Revenge

70.7K 917 9
                                    

ATTENTION!!! mengandung unsur erotis. Untuk 17+. Pernah di publish di portalnovel.blogspot.com

REVENGE

Aku membenci wanita itu. Sangat membencinya. Sebenarnya tak ada yang salah dari dirinya. Dia cantik. Manis. Berambut hitam sebahu dan juga baik. Tapi dia adalah penyebab utama kematian adikku. Ya, Adikku satu-satunya. Yuda.

Aku ingat bagaimana pertama kali Yuda menceritakan siapa wanita ini kepadaku. Rasa kagumnya kepada wanita ini tak mampu di tutupinya. Wajahnya selalu tersipu malu ketika menyebut nama wanita ini. Krista.

"Tadi pagi dia buatin aku makan siang sebelum meeting. Seneng sih, aku kira cuma aku aja yang dibikinin kak tapi ternyata satu ruangan meeting juga di bikinin hahahha bikin ge er aja." Ucapnya malu-malu sambil menggaruk-garuk kepalanya.

Aku hanya tertawa-tawa ketika dia selalu menceritakan hal konyol yang dia lakukan di depan wanita itu. Sesekali aku menjitak kepalanya karena dia bertindak tidak gentle dan bodoh di hadapan wanita itu.

Aku belum pernah bertemu dengan Krista. Untuk apa? Aku bukan orang yang ingin tahu kehidupan orang lain, meskipun itu kehidupan adikku sendiri. Yuda sering menceritakan kalau Krista begini. Krista begitu. Tapi aku sama sekali tidak tertarik.

Suatu hari ketika kami berdua sedang duduk-duduk di teras sambil menyeruput kopi kami masing-masing. Yuda kembali menceritakan kisahnya bersama Krista di kantor. Aku mendengarnya sambil lalu.

"Kalau kamu mau dia lihat kamu. Ya kamu tembak dong. Jangan cuma di belakang aja beraninya." Ujarku seraya meletakkan gitar di samping sofa.

Yuda menyeruput kopi hangatnya lalu menaikkan kakinya ke atas sofa. "Sebenernya juga gitu, Kak. Aku pengen nembak dia."

Aku langsung menengok ke arahnya. "Bagus dong. Tunggu apa lagi? Sebelum kamu di dahului orang lain. Aku dukung kamu." Aku mengacungkan ibu jariku sebagai tanda dukunganku.

Yuda tersenyum riang. "Tapi masih belum berani. Takut di tolak." Yuda kembali termenung.

Aku menepuk punggungnya keras, sampai-sampai Yuda meringis kesakitan. "Kamu laki-laki bukan sih? Kalau laki-laki berani ambil resiko. Kalau kata orang tuh, langsung sikat aja." Seruku marah-marah. Terkadang aku ingin menjitaknya habis-habisan karena sikapnya yang pemalu.

Esok paginya ketika aku hendak berangkat kerja. Kulihat ada sebucket bunga mawar tergeletak di atas meja makan. Aku melihat bunga itu lama.

"Itu punya kamu, Dika?" tanya mama membuyarkan lamunanku.

Aku menggeleng. "Bukan ma. Aku kira ini punya mama."

Mama menggeleng. "Dari tadi pagi ada disini. Lagian mama nggak suka mawar. Banyak durinya."

Seketika itu juga Yuda datang dengan membawa dasinya yang belum terpasang dan tas kerjanya dengan terburu-buru. Dia menghampiri meja makan lalu duduk tanpa memperhatikan kami yang berada di sekitarnya. Dengan tergesa-gesa di baliknya piring yang berada di hadapannya lalu di isinya dengan nasi goreng dan memakannya dengan lahap. Aku dan mama hanya terpaku melihat kejadian itu.

One ShootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang