Chapter 1

69 13 9
                                    

Terdengar suara ketukan pintu di sebuah ruangan. Detik berikutnya, seorang gadis bersurai cokelat gelap dan bertopi merah masuk dan mendekati pria paruh baya yang ada didepan ruangan. Ia sedikit membungkuk dan mengulas senyum dibibirnya. Gadis itu berjalan mendekati salah satu temannya.

"Kenapa kau terlambat, nona Riko?"
"Maaf, dosen Hideki. Saya bangun kesiangan." Gadis itu kembali membungkuk.
"Kali ini kumaafkan, kau bisa duduk."
"Terima kasih," ucapnya lalu mendekati sebuah kursi kosong dan duduk disana.

Seorang pria bermata sipit memperhatikan gadis itu sedari tadi. Sesekali, ia mengetuk-ngetuk kecil mejanya dengan pulpen yang ada ditangan pria itu.

"Tumben, dia terlambat."
"Biasanya dia berangkat paling awal," bisiknya lagi.
"Tuan Hajime?"
"Ah, ya?" tanya pria itu.
"Apa kau mendengarkanku?"

Akihiko mengangguk kecil. Ia membenarkan posisi duduknya. Akihiko adalah teman kuliah Katsumi. Ia adalah salah satu orang yang dekat dengan Katsumi. Kenapa salah satu? Karena Katsumi adalah gadis baik dan ramah, membuatnya memiliki banyak teman. Tidak hanya dilingkungan kampusnya, tetapi dilingkungan luar kampus juga.

"Baiklah, kita lanjutkan."

***

Seorang pria berhidung mancung sedari tadi memperhatikan Katsumi yang sibuk dengan tugas kuliahnya. Ia tersenyum tipis lalu mendekati Katsumi. Katsumi masih tidak menyadari pria berseragam barista yang kini tengah memperhatikannya disampingnya.

"Kau sedang mengerjakan tugasmu?"

Katsumi mengalihkan pandangannya pada sang pemilik suara. Ia mengangguk pelan lalu melemparkan senyum pada pria bernama Masashi itu.

"Boleh kutemani?" tanya Masashi.
"Tak masalah." Katsumi tersenyum lebar.

Masashi menarik salah satu kursi didekat Katsumi. Ia duduk berseberangan dengan Katsumi.

"Apa kau seorang barista disini?" tanya Katsumi.
"Ya, aku barista sekaligus pemilik café ini."
"Benarkah? Kau hebat, sudah menjadi pengusaha dimasa mudamu." Katsumi memuji Masashi yang sekarang tengah tertawa kecil.
"Aku hanya meneruskan usaha ayahku, juga karena aku mencintai kopi."
"Kalau boleh tahu, siapa namamu?" tanya Masashi.
"Katsumi Riko, senang bertemu denganmu!" ujarnya.
"Aku Masashi Ryota, senang bertemu denganmu juga." Masashi tersenyum.
"Kulihat, kau kuliah di jurusan teknik."
"Ya, aku kuliah dijurusan teknik industri." Katsumi menjawab.
"Kau gadis pintar," puji Masashi.
"Ah, kau terlalu berlebihan. Aku tidak sepintar yang kau bayangkan," ujar Katsumi.
"Mana ada seorang gadis yang masuk jurusan teknik itu tidak pintar? Paling tidak, dia bisa mengimbangi kemampuan lelaki yang masuk dijurusan yang sama." Masashi melemparkan senyumnya pada gadis yang ada dihadapannya.

Sejenak, suasana menjadi hening. Tak ada pembicaraan diantara mereka. Masashi menatap lekat gadis yang ada dihadapannya. Ia mengagumi Katsumi sejak gadis itu menjadi pelanggan di café miliknya. Menurutnya, Katsumi sangat menarik perhatiannya. Katsumi sering berkunjung dengan temannya. Disaat yang lain cuek dengan pegawainya, namun tidak dengan gadis bersurai hitam legam itu.

"Dia sangat cantik," batin Masashi.
"Ada apa?" tanya Katsumi membuyarkan lamunan Masashi.
"Tidak apa, Katsumi. Aku tinggal sebentar, aku harus menyuruh temanku membuat adonan dessert." Masashi bangkit dari duduknya lalu berjalan menuju dapur.

Di dapur, terlihat seorang pria berwajah tegas tengah membuat sebuah kue. Ia menambahkan cokelat dan gula halus diatas kue. Pria itu juga membuat hiasan-hiasan diatas piring. Ia melihat Masashi yang memasuki dapur dengan sudut matanya.

"Masashi?" Pria itu menghentikan aktivitasnya.
"Kulihat kau baru saja berbicara dengan seorang gadis, siapa dia?" tanya Ichio.
"Tadi? Dia pelanggan kita, dia sangat cantik." Masashi menyibakan rambutnya.
"Ah, ya. Jangan lupa buat adonan chocolate husky," sambung Masashi.
"Baiklah, tuan Ryota." Ichio terkekeh kecil.
"Aku tidak suka dipanggil tuan, Ichio." Masashi mendengus.

Ichio berjalan ke luar. Ia membereskan meja dan kursi disana. Hingga matanya tertuju pada Katsumi yang tengah memandangi peta negara Jerman. Ia mendekati gadis itu. Tiba-tiba, Katsumi melemparkan pandangannya pada Ichio, membuat Ichio salah tingkah.

"Kau Katsumi?" tanya Ichio yang dibalas anggukan oleh Katsumi.
"Aku Ichio, senang berkenalan denganmu." Lelaki itu ikut menatap peta negara Jerman yang terpasang ditembok.
"Kau ingin ke sana?" tanya Ichio.
"Aku sangat ingin ke sana...Melanjutkan studiku disana," jawab Katsumi.
"Kau pasti bisa!" sahut Ichio dengan senyum merekah dibibirnya.
"Terima kasih atas semangat yang kau berikan," ujar Katsumi.
Ichio mengangguk seraya tersenyum pada Katsumi, "Aku harus kembali ke dalam, sampai bertemu dilain waktu!"


***

Katsumi mengayuh pedal sepedanya. Ia terus melaju hingga didepan sebuah rumah. Katsumi memarkirkan sepedanya disamping rumah dan berjalan masuk.

"Aku pulang!" ucap Katsumi sembari meletakan sepatunya pada rak.

Seorang wanita paruh baya menyambutnya dengan senyuman. Wanita itu menaruh benang dan jarum rajutnya diatas meja lalu menghampiri putri kesayangannya. Ia menyibakan poni putrinya yang menutupi wajah Katsumi.

"Bagaimana kuliahmu?" tanya sang ibu.
"Aku terlambat masuk kelas tadi," jawabnya.
"Lain kali, selesaikan tugasmu sepulang kuliah. Jangan kau kebut saat malam hari seperti kemarin, kau jadi terlambat." Ibu Katsumi menasihati putrinya.
"Hmm...Aku akan mengerjakannya sesudah mandi," tuturnya.
"Mandilah, jangan lupa makan siang."

***

Katsumi memandangi buku-buku kuliahnya dan beralih memandangi ibunya. Sebuah pikiran terlintas dikepalanya. Bagaimana jika ibunya tidak menyetujuinya pergi ke Jerman? Bagaimana jika ibunya melarangnya? Bagaimana jika dia tidak punya biaya untuk pegi ke Jerman? Ia mengumpulkan keberaniannya untuk angkat bicara soal keinginan terbesarnya ini.

"Ibu," panggil Katsumi.
"Ada apa, Sayang?"
"Aku ingin melanjutkan kuliahku di Jerman," ucapnya.
"Kuliah di Jerman?"
.
.
.
.
.
To be continued

Note: Hai~ Roar is here ^^ gue dapet update minggu pertama -.- this is a special story for clover's readers. Biasanya gue bikin fanfict, tapi berhubung gue ga bisa bikin fanfict yang panjang *padahal ini juga ga panjang -.-* cerita ini ga mengedepankan romance sih. Maafin gue kalo kebanyakan cuap-cuap, kalo udah begini sering khilaf :v makasih udah baca cerita absurd gue -.- Thanks for reading ❤ Jangan lupa Vomment ^^

DreamsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang