Terima Kasih Andra !

62 21 16
                                    

BRAAKKK !

"Mana yang namanya Adele!" Gebrakan daun pintu kelas sontak membuat seluruh murid XI IPA 2 menoleh ke arah suara. Bahkan Ali dengan tubuh gempalnya nyaris jatuh dari kursi yang ia tempati. Sementara sosok di daun pintu itu tak sendirian, ia bersama pengikut - pengikutnya yang lain.

"Eh kak Raisa KW, mau nyari saya kali bukan Adele." Seperti biasa Rafi si playboy XI IPA 2 mencuri start terlebih dahulu dengan gaya sok maskulinnya.

"Gak usah banyak bacot! Adele mana!" Perempuan berambut panjang itu makin berapi - api, kakinya maju selangkah, bola matanya mencari - cari seseorang dari ujung ke ujung ruangan.

"Ada masalah apa sih sama Adele?" Aron angkat bicara, ia sudah tak tahan melihat keributan di awal hari begini.

"Gue tanya Adele di mana!!" Nafas kak Melani tak beraturan, bola matanya tajam, tapi juga sayu. Perpaduan antara amarah dan kesedihan.

"Kenapa kak Melani nyari saya?" Gadis yang di cari mengernyitkan dahi, ia tak mengerti apa yang terjadi dikelas lantaran ia baru muncul.

"Ikut gue sekarang!" Tanpa ba - bi - bu lagi kak Melani bersama anggota genknya segera menggiring Adele entah kemana.

Sementara Aron, Ali, dan Rafi berusaha membuntuti dari arah belakang. Mereka tak ingin seorang Adelea mendapatkan masalah yang akan membahayakan dirinya maupun anak kelas.

***

"Adele lo gak apa - apa kan?" Aron menghampiri Adele yang baru saja keluar dari ruang Kepala Sekolah. Sementara gadis di hadapannya itu memasang ekspresi yang berbanding terbalik dengan sang penanya.

"Loh, kok lo pada disini?" Yang di tanya malah tersenyum lebar.

"Ada apa sih, Del?" Tanya Rafi penasaran.

"Gak ada apa - apa semuanya baik - baik aja kok."

"Huh tau gini gue gak akan buntutin lo, Del. Padahal gue udah rela - relain ninggalin PR yang terbengkalai demi lo." Keluh Ali.

"Yaelah Li. Sorry deh, lagian kan gue gak minta lo buat buntutin gue."

"Adele ." Kak Melani sudah muncul dihadapan Adele. Ekspresinya tak berubah sedari tadi. "Sampe lo gagal, lo tau kan apa yang bakalan terjadi?" lanjutnya.

Adele hanya mengangguk mengerti, wajahnya tetap santai dan tersenyum. Mengingat bel masuk kurang dari 5 menit lagi, jemari tangan kanan nya memberikan isyarat kepada Ali, Aron, dan Rafi untuk segera menuju kelas.

***

"Hufftt anjir akhirnya pelajaran matematika kelar juga, untung gue kagak di suruh maju kedepan." Keluh Ali. Entah mengapa pelajaran matematika menjadi momok yang menakutkan bagi para murid. Terutama pada Ali.

Seperti anak laki - laki lain pada umumya, ia tak akan segan berlama - lama berada di kelas. Tentu saja ia lebih memiih nongkrong di luar ataupun di depan kelas.

"Adele ada?" Baru sekian detik Ali mejeng di depan pintu kelas, sosok tinggi yang cukup familiar di sekolah kini sedang berhadapan dengannya.

"Ada bang, bentar ya hehe." Bola mata Ali berkeliaran mencari - cari sosok yang dimaksud, namun tak ada tanda - tanda gadis itu di dalam kelas. "Gak ada bang. Di kantin kali."

Tak ada jawaban, sosok itu langsung melesat pergi begitu saja.

"Woy Li, lu gak jajan?" Gadis yang dicari baru datang dengan sekantung plastik penuh berisi makanan di kedua tangannya.

"Del tadi di cariin, baru aja, sama bang Andra."

"Apa? Andra nyariin gue? demi apa lo ?" Tanya gadis itu tak percaya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 30, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Berlari Bersama AwanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang