BAB 1

101 5 1
                                    

Terlihat dua gadis cantik -Vreya dan Elena- tengah berjalan-jalan disebuah taman sambil memakan es krim yang baru saja dibelinya.
"Sshh aww." Tiba-tiba saja Vreya meringis kesakitan, sambil memegangi perutnya.
"Vreya, kamu baik-baik saja kan?" Tanya Elena dengan muka cemas.
"Ah, hehe. Aku baik-baik aja kok" Vreya berusaha untuk tidak kelihatan sakit.
"Tapi muka kamu pucet banget." ucap Elena sambil memapah Vreya menuju bangku yang ada ditaman. Vreya menekan perut bawahnya untuk meredakan sedikit rasa sakitnya. Setelah sakitnya hilang, dia langsung menyolek es krimnya dan menempelkannya kepipi Elena dan langsung berlari.
"Yaa!! Dasar adik menyebalkan!" Elena langsung mengejar Vreya yang sudah lumayan jauh dari jangkauannya.
"Wlekk!" Vreya memelet-meletkan lidahnya, dan berlari mundur dengan menghadap kearah Elena. Dia tidak sadar kalau Vreya sudah ada didepannya dan --
"Ketangkep juga kamu." ucap Elena. Vreya menyeringai dan dia langsung menggelitikan pinggang elena.
"Hahaha, stop stop vrey, ahah,gelii." seketika itu juga Elena langsung tiduran dirumput, tangannya berusaha untuk menahan tangan vreya untuk berhenti menggelitikinya.
"Hah, hari yang melelahkan." ucap Vreya sambil merentangkan tangannya dan mengikuti Elena, tiduran dirumput.
'Smoga ini yang terbaik' ucap Vreya dalam hati, memejamkan matanya sesaat untuk meredakan pusing yang tiba-tiba menyerang kepalanya.
"Vreya!" panggil Elena sambil menggoyang-goyangkan bahunya.
"Hmm."
"Pulang yuk vrey, udah sore nih."
"Yaudah yuk, aku juga udah cape." Vreya menegakkan tubuhnya dan menepuk-nepuk badanya untuk menghilangkan sisa-sisa rumput yang ada dibadannya.
"Let's go home." Elena langsung merangkul bahu Vreya dan pergi menuju parkiran untuk mengambil sepeda yang tadi mereka pakai untuk pergi ketaman.

***

"Dari mana saja kalian?" ujar seorang wanita paruh baya dengan dingin.
"Tadi aku sama vreya abis ke taman komplek mih." ucap Elena tersenyum manis, sedangkan Vreya hanya menundukkan kepalanya dan memilin baju yang ia pakai.
Wanita paruh baya itu, felix. Tersenyum melihat elena "Yaudah sekarang kamu mandi, udah sore dan vreya cepatlah mandi tubuhmu itu sangat bau." dan saat melihat Vreya, senyum itu memudar, sorotan mata yang tadinya terlihat hangat berganti menjadi dingin.
Vreya langsung meringis dalam hati, sudah sangat terbiasa dia mendapatkan perhatian yang begitu menyayat hati, Elena hanya bisa memandang sendu kearah Vreya. Vreya bergegas menuju kamarnya, untuk melaksanakan perintah mamihnya.
Elena hanya bisa menatap tajam kearah mamihnya, yang hanya dibalas dengan tampang tidak bersalahnya. Elena menghentakkan kakinya kesal dan langsung pergi kearah kamarnya.
'Maafkan mamih nak.' ucap mamih felix dalam hati, sebenarnya ia merasa sangat bersalah berbuat sperti itu kepada Vreya. Tapi amarahnya akhir-akhir selalu menguasainya. Jika melihat Vreya, ingatan masa lalunya langsung berputar dipikirannya.

---

Vreya sedang merenung dikamar, dia sangat bingung kenapa mamihnya sangat membenci dirinya. Padahal dia tidak mempunyai salah apa-apa terhadap mamihnya.
"Hahhhh." Vreya menghela nafas lelahnya, pusing yang dia rasakan sewaktu ditaman belum menghilang juga. Dia segera membuka laci nakas disebelah tempat tidurnya dan mengambil sesuatu disana, ternyata isi laci tersebut adalah berbamacam-macam jenis obat yang sangat banyak. Dia sengaja mengunci laci tersebut agar orang-orang yang memasuki kamarnya tidak tau isi laci itu. Mamih felix dan Elena juga tidak tau tentang hal ini, dia juga sengaja menyembunyikan perihal penyakit yang dialami semenjak kejadian yang nyaris merenggut nyawa mamihnya. Dia langsung meminum obat tersebut tanpa mengisi perutnya terlebih dahulu. Vreya beranjak dari kasurnyaa untuk mengambil sebuah boneka berukuran besar disudut sofa.
"Hai Rio, gue kangen banget sama lo. Lo baik-baik ajakan disana? Mamih masih belum berubah yo, dia masih sama kaya yang dulu, masih benci sama gue. Gue juga gak tau salah gue apa! Lo tau gak yo? Coba aja lo masih disini sama gue yo." Vreya memandangi boneka tersebut dengan waktu yang lama, dia rindu kepada Rio, orang yang telah memberikan boneka ini padanya, dia ingin sekali bertemu dengan Rio. Tapi, itu tidak mungkin terjadi karena dia sudah bahagia disurga sana bersama papihnya-Vreya
"Saat semuanya pergi ninggalin gue, cuma lo yang ada disamping gue, cuma lo yang bisa ngertiin gue, cuma lo yang selalu ada buat gue. Tapi sekarang, lo udah pergi ninggalin gue sendirian. Gue sayang banget sama lo yo. Lo bener yo sebenci-bencinya mamih sama gue, tapi dia tetep perhatian sama gue, walaupun dengan cara yang kasar. Gue sayang mamih, gue sayang papih, gue sayang Elena dan juga lo. Cepat atau lambat gue akan nemuin lo yo. Tunggu gue okay." Vreya menangis dalam diam sambil memeluk boneka pemberian Rio.
Tanpa disadari Vreya ternyata Mamihnya mendengar semua omongan Vreya, tapi dia tidak peka untuk kalimat terakhir yang Vreya ucapkan. Dia juga sangat sedih melihat Vreya seperti itu.
"Maafin mamih Vreya, Mamih juga sayang banget sama Vreya." Ucap mamihnya sambil menangis, dia harus segera kekamarnya jika tidak ingin diketahui keberadaannya oleh Vreya.

***

Keesokan harinya Vreya sudah siap berangkat kesekolah, Vreya turun kelantai dasar untuk sarapan.
"Pagi Elena, Pagi mamih." Sapa Vreya dengan senyum manisnya.
"Pagi juga Vreya." balas Elena juga dengan senyum yang takalah manis. Vreya melirik mamihnya yang tidak membalas sapaannya, mamihnya seperti tidak mengetahui keberadaan Vreya atau lebih tepatnya pura-pura tidak mengetahui keberadaan Vreya. Vreya hanya menunduk dan menghela nafas. Elena yang melihat itu langsung menarik Vreya duduk dibangku sebelahnya tetap didepan mamihnya untuk sarapan.
"Sarapan yang banyak ya, Vrey. Biar kamu kuat!" Ucap Elena sambil meletakkan secentong nasi kepiring Vreya.
"Makasih ya kak."
"Iya sama-sama." setelah itu mereka bertiga menghabiskan sarapan ditemani dengan keheningan dan kecanggungan.

SREKK

"Mamih selesai, mamih berangkat dulu ya len. Sekolah yang pinter." Mamih felix mencium puncak kepala Elena dan langsung berlalu keluar untuk berangkat kerja menghiraukan Vreya yang menatapnya dengan sendu. Vreya yang melihat itu hanya bisa menahan tangisnya.
"Vrey maafin mamih ya, mamih gak bermaksud untuk kaya gitu sama kamu kok." ucap Elena sambil memegang tangan Vreya, dia merasa bersalah kepada Vreya, karna hanya dia yang diperlakukan manis oleh mamihnya sedangkan Vreya, Nothing! Vreya mencoba tersenyum yang terlihat sangat dipaksakan.
"Gak papa kok kak. Lagian mamih salah apa sama aku? Kakak juga ngapain minta maaf segala. Disini gak ada yang salah kok kak. Mending kita berangkat! Ayo kak." Vreya langsung menyeret tangan Elena keluar runah untuk berangkat sekolah.
'Rasanya sakit sekali Tuhan.' ucap Vreya dalam hati.

***
DOR
"Yaampun!!" Vreya berseru kaget saat ada orang yang menepuk pundaknya.
"Hai Vrey." sapa orang -cowok- tersebut sambil nyengir tanpa merasa bersalah
"Sialan lo, Al. Bikin gue jantungan mendadak tau gak!" Kesal Vreya
"Masih pagi gak boleh marah-marah dong. Nanti cepet tua lohh." Satu orang cowok -lagi- ikut nimbrung sambil menyolek-nyolek pipi Vreya.
"Isshh apaan sih lo Van, gue yang tua kenapa lo yang repot, Hah!" Vreya menepis tangan Vandra yang kini malah mencubit kedua pipinya.
"Hey Van, jangan cubitin pipi cewek gue. Kasian tuh pipi udah merah." Ucap Alvi dengan santainya
"Cewek lo?" Vandra mengangkat satu alisnya tinggi-tinggi
"Iya cewek gue, emang kenapa?." tanya Alvi
"Kapan jadian lo? Vreya itu cewek gue!" Ujar Vandra sambil bersedekap dada
"Gue sama Vreya itu em---"
"STOP!! Denger ya kalian berdua! Gue itu bukan cewek siapa-siapa. Jadi tolong jangan ribut disini kuping gue pengang nih dengernya!" Vreya memotong ucapan Alvi. Saat Vandra ingin berbicara, tapi tidak jadi karena sudah ada guru yang masuk kekelasnya. Vandra dan Alvi pun segera pindah menuju bangkunya yang berada di belakang tempat duduk Vreya.
Pelajaran pun dimulai dengan keadaan kelas yang terdengar sedikit ribut.

°Last Song For You°Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang