PAGI yang tak cukup cerah untuk mendukung aktivitas seolah sadar bahwa ada sosok gadis yang sedang terlihat marah. Kali ini bukan dengan sesama gadis melainkan dengan sosok lelaki yang memiliki tinggi standart dari lelaki lainnya.
"Heh! Tindakan kamu ini keterlaluan!" Umpatnya kesal.
Lelaki itu sama sekali tak menggubris ucapan gadis yang wajahnya terlihat memerah seolah terpanggang panasnya bara api.
"Cewek berisik. Selalu ikut campur urusan orang!"
Lelaki itu kemudian melangkah meninggalkan gadis yang masih kekeh pada tempat berdirinya.
"What a bad day i get~"
***
Coffe bar, 13.45 PM
Secangkir coffelate tersaji di hadapannya.
"Eve.... evelyn...."
Seseorang berteriak memanggil nama itu.
"Claa..."
Kini dua wanita sedang bertemu dengan wajah yang sudah tak dapat menahan narasi cerita yang akan mereka bagi.
Evelyn. Ya! Itu dia. Gadis yang sempat marah pada lelaki yang tak menggubrisnya pagi tadi.
"Kenapa Eve? Muka kamu ga asik banget"
"Kamu tau Rendy kan? Tu anak berulah lagi! Aku kesel Cla.... kesel"
Eve akhirnya membuka cerita pada teman dekatnya, Clara.
Terungkap! Lelaki itu bernama Rendy. Lelaki yang biasa berbuat ulah dan selalu dipergoki oleh Eve.
"Eve. Kamu selalu aja punya masalah sama dia. Kamu tau kan dia emang cowok yang hobinya di luar batas seharusnya"
"Claa... tapi dia itu... akh! Dasar cowok! Ga cukup apa ya punya pacar 1"
Eve menggerutu kesal mengingat kelakuan Rendy yang sedang mengumbar kemesraan dengan wanita yang entah siapanya.
"Eve udahlah. Kita juga ga harus ikut campur"
"Ya aku cuma kasian sama Maya harus diduakan berkali-kali"
"Evelyn plis! Udah"
Clara mencoba menghentikan ocehan Eve yang jika dibiarkan akan semakin menjurus lebih jauh.
***
Langit malam kali ini menggantikan redupnya pagi tadi. Pancaran sinar dari jutaan bintang mulai memanjakan mata namun ada satu hal yang mencuri perhatian Eve. Salah satu bintang yang tepat berdampingan dengan bulan sabit membuat langkahnya terhenti dan diam sejenak memandang langit lebih lama.
"Yaah.... langit aja punya lukisan yang menunjukkan pasangan. Laah aku? Yang jelas ada di bawah mereka malah ga punya. Malu sama langit"
Eve mulai bergumam entah kali ini dia merasa galau atau hanya sekedar menceritakan sekilas tentang kesendiriannya.
Dia mulai melanjutkan langkah untuk pulang karena kakinya sudah cukup jauh melangkah tanpa ada arah yang jelas dan hanya stuck di coffe bar.
Tok... tok....
Jarinya mulai mengetuk pintu rumah yang terlihat sepi."Ma.... Evelyn pulang"
Ketukan berkali-kali tak membuat orang di dalam keluar untuk membukakannya pintu.
Tangannya mulai merogoh isi slingbag dan mengeluarkan ponsel miliknya."Kunci serep ada di bawah keset. Kamu kelamaan pulang!"
Tulis pesan singkat yang dikirim oleh kontak bertuliskan "MAMA ♥"
KAMU SEDANG MEMBACA
Caramel Flavor
Teen FictionAku tak suka caramel. Sungguh aku tak menyukai rasa itu. Entah apa yang membuatku seolah ingin tahu tentang rasanya setelah kamu menghipnotisku dengan sikap dingin dan sorot mata tajammu ~ Evelyn