.
.
.- 4:41 pm. Seperti biasa jika jam-jam seperti ini, seluruh anak sekolahan SMA Bina Bangsa sudah berada di asrama mereka masing-masing.
Hanya saja, hari ini, Vano sedang malas melakukan sesuatu apapun itu. Buku-buku yang tebal yang bertuliskan Fisika dengan besarnya, ia bawa memasuki asramanya. Senyum jahil diwajah Vano muncul dan segera berlari ke ruangan yang bertuliskan A Study Room dan menghamipiri laki-laki yang berdiri di depan pintu itu.
"Rasya," ucap Vano sambil menepuk pundak lelaki yang ia panggil Rasya.
Rasya menoleh. "Alvano? Kenapa Al?" ia tersenyum tulus.
Vano tersenyum jahil. "Ngak kok. Ngapain kamu ke sini? Biasanya juga belajar di atas bareng gue."
Rasya tidak jadi membuka pintunya yang terbuat dari kaca, bahkan dindingnya juga kaca. "Perasaan gue emang biasa kok belajar di sini-"
"Kalau di dalam lagi ada Lisia, lo pasti belajarnya di sini. Kekeke," potongnya lalu meninggalkan Rasya di sana.
Ia lalu menaiki tangga, sebelumya ia tersenyum kepada satpam penjaga. Hanya ada 5 lantai dengan kamar yang 20 disetiap lantainya. Vano pengeluarkan kunci yang terdapat gantungan, angka 44.
"Welcome," gumamnya pada diri sendiri. Ia lalu menyimpan sepatu yang dipakainya dan menyimpan buku-bukunya di washtafle(?) kemudian ia masuk di toilet.
Tok tok tok
Suara ketukan itu membuat Vano tak lega membuang air kecil. Ia lalu keluar dari toilet dan membuka pintu yang tepat berada di samping toiletnya.
Vano membukanya, ia kaget melihat siapa yang membuka. "Ngapain ke sini Nunra?"
Nunra kikuk. "Anu.. itu.. aku mau pinjam buku fisika yang kamu bilang bagus itu," ucapnya.
Vano mengagguk. "Ohh yang itu. Kalau aku ngak mau pinjamin gimana?"
"Hah?!" Nunra melotot dan menatap Vano tak terima.
"Lo masuk dulu deh." Nunra kemudian masuk dan pintu tertutup. "Lo liat kostan gue? Berantakan bukan? Gimana kalau lo bersihin sekaligus masak buat gue? Abis itu gue pinjamin bukunya, coul?" tawar Vano.
Nunra manyun. "Kok gitu sih?!"
"Emang kenapa? Yang beli bukunya 'kan gue. Ada masalah gitu kalau aku ngak mau pinjamin? Oh iya, sekalian bersihin lemari dan kulkas gue," imbuh Vano.
"Jahat banget lo," ucap Nunra.
"Lagian lo juga, sekolah di sini cuman bisa minjam-minjam buku doang. Lo kenapa bisa masuk sini?"
Nunra masuk dan langsung melipat baju yang berserakan di dekat kasur. "Oke gue akan lakuin, puas?"
"Hahaha. Bagus deh kalau gitu. Kalau masih ada waktu bersihin toilet gue juga dan masukin baju kotor gue ke mesin cuci," Sikap penyuruhnya sudah keluar.
"Iyaiya bawel."
"Gue tidur yaa. Bangunin gue kalau udah selesai," ucap Vano lalu terlelap dalam tidurnya.
2 jam kemudian...
Kamar Vano telah bersih dan rapi. Buku-buku yang terletak di bawah televisinya sudah rapi. Pakaian di lantai sudah tak ada. Dapur kecilnya juga sudah bersih dan tak ada piring kotor. Lemari juga sudah rapi dan kulkasnya sudah bersih. Bahkan toilet dan pakaian Vano sudah Nunra basmi tak ada yang tersisa. Bahkan Nunra membersihkan yang tidak Vano suruhkan, merapikan sepatu.
"Iblis bangun. Iblis bangun," ucapnya sambil menggoyang-goyangkan bahu dan badan Vano. Tak lama Vano menerjapkan matanya.
"Sudah bersih Nun?" tanya Vano dengan suara serak khas bagun tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Akademik VS Non-Akademik
Teen FictionYang Calvin bingungkan adalah, kenapa salah satu dari mereka tidak ada yang menyukai olahraga ataupun seni? Yang Lisiana bingungkan adalah, kenapa semua orang membenci Matimatika dan semua pelajaran yang berbau hitung-hitungan? Yang Marco dan Mario...