This is exactly who I am

154 14 4
                                    

"KAU HANYA PEMBAWA MASALAH, BISAKAH KAU MENJADI ANAK YANG BERGUNA"
"PERGILAH BEKERJA, JANGAN HANYA BERMAIN DENGAN GITAR DAN KERTAS-KERTAS BODOHMU ITU"
"KAU HANYA PEMBAWA SIAL "
"PEMBUAT ONAR"
"SUARA YANG SANGAT JELEK, SEBAIKNYA HENTIKAN ATAU KAU HANYA MERUSAK TELINGA SEMUA ORANG DISINI"
"HAI NERD"
"IDIOT, KAU TAK PANTAS BERGAUL DENGAN KAMI"

Hanya teriakan-teriakan itu yang setiap hari aku dengarkan.entah dari keluargaku maupun dari temanku disekolah. Aku benci orang tuaku , aku benci kakakku, aku benci hidupku, dan aku benci dengan takdir yang membuatku lahir dan hidup ditengah-tengah keluargaku. Mengapa aku dilahirkan jika hanya dianggap 'pembawa sial' ' pembuat onar' 'tak berguna'. Aku benci dengan Tuhan yang telah membuatku hadir di tengah-tengah kehidupan sial ini. Aku benci dipandang sebelah mata oleh semua orang.Tak pernahkah mereka berfikir jika akupun sangat tersiksa seperti ini. Berpenampilan apa adanya , tak modis. Gigi berbehel besar tak pernah memakai gel rambut seperti teman-teman lelaki ku yang lain -salah mereka tak pernah menganggapku teman hanya sebagian kecil dari teman sekolahku yang menganggapku benar-benar teman. Apa salahnya jika aku menjadi diriku sendiri? Haruskah mengikuti orang lain? Apakah sudah menjadi ketetapan di Negara ini 'Bahwa kau harus mengikuti orang lain supaya kau bisa bersosialisasi dengan baik di masyarakat' kurasa selama aku belajar tak ada peraturan semacam itu. Andai aku bisa, Akan aku tunjukkan pada mereka kalau aku bisa menjadi seseorang yang pantas untuk dipandang.

***

Aku Mattew David Moris, aku punya dua kakak yang mungkin tak pernah menganggapku sebagai adik -Josh dan John. Ayahku Blake dan ibuku bernama Tawny. Keluargaku bukanlah keluarga berkecukupan tadinya sebelum perusahaan Ayahku bangkrut. Kami tinggal disebuah rumah kecil didaerah terpencil kota New york . Ayahku hanya seorang kuli bangunan dan Ibuku hanya seorang penjual kue. Sudah menjadi sejarah jika Anak bungsu akan menjadi bulan-bulanan kakaknya . itulah yang aku alami selama 14 tahun ini , aku sering dijadikaan kambing hitam oleh kedua kakakku dan hasilnya aku sering menjadi objek omelan kedua orang tuaku. Aku hanya diam selama ini , toh jika aku melawan tak akan membuatku dipandang oleh mereka. Aku selalu dianggap 'pembawa sial' oleh keluargaku hanya karena aku yang lahir tepat disaat Perusahaan Ayahku gulung tikar alias bangkrut. Namun aku masih bersyukur karena aku mempunyai seorang sepupu yang peduli denganku -Mars seorang Rappper dan dancer hip-hop jalanan. Dia berumur 19 tahun berbeda 5 tahun denganku saat ini, rumahnya tak terlalu jauh dari tempat tinggalku. Aku lebih sering menghabiskan waktu dengan sepupuku daripada dengan keluargaku. Untuk apa aku bersama mereka jika merekapun tak peduli denganku. Semenjak aku berumur 5 tahun aku sudah tertarik dengan dunia Hip-hop dan Rap, kerena aku sering ikut Mars yang berlatih hip-hop bersama kelompoknya ataupun saat Mars sibuk menulis musik Rapnya, Mars bahkan sering mengajariku saat aku bilang mulai tertarik dengan Hip-hop dan Rap. Mars sering memberiku hasil musiknya mulai mendengarkan ketukan musiknya dan aku mulai menulis musik Rapku sendiri. Jika dirumah aku selalu mengurung diri dikamar dan mulai menulis sembari memainkan gitar butut Mars yang diberikannya untukku.
"cepat singkirkan gitar bodohmu itu dan turun jika kau masih ingin makan" Ibuku muncul dari balik pintu kamar kecilku. Tanpa berkata apapun lagi, ia berbalik pergi.urgghh... aku benci hidupku

***

"wow, lihat siapa yang baru datang" lihtlah baru saja aku menginjakkan kakiku dikelas aku sudah disambut dengan tatapan mengejejek Alex dan teman-temannya. Aku bingung dengan mereka yang selalu memperlakukanku seakan aku musuhnya padahal setahuku aku tak pernah mencari masalah dengannya.
"kau tak menganti pakain lusuhmu lagi huh?"
"lihatlah sepatunya"
"lihat behel besarnya itu, sungguh tak modis"
"sebaiknya kau tak bersekolah disini"
Aku terus berjalan kearah mejaku yang jauh dibelakang kelas ini tanpa menghiraukan ejekan mereka , sudah biasa bagiku mendengarkan semua ucapan yang dilontarkan mereka untukku. Toh disini aku hanya ingin belajar tak ada gunanya aku mendengarkan ucapan mereka. Mereka hanya tak tahu siapa aku.
"Hei kau tak dengar kata-kata kami" Alex sang ketua dari anak-anak itu mencegah jalaku . kutatap dia yang saat ini menatapku tajam. Ish dia kira aku akan takut dengan tatapan badutnya itu.
"aku tak ada masalah denganmu" kulewati dia dengan sedikit membenturkan pelan bahuku padanya. Belum sampai 2 langkah bahuku dihempaskan kasar oleh seseorang sampai aku terjatuh siapa lagi kalau bukan si Alex.
"Beraninya kau " dicekalnya kerak bajuku kasar . sedangkan aku tetap menatap acuh . membuatnya geram seperti saat ini menyenangkan juga ternyata. Lihatlah wajahnya yang terlihat semakin tua itu, kalau dilihat-lihat lebih manis aku dibanding dengan si tua Alex, aku jadi tersenyum sendiri membayangkan wajah tua Alex pasti sangat jelek sekali. Bodoh memang , disaat seperti ini aku malah berfikir yang tidak-tidak
" KAU. kenapa kau senyum seperti itu , kau menantangku huh" Alex siap melayangkan kepalan tangannya ke wajahku, dan aku hanya bisa memejamkan mata berdo'a. Membebaskan diripun aku tak bisa. woah gawat bisa rusak nih mukaku , bakal sama dong mukaku dan muka Alex nantinya, aduh Matt kau bodoh sekali . OH GOD help me! -teriakku dalam hati
"Stop it Alex" woah ternyata cepat juga doaku terkabul. Thanks God
"Carrisa" aku mendengar Alex mengucapkan nama Carrisa dan ia menyingkir dari hadapanku, Carrisa Adee anak dari pemilik sekolah ini , selain itu Ayahnya juga salah satu pengusaha sukses dan sangat berpengaruh di kota ini. Uluran tangan seseorang membuatku mendongak menatap si pemilik tangan itu. Serasa diberi kejutan saat natal aku termangu tak percaya, seorang Carrisa menolong anak sepertiku, sulit dipercaya namun tak urung membuatku menolak nuluran tangan itu, aku menggenggam tangan itu dan mencoba untuk berdiri dengan bantuannya meski kuakui itu tak perlu tapi menolah bantuan orang lain tak baik bukan.
"jangan pernah kau ganggu temanku lagi jika kau tak mau dikeluarkan daari sini" Carrisa mengancam Alex dengan jari telunjuk kanannya menunjuk tepat didepan mata Alex. Woah sungguh semakin sulit dipercaya.
"sejak kapan kau bergaul dengan anak aneh ini ?" mungkin itu bukan sebuah pertanyaan melainkan lebih mengarah ke sebuah ejekan yang hanya dibalas dengan senyum miring dari bibir Carissa
"apa itu penting? Lebih baik aku berteman dengannya daripada dengan orang yang sok berani sepertimu tapi dirumah kau tak pernah lepas dari ketiak Mom mu, berteriak seperti perempua saat kau tak melihat Mom mu disaat kau terbangun dari tidurmu, kenapa tak sekalian ajak Mom mu untuk bersekolah " fakta yang terbongkar , ah kalian pasti akan tertawa terpingkal-pingkal jika melihat wajah pucat pasi Alex, belum lagi ejekan dari teman-temannya . tak kusangka Alex di sekolah sangat berbeda dengan Alek di Rumah. Aku tetap mencoba untuk menahan tawaku agar tidak meledak begitu saja melihat wajah Alex yang semakin pucat seakan tak ada darah yang mengaliir wajahnya itu.
"STOP" Tak ada yang menghiraukan teriakan Alex yang ada semua orang semakin tertawa keras
"AKU BILANG STOP, DAN KAU CARISSA KAU TAK TAU APAPUN TENTANG DIRUKU JADI JANGAN SEMBARANGAN BICARA" jika saja Alex seperti Naga mungkin saat ini dia sudah menyemburkan apinya. Dia ter-li-hat sa-ngat marah.
"KAU YANG HARUS DIAM" carrisa ikut membentak Alex
"dan jauhi Mattew jika kau tak ingin keburukanmu terbongkar" ancam Carrisa lagi kemudian menarik lenganku menuju meja yang selama ini aku tempati dia duduk tepat disebelah mejaku. Setidaknya satu orang telah teratasi untuk saat ini.
"thanks" Carissa membalas dengan senyuman
"tak apa , aku sudah bosan dengan kelakuannya. Lagipula kita berteman kan?" Carrisa sungguh gadis yang baik , aku kira dia gadis yang tak peduli melihat sikapnya selama ini yang terkesan cuek.
"apa kau tak malu untuk berteman dengan orang sepertiku?"
"seperti apa ? kau orangnya baik, manis dan lumayan pintar disekolah. Untuk apa aku malu" blusshh... kurasa pipimu akan memerah kali ini .Carrisa terkikik pelan melihatku yang memalingkan muka malu
Aku balas tersenyum "yah, kita berteman"

Flyin HIGH (Short Story )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang