prolog

9.4K 228 16
                                    

Asrama Sky Artata.

Gadis itu pertama kalinya menginjakkan kakinya disana. Kedua orang tuanya, memindahkan dirinya ke asrama itu. Katanya, asrama itu sangat bagus sekali. Dari kebanyakan muridnya adalah anak kolega bisnis. Jefa adalah anak dari Chandra dan Safira. Kedua orang tuanya, sangat terkenal dengan bisnis berlian negara.

Sejujurnya, dia sudah menolak mentah-mentah tawaran kedua orang tuanya untuk pindah ke asrama itu. Namun, itu nyatanya bukan sebuah tawaran, tapi sebuah paksaan. Dan jadilah sekarang, ia kini menatap sebuah bangunan model Belanda yang masih terawat hingga sekarang.

Halamannya, sangat terawat dan sangat asri. Hanya ada dedaunan kering yang berjatuhan disana. Kedua orang tuanya mendekati gadis itu. Chandra memegang pundak Jefa. Ia tau, bahwa anaknya tak mau dipindahkan ke tempat itu. Tapi apa daya, karena sibuk dengan bisnisnya sampai-sampai melupakan anaknya dirumah.

"Papa yakin, kamu bakalan betah disini," Ucap Chandra dengan yakin.

Jefa mengalihkan pandangannya ke sang papa, "kenapa papa seyakin itu?" Tanyanya.

"Karena didalam, ada sahabat kecilmu sayang." jawab Safira mengelus kepala jefa.

Sahabat kecil? Bahkan ia tak ingat, siapa sahabat kecilnya. bisa dibilang, Jefa banyak memiliki sahabat kecil. Tapi sekarang, tak ada satupun yang berteman dengannya karena jefa terlalu cuek.

"Ayo, kita masuk," Jefa mengangguk dan menarik kopernya.

Mereka semua berjalan menelusuri lorong yang sepi. Memang proses pembelajaran sedang berlangsung. Jadi tak ada satupun, siswa atau siswi pun yang berlalu-lalang disana.

Berhentilah mereka disebuah ruangan yang bertuliskan 'Kepala Asrama'. Chandra mengetuk pintu berwarna coklat dan menunggu penghuni dalamnya membolehkan dirinya masuk.

"Silahkan masuk," ucapannya dari dalam, namun bisa terdengar dari luar.

Jefa berserta kedua orang tuanya pun masuk kedalam ruangan itu. Ruangan itu masih terlihat seperti bangunan Belanda yang terawat. Wanita yang duduk disebuah kursi pun tersenyum kearah mereka.

"Silahkan duduk," mereka pun duduk disebuah sofa yang berada diruangan itu. Pandangan Jefa beralih melihat sekitar ruangan itu.

Bangunan tua, identik dengan hal mistis. Begitulah yang Jefa rasakan, ia sangat takut mengenai hal itu. Saat dirumah pun, Jefa tak bisa sendiri. Ia selalu meminta bibinya untuk tidur bersamanya dikala mimpi buruk.

"Apa ini yang bernama Jefa Sharoon Chandra, mr Chandra?"

"Ya, dia Putri saya yang kebetulan ingin masuk sini,"

Jefa hanya mendelik. 'kebetulan ingin', tolong tepis kata-kata itu. Gadis itu dipaksa dan hanya menuruti keinginan sang papa. Dari pada membatah dan berdebat sama saja, ujung-ujungnya terjebak disini juga.

"Iya," balas Jefa dengan singkat bahkan gadis itu mengucapkan kata itu dengan cepat.

Chandra melirik arlojinya yang terpasang dipergelangan tangannya. Pukul 8 pagi, dua jam lagi ia akan mendatangi meeting penting di kota. Jarak tempuh dari kota ke asrama itu sangat jauh.

"Jefa, papa dan Mama tidak bisa lama-lama karena ada meeting penting." Ucapnya. "Saya mohon pada Anda Mrs shera, bimbing Jefa." Lanjutnya.

ASRAMA BERDARAH [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang