Setiap sore, Tita selalu duduk di teras rumahnya untuk menunggu seseorang melewati rumahnya, namanya Fandi, rumah Fandi dan Tita satu komplek. Fandi itu selalu pulang ke rumahnya pada sore hari dan selalu melewati rumah Tita, maka karena itu Tita selalu duduk di teras rumahnya setiap sore, hanya untuk sekadar melihat Fandi melewati depan rumahnya.Pertama kali Tita melihat Fandi adalah dua tahun lalu, saat Mama Tita memintanya untuk mengantarkan kue ke rumah tetangga baru, dan ternyata itu adalah rumah Fandi, dan mungkin sejak saat itu Tita mulai mengagumi Fandi. Saat pertama kali melihat Fandi, Tita merasa Fandi itu perpaduan antara keren dan Manis, dengan tubuhnnya yang tinggi dan tegap, rambut hitam legamnya yang hampir menutupi telinga, ditambah kulitnya yang tidak terlalu putih menambah kadar manis di wajah Fandi, menurut Tita.
Sayangnya, Tita dan Fandi bahkan tidak pernah dekat. Jangankan dekat, sepertinya saling sapa saja sudah bisa membuat Tita melompat-lompat kegirangan seperti anak kecil. Tapi bagi Tita, hanya melihat Fandi melewati rumahnya saja, itu sudah membuatnya senang.
Dan seperti biasa, sekarang Tita sedang duduk di teras rumahnya menunggu Fandi melewati rumahnya. Dan benar saja, tak lama kemudian Seorang lelaki dengan seragam SMA sedang berjalan melewati rumah Tita. Senyum Tita tak bisa berhenti melihat Fandi melewati depan rumahnya. Ingin sekali rasanya Tita menyapa Fandi, tapi Tita tidak mempunyai cukup keberanian hanya untuk sekadar menyapa Fandi.
Tiba-tiba Fandi berhenti di depan rumah Tita.
Tunggu, apa mata Tita tidak salah melihat Fandi berhenti tepat di depan rumahnya? Tita tidak salah lihatkan? Yaampun, Tita haru bagaimana ini?
"Hai." Tita tidak salah dengarkan? Fandi say hi pada Tita?
"Hai juga." Tita tidak terlihat anehkan? Yaampun rasanya seperti ingin meleleh menjadi lumpur.
"Nanti malem kerumah ya," kata Fandi, yang berhasil membuat Tita ingin melompat-lompat seperti anak kecil.
"Eh--ngapain?"
"Bunda ngadain syukuran, ajak juga Mama lo ya."
"Iya."
"Eh iya, nama lo siapa?"
"Tita."
"Oh oke, gue duluan."
Fandi sudah pergi, Tapi Tita masih bergeming di tempat yang sama. Tita merasa ini seperti mimpi, mengobrol dengan Fandi? Yaampun bahkan Tita tak pernah berekpetasi setinggi itu pada hubungannya dengan Fandi.
Tita berlari kedalam rumahnya, ia menghampiri Mamanya yang sedang menonton TV di ruang keluarga.
"Mamaaa... nanti malem kita di undang ke rumahnya Fandi," ucap Tita bersemangat, denga senyum seribu wattnya.
"Iya udah tau kok, tadi siang Bu Gita udah ngasih tau Mama." Tita hanya ber'oh' ria mendengar jawaban Mamanya.
"Mama mau bawa apa nanti malem kerumah Fandi? Kue? Manisan? Sini Tita beliin."
Mama Tita menatap Tita aneh, kenapa anak satu-satunya ini tiba-tiba berubah menjadi rajin begini? Padahal biasanya disuruh pergi kewarung saja, Tita paling malas.
"Kamu aneh deh."
"Aneh kenapa sih Mah?" Ujar Tita sembari medudukan pantatnya sofa, samping Mamanya.
"Ya aneh aja, tiba-tiba jadi rajin begini."
Tita memutar bola matanya malas,"yaampun salah mulu ya aku, aku males diomelin, aku rajin dikatain aneh."
"Ya abis, tiba-tiba berubah begini ya anehlah."
"Udah ah, jadi gak nih beli kuenya?"
"Gak, tadi udah nyuruh Mang Asep beli kue kedepan."
KAMU SEDANG MEMBACA
SORE
Short StoryMenunggu seseorang pada sore hari, adalah hal yang menyenangkan bagi seorang Tita.