Edited
Mulmed: Maura KenesiaTerlihat suasana Bandara Adisutjipto tengah ramai dilalui oleh orang-orang yang sedang berlalu-lalang. Beberapa dari sekian banyak orang, mereka membawa koper, kardus, tas, dan kepentingan yang lainnya. Orang-orang di sekitar bandara terlihat sedang sibuk dengan urusan mereka masing-masing; sibuk dengan tiket, sibuk dengan perlengkapannya, dan kebanyakkan dari mereka sibuk dengan ponsel masing-masing. Zaman sudah berubah, di mana ponsel lebih penting daripada dunia nyata.
Di kursi tunggu paling belakang terlihat seorang wanita berparas cantik sedang sibuk dengan ponselnya. Wanita itu memakai gaun berwarna peach—warna tersebut sangat kontraks sekali dengan kulitnya. Ia hanya membawa satu koper yang berwarna sama dengan gaunnya.
Wanita itu terdengar sedang sibuk berteleponan dengan seseorang yang diketahui itu adalah Atasannya—ia hanya ingin memberi kabar kepada Alice bahwasanya ia akan segera take off menuju Jakarta.
"Halo Mba ...," sapa Maura untuk memulai percakapan.
"Kamu sedang berada di mana? Kapan segera balik ke Jakarta?"
"Saya sedang berada di area tunggu bandara, Mba. Iya ini sebentar lagi mau take off." Maura yakin sekali kalau atasannya hanya berbasa-basi saja—menanyakan keberadaannya—padahal dibalik percakapan ini pasti ada sesuatu yang diinginkan Alice dari Maura.
"Hati-hati ya, ohiya kalau seandainya ada kendala segera hubungi saya."
"Oh, iya Mba, pasti!"
"Ohiya, saya dengar kamu dapat klien bawel ya? Gimanasih kronologis ceritanya?"
"Jadi, ceritanya gini Mba. Saat proses pengerjaan sudah berjalan tigapuluh persen, teta—" ucapan Maura terhenti saat manik matanya tertuju pada sosok Dewa Yunani versi modern yang sedang bersandar sambil menikmati sebatang rokok.
"Halo? Maura ...! Hei, Maura ...!" pekik Alice, saat ia mendadak tidak dapat mendengar suara Maura dari balik speaker ponselnya.
Tuut ... tuut ... Maura memutuskan panggilan teleponnya sepihak.
Meskipun Maura sudah sangat sering melihat pria tampan nan seksi tetapi menurutnya pria yang satu ini berbeda, seperti memiliki daya tarik tersendirinya. Sangat jarang bagi Maura bisa langsung jatuh cinta saat pertamakali melihat seorang pria yang sama sekali tidak dikenalnya, tetapi pria ini mampu membuat Maura terpukau dengan pesonanya.
Pria itu mengenakan jas berwarna abu rokok dengan motif tempelan kulit pada sikutnya. Kemeja safari berwarna hitam yang melekat pada tubuh pria itu semakin menambah kemachoannya. Dua kancing kemejanya terbuka sehingga dapat menampilkan deretan bulu halus yang menghiasi dada bidang pria itu. Pria macho dengan brewok tipis dan rambut acak-acakkan itu kini ternyata menjadi sorotan utama para wanita kesepian, mulai dari anak remaja sampai Ibu-ibu berkepala empat.
Oh, shiit...!! Nih cowok gantengnya kebangetan ya Tuhan. Malah badannya atletis lagi, bibirnya merah, udah kayak minta dicium! Gue harus kenalan dengan tuh cowok! Harus! Batin Maura memuji ketampanan pria tersebut.
Maura memasukkan ponselnya ke dalam tas selempang kesayangannya lalu mencoba menyeret kopernya menuju kursi depan—dekat pria itu bersandar. Meskipun ia sedikit kesusahan menyeret kopernya namun demi tujuannya untuk berkenalan dengan pria itu—Maura rela melakukan segala cara.
Orang-orang yang berada di sekitar ruang tunggu hanya memandang Maura dengan tatapan aneh, tetapi hal itu tidak menjadi masalah baginya. Maura terus menyeret kopernya hingga akhirnya ia berhasil sampai pada sebuah kursi sandar yang terletak tepat di samping pria itu bersandar. Maura duduk dengan seanggun mungkin, dengan maksud lain—agar pria di sampingnya menoleh ke arahnya. Namun respon pria itu masih terlihat biasa saja, ia masih fokus menghisap rokoknya yang tinggal separuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Maura [SELESAI]
RomanceBagaimana rasanya kalau kamu menikah dengan seseorang yang sudah mencuri semua rasa cintamu? Tetapi kalian hanya menikah dalam kurun waktu sehari? Sakit? Pasti!! Sehari menikah lalu ditinggalkan, Itu... MENYAKITKAN !! ================= Co...