Jangan Tutup Jendelamu

285 40 7
                                    

Rasanya benar-benar malas saat aku harus masuk dalam kelas tambahan musim panas. Selain menyita waktu liburku, kenyataan bahwa aku harus mengulang pelajaran semester sebelumnya sangat menyedihkan. Aku sungguh tidak bisa membayangkan betapa membosankan saat di kelas, mendengar guru berbicara dimana waktu dan keadaannya sangat pas untuk tidur. Belum lagi tugas-tugas yang akan diberikan, memikirkan saja aku sudah sangat ingin pergi ke rumah dan tidur.

Ah, aku sedikit menyesal karena sakit saat ujian. Karena itu semua nilaiku turun dan itu menjatuhkan image ku sebagai 'kekasih idaman' yang sempurna dengan wajah tampan, tubuh atletis, dan otak cemerlang. Keberadaanku di kelas tambahan akan menjadi berita hangat bagi seluruh gadis di sekolah ini.

Belum apa-apa aku sudah bosan. Rasanya berat sekali melangkahkan kaki ke kelas. Setelah meletakkan helm aku mulai berjalan menelusuri koridor. Tidak seperti hari sekolah biasa yang penuh dengan lalu lalang siswa lain, saat ini koridor sangat sepi.

Kurang beberapa langkah pintu kelas sudah ada di hadapanku, saat aku benar-benar di depannya terlihat sosok gadis sedang menenggelamkan kepalanya dalam lipatan tangan diatas meja. Sepertinya kelas tambahanku kali ini tidak terlalu buruk.

"Awas ngiler." Kalimat itu untuk Yein-gadis yang sedang menenggelamkan kepalanya tadi.

Ah, aku ingat. Saat ujian Yein juga sakit. Ia bukan tipe siswa yang mendapat kelas tambahan di musim panas. Saat itu ia datang menjengukku lalu tertular, dan besoknya ia demam.

Tidak ada tanggapan, Yein masih betah menenggelamkan wajahnya. Aku melangkah mendekat ke mejanya, mengambil kuncirnya dengan paksa. Yein sangat benci saat rambutnya berantakan, dengan begini ia akan mengangkat wajahnya itu.

"Ya! Jeon Jungkook! Kau kira tidak sakit?"

Berpura-pura tidak mendengarnya aku meletakkan tas dan tubuhku pada bangku di depannya sambil menguncir poniku, penasaran reaksi apa yang akan ia tunjukkan.

"Awas jadi banci beneran."

Tentu saja Yein berbeda dengan gadis lain yang akan berteriak histeris saat melihatku menguncir poni kebelakang, entah tapi aku suka melihat reaksinya.

"Awas naksir." demi salju yang turun di musim panas, aku bertaruh jika saja Yein memiliki pendengaran infrasonik aku yakin telinganya akan menangkap suara debaran jantugku yang kini bagai suara dentuman air terjun.

"Naksir V sunbae iya, apanya yang bisa dibanggakan dari Jeon Jungkook?"

Melihat ia kembali membenamkan kepalanya aku mulai berjalan ke mejanya, mendekatkan kepalaku ke kepalanya. Mengatur debaran jantugku dan membisikkan sesuatu, berusaha sekuat tenaga agar tidak terdengar bergetar.

"Menyatakan perasaan memang butuh keberanian, Jung Yein."

"Oh, membicarakan diri sendiri Jeon Jung-" tidak menyangka ia akan mengangkat wajahnya. Mengunci tatapannya dengan irisku, tanpa ekspresi. Aku tidak bisa mengartikannya, terlalu sulit untuk menerawang setiap tatapannya padaku. Sekon berikutnya aku menjauh, kembali ke bangku milikku. Melepas kuncir dan melemparkan kebelakang.

"Nanti malam aku menaruh barang lagi, jangan tutup jendelamu."

Jangan Tutup Jendelamu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang