangat.

"Ya udah deh, jangan bahas ini terus. Ngomongin yang lain, please, please," mohon Alya sambil menyeka air mata terakhirnya.

"Oh ya, udah lihat kaligrafi yang mau gue kirim ke lomba?" pamer Cinta sambil membentangkan hasil karyanya yang tergores di atas kertas.

"Mana? Mana?" Keempat sahabatnya mau tak mau tertarik.

"Mudah-mudahan semua suka. Soalnya ini tentang kita berlima. Gue lukis huruf-hurufnya serupa gambar surau. Yang menjadi simbol kalau kita berlima nggak boleh lupa sholat lima waktu," tutur Cinta.

"Subhanallah." Alya takjub.

"Bagus banget." Karmen memberi komentar.

"Suka, tapi ya?" tanya Cinta.

"I like it," kata Maura yakin.

"Milly?" tanya Cinta.

"Kalau aku, aku sih YES. Nggak tahu kalau Dhani sama Agnes," ucap Milly menirukan gaya Mas Anang ketika jadi juri Indonesian Idol.

Ketika teman-temannya yang lain mengagumi hasil goresan tangan Cinta, Milly diam-diam mengambil Al-Qur'an yang berdebu di atas lemari.

"Eh, eh, udah lama nggak ngaji bareng," cetus Milly.

"Iya, gue terakhir ngaji waktu kelas enam sekolah sore," aku Karmen.

"Kalau gue terakhir ngaji pas TPA," timpal Maura.

"Tamat Iqro jilid 6, gue nggak ngaji-ngaji lagi," sahut Cinta.

Mereka berlima akhirnya tadarusan bersama. 

AADC SyariahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang