2- sebuah coklat.

5.3K 158 16
                                    

Setelah Elzan memberitahu tentang kematian mantan kekasihnya itu. Nakula hanya diam saja, tak merespon dengan kesedihan ataupun kepanikan. Membuat jefa geram, yang baru melihat sahabat kecilnya menjadi seperti ini.

"Kesana lah, setidaknya melihat Clara untuk terakhir kalinya sebelum diotopsi," jelas Elzan yang berdiri diambang pintu depan kamar Nakula. Dibelakangnya juga ada kenzo dan Jefa.

Nakula memejamkan matanya, menahan emosinya yang meluap. Bisa saja ia menonjok atau menghabisi sahabatnya itu. Tapi Nakula masih menghargainya sebagai seorang sahabat.

"DIAM! DAN KELUARLAH!"

Elzan menghela nafasnya. Nakula yang dulu dikenal ramah dan care, kini berubah. Semenjak Kematian orang tuanya. Nakula menjadi pendiam dan suka mengurung diri didalam kamar. Pamannya juga mendidik dengan cara yang keras dan merubah sifatnya yang penyabar menjadi emosian.

"Yang penting, gue udah beritahu Lo!" Elzan pun pergi meninggalkan kamar cowok bersifat dingin itu bersama dengan Kenzo. Sedangkan Jefa, gadis itu mencoba untuk masuk kedalam Nakula.

"Nakula, kamu kenapa?"

Nakula meliriknya dengan tajam. Tatapan mata itu, baru pertama kali Jefa lihat. Dulu, Nakula sangat anti melemparkan pandangan itu pada jefa, karena dulu ia gadis yang cengeng.

"Keluar!" Nakula mengucapkan dengan nada dingin tanpa emosi sedikit pun pada gadis itu.

Bukanya keluar, Jefa terlebih mendekati cowok beralis tebal itu. "Kamu berubah, apa yang membuat kamu seperti ini. Berikan aku alasannya?"

Nakula mendorong pelan Jefa agar gadis itu keluar dari kamarnya. Nakula malas untuk memberitahu mengapa ia berubah. Setelah berhasil mengusir jefa dari kamarnya, ia pun mengunci rapat pintu kamarnya.

Nakula merebahkan dirinya di kasur. Pandangannya mengarah ke langit-langit kamarnya. Jefa kembali lagi, sahabat kecilnya yang cengeng dengan beraninya masuk begitu saja ke zona amannya.

"Kamu jangan lemah, luka ini tak seberapa. Banyak yang senang melihat keluargamu menderita, apalagi Chandra dan aliandra."

Luka cambukan ditubuhnya akibat sang Paman memukulnya tanpa sebab. Reno bilang kepada  keponakannya, kalau kedua orang tuanya meninggal karena Chandra dan aliandra. Aliandra adalah ayah dari Elzan.

"Kamu tau, mereka merencanakan hal buruk pada keluargamu. Untung saja, kau aku selamatkan. Balas lah perbuatan mereka, anggap saja itu balasan untuk kekejiannya,"

Nakula kecil pun tak tau tentang semuanya. Apa benar yang membunuh orang tuanya, papa dari Jefa dan Elzan? Setaunya, Kenan-- papanya, sangat akrab sekali dengan keduanya.

Suara ketukan pintu itu membuat lamunnya menjadi buyar. Ia mengalihkan pandangannya kearah pintu. Siapa yang mengetuk pintunya. Nakula pun segera bangkit dan membuka knop pintu itu.

"Aku tau kamu suka coklat, ambil ini, aku punya banyak." Jefa menyerahkan sebatang coklat kesukaan Nakula.

Jefa tau, Nakula dulu gemar sekali membeli coklat di minimarket depan kompleknya. Kadang, cowok beralis tebal itu, membeli tiga Batang, sedangkan Elzan dan Jefa hanya membeli satu Batang saja.

"Ayo, diterima jangan dipandang doang."

"Gak!"

"Harus terima!"

"Gak!"

"Ayolah, sebagai sapaan pertemuan antar sahabat lama."

"Gak!"

Jefa meraih tangan Nakula, dan menyerahkan coklat itu di telapak tangan cowok itu.

"Hanya terima saja, susah sekali. apalagi, aku meminta kamu makan dihadapanku."

Nakula hanya menatap dingin gadis itu. Ternyata sifatnya yang cengeng dan jutek sudah diubah menjadi sifat pemaksa dan juga cerewet. Cowok itu pun langsung menutup pintunya dengan kencang sehingga membuat jefa kaget.

"Ucapin terimakasih kek, atau apa. Ish, bikin geregetan saja," umpatnya gadis itu memilih untuk meninggalkan kamar cowok itu.

Elzan, cowok itu pergi bersama Kenzo katanya ingin latihan basket. Tinggallah Jefa sendirian disana. Rena yang satu rumah padanya, belum juga menunjukkan Batang hidungnya. Dari pada menghabiskan waktunya, lebih baik Jefa menikmati tidurnya yang sempat tertunda.

---

Malam pun tiba. Nakula lega karena malamnya kini tak dipenuhi oleh cerewetan clara. Setelah mendapatkan kabar itu dari Elzan, Nakula memang tampak biasa saja. Karena, Nakula hanya menerima cintanya hanya terpaksa terlebih kasihan menurutnya.

Kematian Clara, ditutup begitu saja oleh pihak asrama  dan keluarga saja. Mereka tak ingin asrama itu tercoreng nama baiknya.

Nakula duduk di kursi meja belajarnya, sambil menatap sebatang coklat yang belum ia sentuh sekalipun. Coklat itu mengingatkannya pada masa kecil. Dimana Nakula, dirawat dengan kasih sayang, bukan disiksa oleh pamannya.

Beruntunglah pamannya membuang dirinya kesini. Tak ada lagi yang namanya luka ditubuhnya. Entah mengapa, pamannya menyuruh Nakula untuk membunuh Chandra maupun aliandra saat usianya beranjak dewasa. satu sisi Nakula ingin membalas dendamnya, namun satu sisi juga Chandra dan aliandra adalah papa dari kedua sahabatnya.

Kecelakaan orang tuanya masih meninggalkan teka-teki. Dirinya masih sangat bimbang. Entah dirinya harus percaya dengan pamannya atau dirinya sendiri yang mengatakan kedua sahabat papanya bukan yang merencanakan kematian itu.

"Ayo kula, makan coklatnya lagi."

Jefa kecil menyuruhnya untuk menghabiskan satu Batang coklat itu lagi. Padahal, ia sudah memakan satu Batang dengan ukuran besar.

"Kasih Elzan saja, aku kenyang." Tolaknya.

Wajah imut Nakula dipenuhi oleh coklat. Jefa lah yang jail, mencolek dan mengoleskan diwajahnya.

"Aku juga kenyang,"

"K-kalian gak mau abisin," Jefa menangis dengan menutup wajahnya dengan menggunakan tangannya.

Bahunya bergetar. Membuat Elzan dan Nakula merasa bersalah sekali. Memang ia sangat kenyang, ditambah gigi mereka sudah sakit.

Nakula melirik kearah elzan, "i-iya, aku sama Elzan abisin punya kamu."

Jefa pun menghapus air matanya dengan tangannya yang dipenuhi coklat. Sehingga wajahnya kini belumuran dengan coklat.

"Hahhaah--" Elzan dan Nakula pun tertawa terbahak-bahak.

"Nakula! Makan malam."

Suara itu terdengar dari luar kamarnya. Siapa lagi kalo bukan Kenzo, yang mengingatkan dirinya agar makan dibawah bersama teman-teman lainnya.

Nakula beranjak dari tempat duduknya. Menaruh coklat itu dikulkas khusus yang ada di kamarnya. Asrama sky Artata, memfasilitasi muridnya dengan kemewahan. Lihat saja, setiap kamar ada sebuah kulkas berukuran kecil.

Cowok itu pun membuka pintunya dan menampakan seorang kenzo. "Ayo, makan udah ditunggu sama yang lain."

---
L

ama banget gak update. Im sorry.

Palingan aku, nulis paling banyak sekitar 1000 kata paling dikit 800an gitu.
Semoga suka ya, kalo ada yang gak paham. Cus komen, nanti aku jawab di kolom komentar.
Buat kalian yang suka, jangan lupa jadinya perpustakaan dan rekomendasikan cerita ini. Makaciwwww

ASRAMA BERDARAH [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang