First

48 7 2
                                    

"Dihh, lo marah Al?" tanya Raina dengan mensejajarkan langkahannya dengan Albert.

"Enggak lah, bukan gue banget ngambekan," ujar Albert tak terima.

"Bukan elo? Berarti orang lain dong," ujar Raina nyengir.

"Lo lama-lama kaya' Nana deh, sumpah," ujar Albert. "Dih, bandingin gue sama Nana, jelas lebih baik dan cantik gue dong dari pada Nana," ujar Raina berbangga diri.

Saat melihat jalanan itu sepi, Raina berniat berjalan mendekati tengah jalan, tetapi tak berapa lama tiba-tiba ada motor ninja mengebut di jalanan sepi itu, dan membuat Raina tergelonjak hampir tertabrak.

"Hey, biasa aja dong bawa motornya! Kalau ketumbur gue gimana? Lo mau nanggung biaya rumah sakit buat gue?" Protes Raina dan membuat pengendara motor ninja itu berhenti.

"Lo gila?" ujar cowok tersebut tanpa merasa bersalah.

"Apa kata lo, gue gila? Maaf ya mas gue masih waras," protes Raina.

"Kalo lo waras, ngapain lo jalan di tengah jalan kayak gitu?" ujar cowok itu.

"Ngeselin banget lo, jelas-jelas lo ngebut-ngebut dijalan, lo enggak liat disini jalanan sepi cuma ada lo doang yang naik motor ngebut-ngebut," kesal Raina.

"Arrgghhh, cewek emang ngeribetin" ujar cowok itu dengan geramnya sambil mengacak acak rambutnya sendiri dan setelah itu ia langsung pergi saja tidak memperdulikan Raina yang sudah terbalut emosi.

"Gila tuh cowok, bukannya minta maaf malah pergi gitu aja, cowok apa bukan sih," omel Raina.

"Sudahlah Rain, gausah diladeni orang kaya' gitu," ujar Albert dan langsung menarik Raina ke pinggir.
"Lo juga sih, jalan di tengah" sambung Albert.

"Tapi dia yang salah duluan, di jalan sepi main ngebut-ngebutan, dikiranya ini jalan nenek moyang nya apa?" balas Raina tak mau kalah.

"Udah-udah, lo marah-marah mulu entar lo cepet tua, baru tau rasa."

"Gila lo, nyumpahi gue cepet tua? Tega bener, gue adui ke tante Sintya baru tau rasa lo," omel Raina.

"Wih, aduin aja kalau bisa, lo juga salah, palingan gue disuruh jaga lo lebih ketat lagi," ujar Albert.

"Argh, malangnya nasib gue yaa tuhan... Kenapa enggak ada yang berpihak ke Raina?" ujar Raina dengan memasang raut wajah memelas dan sedikit menatap ke arah Albert.

"Gue gak suka dijagai mulu, gue ini udah gede bukan bocah kecil lagi," ujar Raina tak terima.

"Baiklah, kalau lo enggak mau gue jagai lagi itu gampang, tapi siap-siap sampe rumah kena omel lu," ujar Albert memasang muka misteriusnya.

Raina mulai memicingkan matanya curiga "Bunda enggak mungkin ngomeli gue" ujar Raina tak peduli.

"Bukan bunda elah," ujar Albert sambil memutar mata.

"Terus?" tanya Raina tak tau.

"Kakak lo lah, kakak lo itu nugasi gue buat jagai adik kesayangannya itu," ujar Albert dan berjalan lebih cepat dibanding Raina.

"Bener juga sih... kakak kalau udah marah bisa perang dunia kedua nih," batin Raina

"Al, tunggu elah, iya deh, gue juga gak mau bikin kakak marah, serem," ujar Raina bergidik ngeri dan mensejajarkan langkahannya dengan Albert kembali.

                              ***

"Lo duluan aja sana masuk rumah, gue tunggui," usul Albert.

"Enggak usah ditunggui juga kali, gue gak bakal kabur," balas Raina merasa tak terima.

"Pokoknya gue harus liat lo sudah aman dengan masuk ke dalam rumah, enggak pake penolakan," titah Albert

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 16, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Strange TasteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang