Andaris

154 23 43
                                    

Dara baru saja selesai interview pekerjaan di salah satu kantor ibu kota. Ia menghembuskan napas dengan berat. Ia berjalan gontai keluar dari gedung itu. Berharap semoga ada keajaiban yang membuat Dara diterima di kantor tersebut. Mengingat sudah banyak kantor yang Dara singgahi, namun tak satupun yang menerima Dara untuk bekerja.

Dara menaiki mobil pribadinya, berniat untuk pulang ke rumah. Dara sudah lelah mencari-cari pekerjaan. Satu interview untuk hari ini sudah cukup kali, ya?

Tapi, belum saja Dara menyalakan mobilnya, ponsel genggamnya sudah berbunyi. Dari nomor tidak dikenal. Siapa ya? batin Dara. Ia mengangkat telepon tersebut.

"Halo?" sapa Dara.

"...."

"Oh, begitu?"

"...."

"Iya! Bisa Pak, saya bisa!"

"...."

"Baik Pak. Saya segera ke sana."

Dara memutuskan teleponnya. Ia merapikan kembali berkas-berkas yang tadinya sudah berantakan di jok belakang. Dengan semangat, perempuan berumur dua puluh empat tahun itu melangkahkan kakinya kembali ke kantor tersebut.

Keajaiban memang sedang memihak pada Dara. Ia langsung ditelepon, dan dinyatakan diterima untuk bekerja di kantor ini.

"Selamat siang, Mbak. Pak Darisnya ada?" tanya Dara saat ia sudah sampai di depan ruangan si bos kantor.

"Dengan Mbak siapa?" tanya sekretaris itu.

Dara tersenyum lebar. "Saya Andara Yuhanda, Mbak."

Sekretaris itu tampak menelepon seseorang. "Silakan masuk, Mbak. Mbak Andara sudah ditunggu Pak Daris di ruangannya," jawab sekretaris itu dengan sopan.

"Baik, terimakasih Mbak."

Dara mengetuk pintu dengan perlahan. "Masuk," ucap seseorang dari dalam ruangan.

Dara sempat berkeringat dingin kala memasuki ruangan berbentuk persegi itu. Tangannya gemetar saat kursi dibalik meja itu berputar.

"Silakan duduk, Andara." Pria itu mengeluarkan suara yang amat sangat dingin, membuat Dara menciut. Dara jadi ragu, apakah ia benar diterima untuk bekerja di kantor ini?

Dara pun menuruti perintah pria itu. Ia duduk di kursi yang berhadapan dengan pria tersebut.

"Andara," panggilnya.

Dara meneguk ludahnya dengan susah payah. "Ya, Pak?"

"Lulusan S1 ya?" tanyanya. Ia membuka proposal yang dikirim Dara tadi pagi.

"I-iya, Pak."

Pria itu menurunkan kacamatanya lalu menatap Dara tajam. "Baiklah. Kamu bisa bekerja mulai dari hari ini. Saya akan panggilkan sekretaris saya untuk mengantar kamu ke ruanganmu," ucapnya.

"Terimakasih, Pak Daris."

-oOo-

Sudah beberapa hari, Dara bekerja dengan lancar di kantor ini. Kini, Dara sedang mengejar deadline untuk meeting khusus Daris hari ini.

Ah, mungkin secangkir teh enak untuk rehat sebentar ya, batin Dara.

Ia merapikan tumpukan kertas di samping komputernya, lalu beranjak pergi ke pantry. Dara menyapa seluruh karyawan yang ditemuinya selama berjalan menuju pantry.

"Selamat siang, Mas," sapa Dara pada salah satu office boy yang sedang membersihkan pantry.

"Eh, Mbak Dara. Siang, Mbak. Mau bikin teh?" tanya OB tersebut.

AndarisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang