Can't Move

34 3 11
                                    

Kring... Kring... Kring...

Kring... Kring... Kring...

"Tsk. Bising sekali!" seru Cassie dengan suara parau.

Kring... Kring... Kring...

"Diamlah, alarm bodoh!" lanjutnya sambil melempar alarm berbentuk boneka panda tersebut dengan lemparan yang lemah. Menangis semalaman membuatnya kehilangan tenaga, menangisi orang yang bahkan belum ia miliki.

Cassie menghembuskan nafasnya dengan berat. "Kapan kau akan menghilang dari mimpi dan pikiranku, Josh?"

Ia kemudian bangkit dari tempat tidurnya lalu menyalakan televisi dan bergegas untuk mandi. Berharap ingatannya tentang Joshua akan menghilang walaupun hanya sedikit. Kemudian ia memakai pakaian dan pergi keluar sejenak untuk menjernihkan pikirannya.

***

Joshua Anderson. Pria yang sudah hampir dua tahun belakangan ini mengisi ruang kosong pada hatinya. Membuat ia tersenyum setiap melihatnya. Membuat jantungnya berdegup tak karuan saat berpapasan atau sekedar mengobrol dengannya. Membuatnya patah hati pula saat mengetahui bahwa pria yang ia cintai telah memiliki kekasih setahun belakangan ini. Kenyataan itu membuatnya shock, bukannya teman-temannya tidak ingin memberitahunya. Tetapi karena Cassie cenderung tertutup mengenai perasaannya. Hanya Roseanna Brown, sahabatnya yang mengetahui perasaannya itu terhadap Joshua.

***

Saat ini mereka sedang berada di sebuah taman kota tepatnya sedang duduk santai di bangku taman.

"Casse, sampai kapan kau akan seperti ini, huh?" tanya Rose "Tak merasa lelah?"

"Entahlah. Melupakannya tak semudah yang kukira, Rose. Apakah aku terlihat menyedihkan?" balas Cassie sambil tertawa kecil. Ia mencoba tertawa. Mencoba menghibur dirinya yang sedang terpuruk.

"Jangan memaksakan dirimu, lambat laun kau pasti bisa melupakannya. Walaupun itu terasa berat, lakukanlah demi kebaikanmu. Aku tidak mau melihat aura kelam ini tiap hari," kata Rose sambil tertawa kecil, menyindir tepatnya.

"Tsk. Kau mengetawai aku ya? Omong-omong terima kasih untuk nasehatnya, Roseanna," balas Cassie sambil memamerkan eyesmile miliknya.

"Tidak usah sungkan, Casse," ucap Rose tersenyum dengan eyesmile miliknya juga. Ya, mereka berdua memang sama-sama memiliki eyesmile, terkadang banyak yang mengira mereka adalah sepasang anak kembar.

Lanjut Rose, "Ah, aku lupa! Aku harus kerja, aku pergi dulu. Sampai nanti!"

Tak disangka hujan turun, ia hanya mematung dan memandangi rintik-rintik hujan tersebut. Air matanya turun mengalir seperti rintik hujan itu. Ia menangis, menangis karena tidak bisa melupakan Joshua yang bahkan belum menjadi miliknya.

Bodoh. Lupakan dia. Lupakan. Ungkapnya dalam hati.

"Ah, aku harus pergi," ucapnya sambil berlari kecil meninggalkan taman kota.

Tiba-tiba Cassie merasa tak kebasahan lagi, entah ada angin apa ia kemudian menoleh ke belakang.

Cassie tersentak. "Kenapa kau ada disini?"

Ya Tuhan, itu Josh.

"Ah, aku tadi membeli sesuatu di sekitar sini, dan aku tidak sengaja melihatmu. Jadi, aku menghampirimu yang terlihat basah kuyup. Beruntung tadi aku sempat membeli payung sebelum kesini," jawab Josh sambil tersenyum yang membuat dada Cassie sesak, semakin sesak.

"Ah, maaf aku ada urusan lain," balas Cassie dingin. "Terima kasih untuk payungnya, Josh."

Kemudian ia berlari meninggalkan Joshua yang tetap memandanginya hingga kejauhan, menyisakan sesak yang menohok dalam dada Josh.

"Kau melarikan diri lagi, ya?" gumam Josh. Matanya berubah sayu, tetap mematung diam dalam derasnya hujan.

***

Menangis, hanya itu yang bisa Cassie lakukan untuk saat ini. Meluapkan seluruh emosinya yang sedari tadi ia pendam.

Apa ini akhirnya? Aku ingin melupakanmu tapi tak rela. Menyedihkan. Sungguh.


---

Halo~

Ini karya pertamaku yang udah setahun lalu ditulis. Super pendek soalnya gaada inspirasi. HAHAHAHHAHA

Btw, lama publish dikarenakan aku yang gabisa bikin cover XD

Oke, bagaimana readers? Responnya ya, vote & comment

Kritik dan saran juga

Can't MoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang