4

132 13 1
                                    

Aku menarik selimut Kaka dan menutupi tubuhnya.

"Cassa. I'm scary."

"Why?"

"I'm just scaried."

"Berdoalah,Ka."

"Okay. Goodnite Cass"

"Goodnite Ka"

Aku mengecup dahinya dan mematikan lampunya.

Aku menutup pintunya dan berjalan ke arah kamarku.

Aku harap malam ini takkan ada sesuatu yang terjadi.

Aku menarik selimutku dan mematikan lampu. Berusaha untuk tidur.

Aku terlelap. Tak ada yang mengganggu.

Aaaaaaaaaaaaa!!!!

Sialan! Kaka berteriak menganggu tidurku. Aku berlari ke kamarnya.

"What happening?"

"Look!"

Ada seorang kakek dan seorang nenek.
Kulitnya keriput. Terus mengeluarkan air liur. Seperti hewan buas yang siap menerkam.

Aku dan Kaka berlari ke luar rumah. Berteriak.

Tak ada yang bangun. Kota macam apa ini? Inikah Inggris? Kota indah bagai tak berpenghuni.

Sunyi. Gelap. Kaka terus memelukku. Dia ketakutan.

"Kau tunggu disini."

Aku menyuruh Kaka untuk tetap berada di luar. Aku akan masuk ke dalam dan berusaha memastikan.

Bola mataku terus berputar ke arah manapun. Memastikan semuanya baik saja. Dinding nya mengeluarkan cairan hijau. Bau busuk. Menjijikan.

Aaaaa!

Aku tertarik ke lantai atas. Melewati atap. Tak menaiki tangga.

Kau tahu? Aku tiba di sebuah kamar.

Ada sebuah bingkai foto besar disana. Orangtua,dua gadis dan tiga laki-laki. Keluarga yang harmonis.

Aku terduduk di lantai memandangi foto tersebut. Berusaha memahami.

Ada keributan. Sepasang suami-istri tersebut sedang bertengkar. Seorang laki-laki masuk.

"Berhentilah!"

Keluarga ini tak seharmonis di foto.

"Kau diam saja! Dasar anak yang bodoh. Hanya dapat memalukan keluarga saja. Mabuk-mabukan. Pemakai. Dasar anak tidak tahu diri! Sudah tahu keuangan menurun. Kau hanya bisa minum-minum dan minum saja. Dasar! Mencuri uang milik orang lain! Kau sudah di bawah pengaruh setan!"

"Diam kau!"

Anak itu mencekik ayahnya. Ibunya hanya berusaha menghentikannya.

"Kau! Ayah tak berguna. Bajingan sekali kau ini. Kau pantas dibunuh!" Anak itu murka.

Aku menangis. Aku takut sekali.

Aku menangis sekeras mungkin. Berharal semua ini hanya mimpi.

Mentari datang. Sinarnya menyilaukan mataku.

Aku berada di tempat tidur. Kaka juga. Seakan tak terjadi apapun semalam. Namun,aku masih ingat betul kejadiannya.

Aku membasuh wajahku. Mataku sembab dan kantung mataku terlihat sangat tebal. Merah dibawah mataku akibat menangis. Aku tak dapat tidur nyenyak.

"Kill him."

Aku menoleh.

"Who are you?"

Aku ketakutan. Sungguh.

"Who's there?"

Aku melihat kearah manapun.

"Cassa,i must go to school,now."

"Bye Ka."

Dia melambaikan tangan. Dia sudah pergi. Setidaknya,Kaka aman.

Aku juga pergi ke sekolah bersama Dianna.

"Hei,bagaimana tidurmu semalam?"

"So badly."

Sampai di sekolah,Justin menyapaku.

"Hai Cassa."

"Hai."

Aku terus berjalan.

"Bagaimana tidurmu?"

"So badly."

"Why?"

Aku menghentikan langkahku.

"Kau mau dengar?"

Dia hanya mengangguk. Aku menarik tangannya dan membawanya ke tempat yang sepi.

"Kau takkan percaya ini,Justin. Tapi adikku dan aku mengalami hal aneh seperti terjatuh sendiri,menabrak dinding,seseorang menarik kakiku,menarikku ke lantai atas tanpa melewati tangga,adikku berbicara sendiri. Ya,ini terlihat seperti mitos ataupun dongeng malam. Tapi kali ini kau harus percaya padaku." Aku meneteskan air mata.

Justin memelukku. Aku menangis dalam pelukannya.

"I'm scaried"

"Tenanglah."

"Kau percaya padaku,kan?"

Dia hanya menatapku dan memegang bahuku.

"Everything will be okay."

Dia menghapus air mataku lalu mengajakku ke kelas.

Kill them.
Kill them.

Kill them.
Kill them.

Suara itu terus terngiang di telingaku. Aku tak dapat mendengarkan penjelasan guru dengan baik. Aku menoleh pelan ke belakang. Melihat. Seperti orang panik. Bibirku terus gemetar. Aku ketakutan.

"Cassanova."

"Cassanova."

Aku terus melirik mencari sumber suara.

"Aww! Kenapa kau menginjak kakiku?"

Dianna memijak kakiku.

"Kau dipanggil Miss Erla."

Aku langsung menoleh ke arah guruku yang sudah memanggilku dari tadi.

"Yes,I'm here."

"Are you okay?"

"Yea,I'm okay." Aku sedikit tersenyum menyembunyikan ketakutanku.

Kill them.
Kill them.

Suara itu terus muncul. Kapan berhentinya?

Aku menutup telingaku. Berteriak.

"STOP PLEASEEE! STOPP,PLEASEEE"

Aku berteriak sambil menangis. Seluruh isi kelas menatapku.

"Are you okay,Cassa?" Miss Erla memegang bahuku.

"Hentikan!!! Stop pleaseee" aku masih menutup telingaku dan menangis.

Enyahlah!


Help [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang