Bagi seorang anak kecil, merupakan sebuah hadiah besar nun berharga ketika mengetahui bahwa ibunya tengah mengandung seorang anak lagi di rahimnya, lebih tepatnya mengandung seorang adik untuk sang anak kecil. Ya, secara mayoritas, anak-anak menginginkan seorang adik untuk bisa diajak bermain—walaupun mereka telah memiliki ‘segudang’ mainan di rumah dan tentu, anak kecil tak akan pernah puas dengan apa yang mereka punya.
Dan arti mayoritas tidaklah sama dengan arti ‘keseluruhan’.
Ada juga anak kecil yang tak suka ketika mengetahui ada seorang anak lagi di rahim ibunya. Kalian tentu tahu, bahwa anak kecil memiliki sikap yang egois, kadang-kadang. Dan keegoisan itu yang menjadikan alasan di balik ketidaksukaan itu. Tentu, umur mereka semakin bertambah dan pengetahuan semakin banyak terasup, apalagi ketika mereka telah duduk pada bangku sekolah. Hingga, mereka mulai berpikir keras—salah satunya berpikir tentang kedatangan seorang adik.
Jika adik datang ke sebuah keluarga dan menjadi anggota keluarga yang baru, secara otomatis perhatian ekstra tertuju padanya. Perhatian kepada sang sulung pun berkurang—faktornya, tak memiliki banyak waktu untuknya karna teralihkan pada sang adik juga menganggap bahwa sang sulung harus diajarkan untuk bersikap lebih dewasa dan mandiri. Maka dari itu, orang tua kadang lengah memperhatikan perasaan sang sulung. Kebanyakan dari mereka, ada yang kurang pintar menjaga sikap keadilan antara sang anak sulung dengan sang anak ‘baru’. Akibatnya, muncul rasa tidak suka dan kebenciaan sang sulung kepada sang adik.
Yang paling parah, ialah ketika sang adik datang ketika sang kakak mulai merasa sensitif.
Para orang tua seharusnya bisa mengambil keputusan yang terbaik tentang keadilan ketika memiliki anak lebih dari satu, jika mereka tidak ingin anak mereka saling membenci satu sama lain. Tentu, tiap orang tua ingin melihat anak-anaknya dapat berelasi satu sama lain dengan akrab, bukan? Selain bahagia, tentu para orang tua jua tak akan repot-repot melerai ketika sang anak mulai menunjukkan gerak-gerik untuk berkelahi secara fisik maupun dengan beradu argumen.
Namun, lain halnya dengan kehidupan sebuah keluarga yang akan kukisahkan.
***
Ketika sang adik lahir sebagai anak kedua keluarga Keynes, Skandar masih berusia tiga tahun. Skandar belum bisa berbicara dengan benar, masih terbata-bata dan memerlukan banyak pengajaran lagi dari kedua orang tuanya. Tentu, seusianya, anak mulai diajarkan oleh orang tuanya, untuk kelangsungan hidupnya sebagai seorang manusia pada umumnya. Well, Skandar sudah bisa berbicara—lebih tepatnya menyerocos tidak jelas—dan mulai menyentuh apapun yang ingin ia kenali. Hal itu setidaknya lebih dari cukup untuk membuat kedua orang tuanya merasa senang.
Namun, beban sang orang tua semakin banyak ketika sang adik hadir. Perhatian yang semula sepenuhnya tertuju kepada Skandar, lambat laun teralihkan kepada Georgie Helen Keynes—nama adiknya—yang hanya bisa menangis. Namun, saat itu, sang kakak tampaknya tak merasa keberatan
—atau ia belum mengerti.
Hingga ketika umur Skandar bertambah empat tahun, ia mulai mengerti dengan keadaan pada sekelilingnya walaupun bukan keseluruhan. Ia pun mulai memperhatikan kedua orang tuanya yang masih memberikan perhatian lebih pada adiknya dan untuk pertama kalinya, rasa alamiah sebuah kekesalan bercampur iri memenuhi hatinya.
Ya, saat itu ialah pertama kalinya ia melakukan sebuah dosa—bukan dosa besar, sih.
Semua manusia tentu pernah merasa iri dan kesal, ‘kan?
Lain halnya dengan figur seorang kakak yang kadangkali digambarkan di film-film, Skandar tampaknya tidak pernah menunjukkan figur seorang kakak kepada Georgie. Dia sering—bahkan tiap hari—membuat Georgie menangis yang secara otomatis mendapatkan teguran dari sang ibu. Skandar sering merebut biskuit coklat adiknya tanpa alih-alih dan lagi-lagi mendapatkan omelan dari kedua orang tuanya. Skandar sering membentak adiknya ketika adiknya membuat kecerobohan padanya dan ia sudah tahu konsekuensi yang akan ia dapat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hate
FanfictionMungkin, selama ini, ia telah melakukan sesuatu yang meyakinkan Georgie bahwa semua yang dilakukannya berdasarkan rasa benci dan sakit hati. Namun, Skandar ‘tak bermaksud begitu, sebenarnya. Jauh di dalam relung hatinya, selalu ada tempat yang spesi...