"Tapi, hannie-ah. Kamu sudah berjanji padaku kalau kita akan pulang sama-sama hari ini. Dan tiba-tiba saja hari ini kamu membatalkan janjimu itu, hanya untuk latihan drama konyol ini?"
Jeonghan menatap tajam wajah seungcheol. Seungcheol yang menyadari bahwa pemilihan kata yang terlontar di bibirnya adalah sebuah kesalahan besar, karena telah menghina minat dan hobi jeonghan pada dunia teater, dengan segera membulatkan matanya dan memukul kepalanya sendiri atas kecerobohannya itu.
"Apa yang kamu bilang barusan?!"
"Bukan, maksudku begini sayang, aku kan baru saja pulang dari jepang setelah mengikuti pertukaran pelajar, dan kita sudah 3 bulan tidak bertemu. 3 bulan itu bukan waktu yang singkat, dan aku sangat merindukanmu. Apa kau sudah tidak merindukanku lagi, hmm?"
"Aku juga merindukanmu, bodoh. Tapi, latihan drama kali ini sangat penting. Minggu depan kami sudah pentas untuk perlombaan antar SMA di Seoul, dan kalau memang kamu ingin pulang dulu, pulanglah. Setelah aku selesai latihan, aku akan mampir ke rumahmu. Aku juga sudah lama tidak bertemu mama."
Seungcheol mendengus kesal. Niatnya untuk menghabiskan waktu berdua saja dengan kekasihnya setelah 3 bulan berpisah, sepertinya harus tertunda.
"Tidak. Aku akan menunggumu latihan. Dan kita akan pulang sama-sama seperti yang sudah kita sepakati kemarin."
"Terserah kamu saja. Tapi kalau nanti kamunya mati bosan, jangan pernah salahkan aku."
Jeonghan mencolek pelan hidung seungcheol sambil tertawa usil. Bibir seungcheol yang sudah mengerucut sejak awal jeonghan membatalkan janji mereka, semakin tidak berbentuk. Raut mukanya masam. Tapi untuk bisa berduaan saja dengan jeonghan, jika harus mati karena bosan pun, seungcheol tidak masalah.
Jeonghan yang sudah akan melangkah naik ke atas panggung dan menjauhi kekasihnya yang sedang duduk di bangku penonton paling belakang, tiba-tiba saja pergelangan tangannya ditarik kembali ke tempat awal dia berdiri, tepat di hadapan seungcheol. Seungcheol membalikkan badan jeonghan hingga menghadapnya lagi, memeluk pinggangnya erat, dan membenamkan wajahnya di perut jeonghan sambil mencium dalam-dalam aroma khas tubuh kekasih cantiknya itu.
"Aku kangen kamu, hannie-ah."
Jeonghan tersenyum simpul. Dilingkarkannya tangannya di leher seungcheol dan dibelainya lembut rambutnya. Badannya membungkuk untuk mencium ujung kepala seungcheol, yang kini berwarna coklat dan agak sedikit acak-acakan.
"Aku juga kangen kamu, baby-hui."
Seungcheol menghela napas panjang dan mengendurkan pelukannya. Wajahnya didongakkan ke atas dan berusaha memasang wajah paling merana yang bisa dia tunjukkan.
"Apa wajah memohonku ini tak cukup untuk kamu membatalkan latihanmu, sayang?"
"Sayangnya tidak."
Dan jeonghan tertawa lantang. Dilepaskannya tangan seungcheol yang masih melingkar di pinggangnya. Diremasnya hidung merah menggemaskan itu dan diciumnya singkat pipi seungcheol, kemudian dia melenggang pergi meninggalkan kekasihnya yang terlihat semakin manyun mendengar jawaban darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untitled
Fanfiction"Begini saja, satu tomat berhasil kamu makan, berharga satu ciuman dariku. Deal?" Seungcheol cepat-cepat melahap tomat yang disuapkannya tepat di depan mulutnya. Satu gigitan pada benda merah menjijikkan itu, membuat satu mulutnya merasakan air jus...