[A/N] Oke hallo hallo!! Maaf ff ini apdetnya lamaaaaa bgt (nyengir ✌)
Munnya lagi sibuk banget sama tugas sekolah dan yah terbengkalai lah cerita ini (sungkem)Tapi akhirnya balik lagi sih, semoga bisa update cepet setelah ini. Okay enjoy! ~
ㅡ
"Oh, apa akhirnya aku melihat sedikit kepedulian darimu?" Sindir Jungkook. "Mulai khawatir dengan saudara kembarmu yang malang? Sebenarnya apa yang ada diotakmu itu saat kau menembaknya, huh?"
"Tsk. Bukan urusanmu!" Yoongi melompat dari ranjangnya dan menepis Jungkook agar menghindar dari jalannya. "Ini tidak seperti hubunganmu dengan saudaramu itu, kau tahu?"
"Well, kita memang berbeda. Dan koreksi, dia bukan saudaraku." Protes Jungkook tak terima.
"Terserah." Yoongi memutar bola matanya dan keluar begitu saja dari ruangan itu diikuti oleh pemuda lebih tinggi yang mengekor di belakangnya.
Mereka memasuki ruangan lain dimana seorang pemuda bersurai hijau yang serupa dengan Yoongi masih terlelap dengan damainya di atas ranjang.
"Hey, apa ada sesuatu yang bisa kita gunakan untuk membawanya?" Yoongi yang tadinya memperhatikan Jimin kini telah berbalik kearah sang super hero. "Aku harus membawanya pulang."
"Tak bisakah kau menunggu hingga ia sadar dengan sendirinya?" Sanggah Jungkook yang mulai jengah dengan tingkah Yoongi yang begitu egois dan tak sabaran.
Padahal jelas-jelas dirinya lah yanf membuat adiknya menjadi seperti ini. Terkadang sang pahlawan merasa sedikit simpatik pada yang termuda, yangㅡsejauh yang ia tahuㅡselalu menjadi satu-satunya pihak yang paling banyak berkorban dalam setiap perampokan yang mereka lakukan karena keegoisan sang kakak yang tak pernah mau mengalah.
Jungkook sudah mencoba berbicara baik-baik dengan Yoongi. Ia bahkan memberikan beberapa pelajaran moral pada pria itu agar ia tak terus-terusan menuntut lebih pada Jimin lalu menggunakan persaudaraan mereka sebagai alasan.
Namun, bukan Yoongi namanya jika ia mendengarkan. Dapat dipastikan 100% bahwa Yoongi sama sekali tak pernah memperdulikan segala ucapan dan perkataan Jungkook dan tetap bersikeras mengklaim bahwa Jimin adalah saudaranya, miliknya, dan ia tak butuh siapapun untuk mengatur dirinya.
"Perduli setan dengan pemulihan. Kenapa ini tak bisa dibuat lebih cepat?" Gerutu Yoongi dan menarik paksa selimut putih rumah sakit yang menyelimuti tubuh Jimin.
"Wow wow wow tunggu dulu, apa yang kau pikir sedang kau lakukan?" Jungkook menatapnya tajam.
"Kau ini bodoh atau apa? Tentu saja membawa adikku pulang." Yoongi menyelipkan salah satu lengannya ke bawah leher Jimin dan sisanya ke bawah lutut sang adik. Dengan seenaknya ia mengangkat tubuh Jimin dan berjalan menuju pintu keluar.
"Geez, sudah kubilang beri dia istirahat!" Cegah Jungkook. Meskipun sebenarnya ini sudah berada di luar kewajibannya dan ia juga bukan tipe orang yang akan mencampuri urusan keluarga orang lain, ia tak bisa mengelak jika ia merasa keberatan saat setiap kali Yoongi memperlakukan Jimin dengan buruk.
"Kau tau, ia bisa saja meninggalkanmu dalam waktu dekat."
"Apa?" Yoongi mengernyit. Berbalik untuk menatap Jungkook.
"Sadarlah! Caramu memperlakukannya.." lanjut sang pahlawan. "Aku bisa saja berpura-pura tak melihatnyaㅡ"
"Oh, and you know what? You're so fucking annoying." Yoongi mengerang. "Sekarang, kalau kau tak keberatan, minggirlah, Jung. Aku tak punya waktu untuk meladenimu."
"Baiklah. Jangan pernah datang dan memohon untuk bantuanku lagi jika Namjoon mendapatkanmu nanti." Ucapan terakhir Jungkook sebelum ia terbang keluar jendela.
"Siapa juga yang membutuhkanmu." Gumam Yoongi dengan kesal.
Yoongi dengan cepat melewati pintu depan sembari menghentakkan kakinya sepanjang koridor. Masih dengan amarah yang meluap-luap, ia mengumpati sang pahlawan beberapa kali.
Sungguh, ia benci jika pahlawan amatir itu ikut campur dalam urusan mereka. Meskipun sebenarnya Jungkook hanya mencoba untuk bersikap ramah dan mencoba membantu, itu membuat Yoongi sadar bahwa sang pahlawan mulai menampakkan sisi baiknya pada mereka.
Ia tak butuh siapapun untuk mengurusi dirinya dan saudaranya selama ia masih bisa menyatakan Jimin sebagai miliknya.
Dengan kasar, ia meletakkan Jimin diatas ranjang dan kemudian duduk diatas kursi disampingnya. Ia tahu Jimin akan merasa lebih tenang jika ia mendapati Yoongi berada disekitarnya saat ia terbangun.
Mengesampingkan fakta bahwa dirinyalah orang yang telah menjadi tersangka dalam kematian Jimin, Yoongi selalu termaafkan. Yang harus ia lakukan hanyalah meminta maaf dan menunjukkan ekspresi penuh rasa bersalah. Kemudian Jimin akan mengangguk sambil tersenyum dan mereka akan menjadi saudara kembali.
"Ugh, Sleepyhead, kau harus benar-benar bangun." Gumam Yoongi, membelai lembut rambut sang adik. "Ada bank yang harus dirampok hari ini."
Yang lebih muda mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum akhirnya benar-benar terbuka. Menatap lurus pada langit-langit diatasnya.
"Hey, bagaimana perasaanmu?" Yoongi bertanya. Walaupun itu sudah sangat memalukan untuknya bertanya keadaan saudaranya mengingat dialah yang telah membunuh Jimin tempo hari.
"Kau lapar? Kau ingin makan apa?" Yoongi tersenyum dengan penuh kasih sayang. "Pizza? Aku akan mendapatkannya untukmu. Katakan saja."
Tak mendapatkan respon apapun dari sang adik, Yoongi mulai mendesah dan mendekatkan posisi duduk mereka.
"Jim? Kau baik-baik saja?"
Jimin disisi lain, seakan tengah mempelajari objek yang berada di depan matanya. Ia menatap Yoongi dari atas ke bawah.
Bibirnya terbuka walau belum ada satu kalimat pun yang terucap.
"Kau.."
Yoongi menunggu dengan tak sabaran lalu mencelos. Bahunya merosot kala ia mendengar kalimat yang diucapkan Jimin.
".. siapa?"
ㅡ TBC
JANGAN LUPA VOMENT BIAR SAYA SEMANGAT LANJUTINNYA EHE! ☆
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Bromance
FanfictionDitembak tepat di kepala membuat Jimin harus kehilangan ingatannya dan Yoongi menjadi sangat frustasi. Ia benci mengatakan hal ini, namun satu-satunya orang yang dapat ia harapkan saat ini hanyalah Jeon Jungkook, sang pahlawan, musuh bebuyutan merek...