Aku tak habis pikir tentang persepsi orang-orang mengenai diriku. Aku merasa risih dengan mereka yang memperhatikanku dari atas ke bawah lalu ke atas lagi dan berhenti pada kacamata ber-frame lingkaran menyerupai Harry Potter yang aku kenakan, lalu mereka tersenyum padakuMungkin aku akan sangat bahagia jika senyum yang setiap orang lemparkan padaku adalah senyum tulus. Sayangnya ini bukan, yang aku dapatkan hanyalah senyuman mengejek, smirk dan sarkastik dari setiap orang yang aku jumpai, bahkan tak sedikit dari mereka yang terang-terangan mentertawaiku. Rasanya aku ingin tenggelam saja saat mereka melakukan itu padaku.
Mirisnya, perlakuan seperti itu adalah makanan sehari-hariku di sekolah, oh bukan... Bukan hanya di sekolah, melainkan di-mana-pun-aku-berada terutama di keramaian. Karena itulah aku sangat anti dengan tempat ramai
Aku bosan menjadi seperti ini.
------
"Andien, untuk kedua kalinya anda melamun di jam pelajaran saya. Dengan senang hati saya persilahkan anda keluar dari ruangan ini."
Seorang guru dengan rambut bergelombang dan berwajah lemah lembut menghampiri Andien yang masih terlarut dalam lamunannya. (aku harap kalian tidak akan terkecoh dengan wajah lemah lembutnya).
Guru tersebut menepuk pundak Andien dan melemparkan senyum khas nya yang mampu membunuh ribuan ekor semut kepada Andien, syukurnya nasib Andien tak seburuk ribuan ekor semut yang menjadi korban tatapan Ibu Tiwi, ia hanya tersentak kembali dari lamunannya dan tersenyum.
"Ya ada apa bu?" Tanya Andien dengan wajah polosnya.
"Silahkan keluar." Jawab Bu Tiwi kini dengan senyum lemah lembutnya-lagi.
"Oh... Okay."
Andien bangkit dari tempat duduknya dengan perasaan tanpa beban dan keluar kelas dengan ekspresi riang bagaikan seorang anak kecil yang di belikan es krim kesukaannya lalu berjalan menyusuri koridor sekolah tanpa keluhan apapun, bahkan ia sempat menyapa anak-anak yang sedang praktek lapangan. Ia sangat terbuka dan santai. Bahkan mungkin terlalu santai hingga ia tak mempermasalahkan hukuman yang di beri Bu Tiwi.
Terkadang aku sangat iri padanya.
Andien adalah gadis periang dan fleksibel yang menjadi idola banyak orang, otak cemerlang yang mampu membuat semua orang terpukau jika datang ke rumahnya yang penuh dengan piala, senyum manis yang ia miliki sangat pas di padu padankan dengan kulit kecoklatan yang ia dapatkan dari hobinya bermain surfing. Menurutku ia gadis yang sangat sempurna, berbanding terbalik dariku, gadis yang hanya hidup di balik buku-buku tebal dan bersembunyi di lorong perpustakaan sekolah dengan headset dan internet yang menemani selain buku-buku tebal ini.
Andaikan aku bisa menjadi seperti Andien......
*Kringgg.
Bel istirahat kedua berbunyi, sepertinya tadi aku melamun, beruntung tak di perhatikan oleh Bu Tiwi. Aku bukanlah Andien yang bisa santai menerima hukuman.
Bu Tiwi mengakhiri materi pelajarannya dan meninggalkan kelas. Seketika kelas menjadi sangat bising dan selang 2 menit, kelas menjadi sepi kembali. Namun dengan suasana berbeda menyisakan 2-3 murid di kelas, termasuk aku. Istirahat kedua biasanya perpustakaan sekolah sudah tutup dan aku lebih memilih untuk berdiam diri di kelas dengan novel yang telah aku pinjam di perpustakaan saat istirahat pertama.
Namun entah kenapa hari ini aku sangat ingin pergi ke taman belakang, salah satu tempat sepi yang terkadang aku jumpai, mungkin efek liburan panjang membuatku merindukan tempat itu.
Aku berjalan menyusuri koridor sekolah, rupanya hari ini sekolah ramai dengan murid-murid baru yang telah selesai menjalankan Masa Orientasi Siswa. Aku mempercepat langkahku agar tak berlama-lama menjadi tontonan adik kelas di sekitar koridor.
KAMU SEDANG MEMBACA
Come Back To Me
Teen FictionFor all the girls who feel uncomfortable with their selves : 1. You are perfect in your own way. 2. You are precious by your inner beauty. 3. You are the queen of someone's heart. And you will find someone that you want in this story