Bagian 1

60 3 4
                                    

Tepat di hari ini 8 tahun yang lalu, aku menginjak bangku kelas 4 SD tepatnya di SD Kauman 1, dimana semua anak menghabiskan waktu hanya untuk bermain, sebab aku pikir masa kecil itu harus bahagia. Dan waktu itulah aku mulai dekat dengan seseorang perempuan yang begitu cantik, imut, ceria. Sebut saja namanya Luna. Ohh iya lupa aku belum memperkenalkan diri, panggil saja Yuhan.

Di kelas 4 aku sebangku dengan dia, entah kenapa bisa sebangku dengan dia, aku pun lupa. Jujur di minggu-minggu pertama aku belum bicara sama sekali dengan dia, mungkin sih seingatku begitu. Dan di minggu berikutnya aku mulai memberanikan diri untuk bicara dengannya, ya sekedar bicara pada umumnya.

"Emm lun, ini gimana ya caranya ngerjain soal yang ini?" tanyaku kepadanya tentang soal matematika dengan gugup. "Ohh gini nih cara ngerjainnya han, mudahkan?" jawabnya dengan ceria. "Ohh gitu to caranya, makasih loh berkat kamu aku jadi bisa ngerjain dengan mudah" jawabku dengan tersenyum kepadanya. Entah itu percakapannya benar ada atau ngga soalnya udah lupa, maklum ini cerita 8 tahun yang lalu.

Dan dimulai dari situlah aku sudah sering bicara dengan luna, bercanda bersama. Singkat cerita aja ya, nanti kalian bosen bacanya kalau terlalu panjang ceritanya. Suatu hari, entah hari apa aku mencoba untuk menggoda dia, bukan tentang cinta tapi mencoba menggoda meminjam uang kepadanya padahal aku dah punya uang sih.

"Lun boleh pinjem uang?" godaku dengan tertawa kecil. "Boleh han, memang mau pinjem berapa?" jawab dia. "Berapa ya, 500 perak aja deh hehe" jawabku dengan tertawa kecil. "Kalau segitu mah ngga usah minjem, tak kasih aja, nih" jawab dia dengan tertawa kecil pula.

Dan keesokan harinya aku meminjam lagi uang kepada Luna, tapi dia tidak mengasihnya gratis secara cuma-Cuma seperti kemarin. Dia menyuruhku menebak gambar uang yang ada pada uang 500 perak, yang pilihannya cuma burung garuda dan angka 500.

"Lun aku pinjem lagi dong uang 500 perak hehe" tanyaku kepadanya dengan tertawa. "Gini aja han, aku kasih uang 500 tiap hari tapi ada syaratnya hehe" jawabnya dengan tertawa. "Haha apaan syaratnya lun?" tanyaku dengan tertawa dan juga bingung. "Syaratnya kamu harus nebak gambar yang ada pada mata uang 500, burung garuda atau angka 500. Kalau benar aku kasih uang 500, kalau salah ya ngga dapet apa-apa haha" jawabnya dengan tertawa terbahak-bahak."Oke deh siap kalau gitu" jawabku dengan semangat.

Dan hari demi hari aku dan Luna selalu begitu, selain dia ngasih aku uang 500, aku juga sering bercanda dengannya ya sebatas candaan anak kecil pada umumnya aja. Eeitss aku lupa memberitahu, diwaktu luna memberikan uang 500 kepadaku pertama kali secara cuma-cuma, sebenarnya aku sudah mulai menyukainya.

Tapi waktu itu aku masih polos, kenak-kanakan namanya aja masih anak kelas 4 SD, ya aku pendam aja rasa sukaku kepada Luna dan ngga mungkinlah aku mengutarakan kepadanya, sebab itu akan terlihat sangat konyol. Dan bisa menjadi bahan bercandaan satu kelas.

Ohh iya aku kenalin dulu sahabatku SD sebelum aku ke cerita selanjutnya yang masih terkait dengan gadis yang bernama Luna. Sebut saja namanya Iqbal dan Fian tapi aku lebih dekat dengan iqbal sih. Suatu ketika aku menantang iqbal adu panco, itu bukan adu panco biasa, menurutku itu adu panco terbodoh sepanjang hidupku.

Bagaimana tidak, aku adu panco dengannya dengan taruhan yang menang, sekali lagi aku kasih tau yang menang ya, dan yang menang itu harus ngasih kado ke Luna, entah kado apa terserah. Itu pertandingan panco terbodoh sepanjang hidupku.

"Bal ayo adu panco tapi ada taruhannya, yang menang ngasih kado ke Luna, gimana?" tanyaku pada iqbal dengan tertawa. Dan iqbal pun setuju dengan taruhannya, dan dengan bodohnya kami melakukannya dengan serius bukan karna taruhan, tapi lebih mengarah pada siapa yang terkuat, dan akhirnya aku pun menang dan harus ngasih kado ke luna, itu hal terbodoh yang pernah kulakukan.

Langsung saja ya aku singkat ceritanya, aku yakin kalian sudah mulai bosan dengan cerita bodohku ini. Akhirnya aku kerumah Luna untuk memberinya hadiah, sebentar aku akan menceritakan sedikit beberapa jam sebelum aku kerumah Luna.

Aku mengajak sahabatku fian untuk membeli hadiah di salah satu tempat di Bojonegoro yaitu Salsa. Di toko itu aku membeli boneka beruang kecil, gelang dan aku taruh di sebuah kotak yang ukurannya kurang lebih 10 kali 10 cm. Itulah kurang lebih singkat ceritanya.

Kembali lagi ke masalah aku kerumah luna untuk memberinya kado. Aku pergi kerumahnya diantar oleh sahabatku fian lebih tepatnya diboncengkan. Waktu hampir sampai dirumah luna aku bingung, karna aku tak berani untuk kerumahnya untuk mengetok pintu rumahnya.

Dan aku berfikiran sama fian untuk meleparkan saja kadonya di depan pintunya. Hal bodoh yang aku pikirkan pun sudah kulakukan, terus apa yang terjadi? Ternyata ibunya luna keluar dari pintu rumahnya dan membawa sapu.

Asal kalian tau sapu itu bukan buat bersih-bersih melainkan di arahkan ke aku dan fian, lantas dengan sepontan fian pun mengayuh sepedanya dengan kencang untuk kabur, waktu kabur permasalahannya pun belum selesai sebab gang rumah luna itu sempit sekali, walau seukuran sepeda, kami sempat menabrak pinggiran tembok gang dan keluar gang dengan selamat.

Keesokan harinya waktu sekolah, luna bersikap biasa seperti hari-hari sebelumnya, dia seperti tidak tau apa-apa soal kado yang aku kasih, entah kado itu diterimanya atau tidak sih. Dan setiap hari sikap kami masih seperti biasa saling bercanda ria, tapi suatu ketika candaan itu hilang dan tak ada sepatah katapun waktu kita bertemu dikelas.

Ya, itu terjadi saat kami naik ke kelas 5 SD, entah kenapa aku tidak berbicara sama sekali dengannya waktu ketemu di kelas, aku pun lupa atau dia di makcomblangkan dengan satu kelasku dan aku cemburu, entahlah aku pun lupa. Tapi satu yang kuingat sejak saat itulah aku sudah tidak pernah berbicara sama luna sampai lulus SD.

Tidak tau kenapa, setiap waktu kumpul SD disaat aku hadir luna tak hadir dan sebaliknya diwaktu luna hadir aku tak bisa hadir, atau ini sudah takdir kami tak bisa bersama, tapi aku tak mau menghapus rasaku kepadanya, sebab dia adalah cinta pertamaku dan kalau aku tak bisa menjadi pendampingnya, aku akan tetap mendoakan yang terbaik untuk hidupnya.

Cinta Berawal  Dari 500 PerakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang