1: Ketika Dunia Mengenalnya

97 12 5
                                    


Langkah kaki yang diiringi pantulan bola basket mendominasi pendengaran seorang gadis biasa yang duduk di pinggir barisan. Tatapannya hanya tertuju pada sang penggiring bola, dan ... "Yeay!! Selamat untuk tim dari Fakultas Teknik!! Wah.. sayang sekali untuk tim dari Fakultas Seni, yang hanya selisih satu poin dengan sang juara!" Ucap Sang pembawa acara pertandingan.

Gadis itu tersenyum sambil menaikkan posisi kacamatanya yang besar, kemudian ia pergi sambil membawa kanvas dan palet miliknya. "Seharusnya aku mendukung tim dari fakultasku, bukan sebaliknya. Ah, tak apalah! Lagipula, aku tidak mengenal seorangpun dari fakultasku sendiri,".

Kemudian gadis itu terhenti dan merogoh tasnya, seperti ia meninggalkan sesuatu. "Ah, benar! Kuasku!". Ia bergegas menuju kursi yang ia duduki tadi. "Aduh.. kemana, ya?! Oh! Ini dia,".

Ia kemudian pergi lagi, tapi langkahnya terhenti setelah namanya dipanggil. "Hey, Claire! Namamu Claire, 'kan?" Gadis itu menggaruk tengkuknya sambil menatap aneh ke arah lelaki yang memanggilnya dari pinggir lapangan basket. "Aku teman sekelasmu. Kau tahu tidak, siapa dosen yang mengajar sekarang?" Tanya pria itu.

"Pak Alex.. kena-"

"APA?!!!" Claire terkejut mendengar teriakkan pria itu.

"Uhm.. kau bisa tunggu aku sebentar, tidak? Kau tak keberatan, 'kan, kalau kita ke kelas bersama?" Sahut pria itu. Claire hanya mengangguk aneh.

'Siapa sih pria itu sebenarnya?? Memangnya dia kenal aku? Aku saja tidak tahu namanya' batin Claire.

"Ayo! Kita pergi!" Ajak lelaki itu. Terjadi keheningan selama mereka berjalan keluar dari stadion. "Ehem.. kau tahu aku, 'kan?".

Claire terlihat meragukan ucapan pria itu, "ehm... namamu..." jawab Claire bingung. Kemudian pria itu segera menyahutnya, "Danniel.".

"Oh.. apa kau mengenalku? Kukira aku tak terlihat oleh orang-orang," ucap Claire asal. Lelaki yang kerap dipanggil Dann itu kemudian tertawa kecil. "Kau pikir, kau hantu?! Aku tahu, kok! Kau yang sering duduk paling belakang, 'kan?" Gadis itu mengangguk heran. Darimana pria itu tahu, Batinnya.

Tercipta keheningan lagi selama mereka berjalan menyusuri koridor fakultas. Gadis berkacamata itu hanya memluk kanvas dan menatap kakinya yang sedang berjalan. Pria itu hanya menatapnya heran.

"Kau itu orangnya pemalu, ya? Kulihat, kau tidak pernah ngobrol dengan siapapun di kelas.." tanya Dann. Gadis itu hanya tersenyum seadanya dan tak menjawab.

'Kaulah orang yang paling banyak bicara kepadaku. Bukannya aku yang pendiam' batinnya lagi.

Setibanya mereka di kelas, Pak Alex, dosen yang dicap galak itu, sedang duduk mengawasi para mahasiswa di depannya yang sedang melukis. Ia menatap tajam ke arah keduanya yang kini berdiri di depan pintu.

"Sudah telat setengah jam! Kalian pikir pelajaranku bisa diremehkan begitu saja?! Mentang-mentang bukan pelajaran eksak, kalian seenaknya telat di jamku," pekiknya. Claire menghela napas. "Keluar saja kalian!!" lanjutnya.

Claire menghela napasnya dengan lebih berat lagi. Percuma juga kalau mau memberi alasan kepada dosen macam Pak Alex, tak akan didengar. "Kita akan kemana?" Tanya Dann tanpa merasa bersalah. Claire menatapnya heran.

"Terserah kau saja, aku ingin di kantin saja," jawab Claire cukup menusuk hati. Dann tahu, terdengar dari nada bicaranya, Claire pasti sedang kesal karena tidak bisa ikut pelajaran Pak Alex. Dann memilih untuk tidak pergi bersamanya lagi dan hanya menatap punggunf gadis itu yang semakin menjauh.

Sedangkan Claire, yang kini berjalan menuju kantin, hanya mendengus kesal. "Ada apa dengan orang itu?! Aku saja tidak kenal dengannya, sudah sok dekat saja denganku!" gerutunya. Tetapi matanya yang sebelumnya terbuka lebar, kini mengendur.

Tanpa ia sadari, ia merasa kalau ada orang yang menganggapnya ada. Tidak hanya duduk dan diam di dalam kelas saja. Kepalanya ia tolehkan ke arah tempat ketika ia berpisah dengan Dann, lelaki yang ia anggap sok akrab dengannya itu. Ia sudah tak melihat sosok lelaki bertubuh tinggi tadi.

Matanya tertuju ke lantai, ia kecewa. Tidak seharusnya ia berkata sinis pada Danniel. Mungkin saja, ia bisa berteman baik dengan lelaki itu. 'Ah, Sial!' Umpatnya sebelum kembali melangkah menuju kantin.

To be continued...♤

Debut story di Wattpad. Semoga bisa mengawali cerita dengan baik ^^! 😄😄😄

☆ Please read and vote my story☆

!!! WARNING !!!

CERITA INI MURNI DARI PEMIKIRAN SAYA, JIKA ADA KESAMAAN CERITA, ITU ADALAH KETIDAKSENGAJAAN

☺😊😊☺

Mis(s)fortuneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang