SEOUL, KOREA SELATAN
"....aku bisa hidup dengan bebas Siwon. tapi tidak dengan dirimu. Banyak yang harus kau perhatikan perasaaannya untuk setiap langkah yang kau pilih....,"
Aku benci menjadi dewasa. Ketika aku harus memikirkan perasaaan orang lain dalam setiap tindak tandukku. Aku benci dirimu yang menjadi dewasa. Menoleransi setiap ego yang semestinya bukan dirimu yang harus menanggungnya. Heechul-ah, apa kau sekarang melihat diriku? Apa sekarang kau menyesal telah meninggalkanku? Apa kau menyesal sekarang dan sangat ingin kembali kepadaku? Lalu....kenapa kau tidak juga segera datang menjemputku? Heechul-ah....Heechul-ah...
+++
"Masuk,"kata Siwon setelah mendengar samar suara ketukan di pintu ruangannya. Matanya membuka malas ketika pintu ruangannya dibuka dan sekertarisnya masuk membawa beberapa berkas untuk diserahkan kepadanya. Dia meraba tengkuknya yang untuk mengurangi pening ketika bangkit dari sandaran kursi.
"Ini ada beberap surat yang ditujukan pribadi kepada anda, pak,"kata Tiff, sekertarisnya sambil mengangsurkan setumpuk amplop coklat berwarna putih dan coklat dengan berbagai ukuran kepadanya dan bebepa map bersampul beludru biru." Dan berikut jadwal anda hari ini. Akan ada meeting internal terkait laporan yayasan sekolah seni di Kangwondo. Dan pagi ini ibu anda menelepon mengingatkan tentang makan malam dengan dengan keluarga Kim, anda diminta untuk tidak datang terlambat,"kata Tiff lagi.
"Terimakasih,"kata Siwon singkat.
"Apa ada yang bisa saya bantu pak?"
"Bisa kau bawakan aku aspirin? Kepalaku sakit sekali,"
Tiffani melirik cangkir espresso yang sudah tandas di meja bosnya. "Baik pak. Apa saya bisa mengemasi cangkirnya?"tanya Tiff sambil menunjuk kea rah cangkir kopi Siwon.
"Ya...ya...tolong isi lagi. Buat sedikit lebih kuat,"kata Siwon sambil memilah – milah amplop dengan membaca sekilas satu per satu nama pengirim surat untuknya.
"Baik pak,"Tiff mengambil cangkir kopi Siwon dan melangkah meninggalkan bosnya yang sudah terlihat seperti orang depresi tingkat akut.
Siwon masih membaca nama – nama pengirim surat kepadanya, tanpa ada keinginan untuk membuka suratnya sampai pada satu amplop coklat besar dengan tulisan huruf rusia di kop amplop surat. Tidak ada nama pengirim dengan jelas. Hanya namanya yang tertera amplop coklat tersebut. Siwon membuka surat itu dengan penasaran dan mengabaikan surat yang lainnya. Paternal Lineage Test. Judul itu membelalakkan mata Siwon sebesar buah anggur. Matanya dengan cepat membaca data yang bisa dia baca disana. Tercetak dengan jelas namanya disana berikut dengan usia dan tanggal lahirnya. Lalu seorang anak bernama Henry berusia 5 tahun, dan seorang ibu yang hanya menampilkan huruf XXX yang berusia lebih tua 3 tahun dari dirinya. Matanya mengarah ke kolom – kolom dibawah data pasien dan mendapati kata – kata combined parentage index sebesar 159,89 dan probability of paternity sebesar 99,58%. Apakah maksud dari tulisan tersebut? Apakah itu berarti dirinya adalah anak dari seorang anak laki – laki di luar sana yang dia sama sekali tidak menyadarinya? Siwon bertanya – tanya dengan gusar. Suara ketukan pintu ruangannya membuyarkan pikirannya.
Tiff masuk ke dalam ruangannya dengan nampan berisi air putih, secangkir kopi dan beberapa tablet yang masih terbungkus rapi di dalam gelas keramik kecil. "Obat anda pak,"kata Tiff sambil meletakkan gelas dan cangkir di meja Siwon.
"Tiff, kapan kau menerima surat ini?"tanya Siwon sambil menunjukkan amplop surat coklat yang isinya sudah dia baca. Tiff memandang amplop surat tersebut dan mengerutkan keningnya sejenak.
"Oh, surat itu datang kemarin siang pak. Apa ada sesuatu yang salah?"tanya Tiff sedikit takut dengan aura bosnya tersebut. Jika itu adalah surat kaleng, maka Siwon tak perlu gusar begitukan? Dia sudah mendapatkan ratusan surat kaleng dari penggemarnya saat dia masih menjadi seorang aktor.
![](https://img.wattpad.com/cover/75027091-288-k772240.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dad, I Love a Guy 2
Fanfictionlets say, ini merupakan kelanjutan dari Dad, I Love a Guy.