Satu

195 4 0
                                    

10 menit lagi upacara berlangsung dan aku masih di dalam angkot, masih setengah perjalanan menuju ke sekolah, ya allah lindungilah aku dari guru BP yang kejam dan tidak berperikesiswaan. Ini semua gara gara hp yang mendadak low saat ku setel alarm untuk bangun pagi dihari senin ini. Jadinya telat kan, mana guru Bpnya killer banget, telat sedikit suruh beresin perpus, mending sih kalo gitu doang, udah gitu suluh lari keliling lapangan futsal beberapa putaran, gusti nu agung tolonglah hambamu ini. Akhirnya setelah gelisah ta tentu di dalam angkot dan berlari dari jalan menuju sekolahan aku bisa juga sampai di sekolah dengan tepat waktu, yap pas banget kan pas aku datang bell tanda upacara baru berbunyi.

"Woy PR matem dong" ucap seorang cowo yang datang kemejaku.

Dengan enggan aku memberikan buku tugasku padanya, dia tersenyum puas dan langsung mengambil buku itu tanpa basa basi, ta ada ucapan terimakasih atau apa dari mulutnya. Dia berjalan dengan santai menuju bangkunya dan mulai menyalin tugas matematikaku,dan seketika bangku si cowo itu diserbu oleh bebrapa orang yang ingin menyalin jawabanku sepertinya juga. Hufft aku menghela nafas lelah, selalu seperti ini, ya kejadian ini selalu terluang dalam hariku selama 1 tahun bersekolah disini, aku ta bisa melawan mereka,yah aku bisa apa? Aku hanya gadis cupu jelek yang selalu mereka tindas, mereka hanya menganggapku teman saat ada PR atau ulangan berlangsung, di luar dari itu , aku ta pernah terlihat dimata mereka.

"Din, kenapa di kasiih lagi sih Prnya?" ucap seorang cewek yang beru mendudukan dirinya disebelahku.

"Ya gimana, kalo aku ga kasih bukuku ke Billy dia bisa ngamuk dan di bully abis abisan Sis" ucapku dengan muka lesu.

"Mereka senaknya aja, kesel da aku sama dia" ucapnya dengan menggebu gebu.

Siska itu temenku satu-satunya disini, temen dekatku dari awal masuk sekolah ini, kita kenal dari awal MOS, sampe sekarang kita udah mau naik kelas XI, Dan rencananya aku dan Siska akan memilih jurusan yang sama yaitu IPA, semoga aja di kelas XI nanti aku dipersatukan kembali dengan dia, karna aku hanya kenal dengannya disekolah ini. Siska itu cewek yang manis dan berkacamata, beda banget sama penampilanku yang jauh dari indah untuk di lihat, badanku sedikit gemuk, mukaku bulat dan wajahku berwana merah dari hidung sampai mulut,ga heran kan semua temen sekelasku gada yang mau berteman sama aku. Tapi aku ta pernah menyesal terlahir seperti ini, karna apapun keadaanku itu semua ciptaan dari sang maha kuasa.

"Lain kali jangan dikasih lagi ah, kebiasaan tau, orang ngerjainnya susah eh mereka tinggal nyalin,gampang banget" ucap Siska sambil menatapku.

"Ga apa-apa lah,sesama teman kan harus alaing membantu" ucapku mencoba terseyum padanya, teman? Mereka bahkan menganggapku teman saat tertentu saja, miris banget

Siska mendengus sinis sambil memutar bola matanya malas "temen dari hongkong!" hardiknya.

Aku hanya tertawa dan merangkul pundakkya, "udahlah biarin aja, aku juga seneng kok berbagi ilmu" .

Meskipun aku jelek, tapi aku berprestasi dalam bidang pendidikan yah, allah itu maha adil,orang cantik sama ganteng ga di beri otak yang pintar, tapi aku, dengan keadaanku yang seperti ini alhamdulillah aku mendapat beasiswa unutuk masuk ke sekolah negeri favorit di kota Bandung ini, masuk ke sekolah ini tuh perlu perjuangan,hanya ornag orang yang berotak pintar dan mempunyai uang yang bisa masuk kesini,dan dengan bangga aku masuk dengan jalur prestasi, medapat beasiswa full lagi.

"Nih bukunya" ucap seorang cewe sambil melemparkan buku ku tepat di hadapanku.

"Risa, biasa aja dong, udah mah minjem ga bisa apa ngembaliin dengan cara baik-baik?" Ucap Siska dengan nada yang kesal.

Risa hanya berlalu begitu saja tanpa menghiraukan perkataan Siska.

"Emang bener-bener tuh nenek lampir" ujar Siska dengan kesal.

"Udah lah, biarin aja , da aku mah apa atuh" kataku sambil tertwa kecil.

"Dinda Dinda" ucapnya sambil geleng geleng kepala lebay.

****

"Katanya nanti  pulang seolah kelas anak anak futsal bakalan tanding  sama anak SMA Pasunsan 8, aku harus nonton, aku harus kasih suport ke kak Sony" ucap Siska dengan heboh.

"Dimana tandingnya?" Tanyaku ta bersemangat.

"Disekolah kita dong"Ucap Siska sambil tersenyum lebar "nonton yuk,please temenin ya ya ya" ucapnya penuh harap.

"Males ah" balasku singkat.

"Sekali aja, temenin aku nonton kak Sony, ini tuh pertandingan terakhir sebelum kak Sony lulus nanti, plese Din mau ya" ucapnya dengan memansang tampang memohonnya padaku.

Aku terdiam mendengar permintannya, masalahnya bukan tanpa alasan aku menolak ajakannya, dulu pernah aku menemaninya menonton pertandingan basket antara sekolahku dan sekolah lain, tapi yang ku dapatkan malah cibiran dari anak anak SMA lain yang memandangku dengan tatapan jijik, dari situ aku ta mau lagi menonton pertandingan seperti itu lagi. Aku hampir menangis saat itu, aku yang menyapa mereka dengan senyuman ramahku di balas dengan tatapan yang seoalh aku ini kuman yang harus mereka basmi.

"Eh, kmu inget kejadian waktu itu ya, duh maaf deh, ga maksud aku buat ngungkit ngungkit kejadian itu" ucap Sisa dengan rasa bersalah.

Aku mencoba tersenyum padanya meskipun gagal, karna mataku hampir mengeluarkan sesuatu yang bening, aku selalu ingin menangis kalau mengingat masa itu, aku selalu terbayang tatapan anak anak itu menatapku dengan begitu manyakitkannya.

"Tuh kan malah mewek, yah engga deh, ga jadi nonton" ucapnya sedikit histeris.

Ku hapus air mataku dengans sedikit kasar, "boleh deh, yuk nanti aku emenin nonton kak Sony" ucapku sambil tersenyum.

"Ga, kita pulang aja yuk" ucapnya sambil menggandeng tangaku.

"Katanya mau nonton, yuk kelapangan sekarang,  kita cari tempat duduk" ucapku yang langsung menyeretnya menuju lapangan belakang sekolah.

***

"Beneran nih kita ga apa-apa kalo disini?" ucapnya sambil memandangku khawatir.

"Ga apa-apa, eh mulainya kapan sih ko belum pada latihan yang lainnya" ucapku mengalihkan perhtiannya, Dari tadi dia terus menanyaiku.

"Eh, iya yah, lapangan masih sepi nih, pada kemana yang lain" ucapnya sambil melihat lihat sisi lain lapangan "tuh pada dateng" ucapnya samabil menunjuk para pemain yang baru datang ke lapangan.

"Lama nih,karna mereka latihan dulu ga apa-apa ya?" ucapnya sambil memandangku.

"Oke" jawabku singkat.

Terdengar teriakan yang memanggil nama mana bintang lapangan futsal seperti,kak Sony, kak Angga, kak Willy dan kak Ardi mereka cowo cowo tampan yang berbakat di bidang olahraga, ta hanya futsal mereka juga pandai beladiri.

Saat aku sedang bergosip ria dengan Siska tiba tiba sesuatu yang keras menimpa kepalaku,pusing yang kurasa ,sayup sayup aku medengar teriakan meminta tolong dari Sisaka dan beberapa langkah kaki yang menghampiriku, dan semuanya berubah menjadi gelap.

True Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang