Lo tau ngga sih? Anak baru nya itu cogan sist! Dan lo tau ngga sih? Udah cogan, tajir, pinter, badan nya sixpack lagi! Ngga kaya Deni yang onepack alias buncit! Hahahaha...
Aeiris memandang sekilas ke arah perkumpulan cewek yang sedang bergosip ria membentuk lingkaran di depan kelasnya, yang hanya akan bubar kalau ada Pak Rahman sang guru piket datang yang notabenenya guru galak naujubileh. Aeiris lantas melangkahkan kakinya memasuki kelas XI-IPA2, ia sama sekali tidak tertarik untuk bergabung atau hanya sekedar menyapa ke perkumpulan cewek itu karna Aeiris membenci hal-hal yang tidak penting seperti hal nya perkumpulan cewek itu yang memang selalu membahas hal-hal yang tidak penting dari hal nya gosip ketua osis SMAN PELITA BANGSA yang playboy atau hal nya membahas pena murid yang suka hilang, mereka menyebutnya 'Tuyul Haus Pena', so? Ngga penting banget kan.
Aeiris mengarahkan pandangannya ke dalam kelas, suasana kelas cukup ramai wajar saja hari ini hari senin, murid-murid datang tepat waktu untuk melaksanakan Upacara. Aeiris melangkahkan kaki menuju kursinya yang terletak di barisan kedua dari depan, sudah siang begini tapi teman sebangkunya tak kunjung datang. Lalu ia mendudukan badan nya, melepas tas ranselnya dan mengambil buku beserta pena nya, lalu menjatuhkan kepalanya ke atas meja. Aktivitas rutin nya setiap pagi: menunggu bel berbunyi sambil membuat serangkaian puisi yang nantinya akan ia simpan.
"Pssttt! Aeiris!" aktivitas mencoret-coret kertas dengan pena pun terhenti saat merasa namanya dipanggil, dengan gerakan malas Aeiris mendongakkan kepalanya melihat wujud suara tersebut.
"Apaan bel? Pake bisik-bisik segala? Gue lagi ngerjain project baru tau", ucap Aeiris malas lalu menjatuhkan kepalanya lagi di atas meja.
Secara tiba-tiba tangan Aeiris diseret, membuat Aeiris yang tidak siap akan mendapat seretan ditangannya lalu membuat tubuhnya limbung dan hampir menghantam meja di depannya kalau saja tidak ada yang menahan berat tubuhnya.
"Weitsss, Aeiris kalo mau modus-modus sama babang Deni mah ngga usah pake acara jatuh-jatuhan, sini aja babang peluk" ujar Deni seraya merentangkan tangannya lebar-lebar.
"Apaan sih! Ogah banget!" ucap Aeiris ketus.
"Yeilah, galak amat ris. Babang Deni yang gantengnya melebihi Justin Bieber ini ditolak mentah-mentah, sedih nih abang dek" ujar Deni sang pentolan kelas.
Belum sempat Aeiris berbicara, tangan Aeiris ditarik lagi keluar kelas, "Bel apaan sih narik-narik terus?" sesampainya mereka diluar kelas.
"Gue lagi bete sama doi, lu umpetin badan gue dibelakang badan lu ya pas lewatin kelasnya si Gilang. Please ya ris", ujar Abel dengan muka yang sangat menyedihkan.
Aeiris berdecak sebal, acara pagi nya dikacaukan oleh makhluk yang sudah hampir setengah semester ini duduk di sebelah bangkunya, dan teman satu-satunya yang paling dekat dengannya, Abel. "Emang badan gue segede apa sih? Yaudah ayo!"
Merasa mendapat lampu hijau dari temannya, Abel langsung mengambil posisi dibelakang tubuh Aeiris lalu mereka berdua melewati koridor XI-IPA1 yang bersebelahan dengan kelasnya. Aeiris berjalan yang di ekori oleh Abel, mereka terlihat seperti anak itik yang mengekori induknya.
Di pertengahan jalan, Aeiris menyeret Abel untuk bersejajar disampingnya bukan mengekori nya lagi. "Kenapa lagi sih emang lu sama Gilang?" Abel mendengus dan merapihkan seragamnya yang agak berantakan.
"Lo gimana sama si Daffa? LDR beda sekolah susah ya ris? Kasian," ledek Abel sambil mengalihkan pertanyaan Aeiris tadi.
"Gausah mengalihkan pembicaraan ya, curut." Aeiris melenggangkan kaki nya dengan bete untuk menuju lapangan sekolah, meninggalkan Abel sendirian dibelakang. Merasa di tinggal, Abel mengejar Aeiris lalu menariknya-lagi-.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aeiris
Teen FictionKamu pergi meninggalkanku tanpa ada alasan yang jelas. Sudah cukup lama aku menunggu kamu kembali. Tapi sampai saat ini aku tak pernah menemukanmu kembali, entah kapan kamu kembali. Tapi bila suatu saat kamu kembali, mungkin kamu akan kembali tetapi...