Apologize

119 3 0
                                    

Author Point of View

Terlihat sesosok pria sedang menatap ponselnya dengan perasaan bingung. Dia mendesah keras ketika melihat ponselnya bergetar dengan terus-menerus. Entah sudah ratusan lebih pesan yang masuk dan ratusan miss called yang membuat ponselnya tidak berhenti untuk bergetar.

Dalam hatinya ia ingin sekali membaca semua pesan itu dan mengangkat panggilan dari seseorang yang bernama 'Luhannie' di kontaknya itu. Tetapi ia mengurungkan niatnya hanya untuk menjaga nama baiknya. Dia bertekad untuk terus menjaga imagenya kepada siapapun. Termasuk Luhannienya, kekasihnya.

"Huft..."

Pria yang bernama Oh Sehun itu menghela nafas lagi hingga cukup terdengar walau di luar sedang turun hujan deras ketika ponselnya sudah tidak bergetar lagi.

Ada perasaan menyesal ketika Luhannya tidak mencoba untuk menghubunginya lagi. Tapi kenapa ia berharap, bukankah ia tidak mau menerima panggilan dari Luhan?

"Menurutmu, aku harus bagaimana?"

Sehun bertanya kepada seekor anjing kecil nan imut yang sedang menggulung dirinya diantara selimut yang hangat. Mata segaris Sehun menatap jendela kamarnya yang terbuka menampakan air hujan yang terus-menerus menghujam bumi.

Otaknya memutar kembali peristiwa yang terjadi pada dirinya sore tadi. Luhan datang ke kampusnya sore tadi hanya karena ingin menanyakan kabar dan membawakan bubble tea kesukaannya. Sehun yang saat itu sedang stres karena tugas kuliahnya yang menumpuk malah memarahi Luhan dan mengusirnya membuat Luhan pergi tanpa sepatah kata pun.

Sehun tahu kalau ini memang salahnya. Tetapi meminta maaf bukanlah stylenya. Selama dua tahun menjalin hubungannya dengan Luhan, setiap ada permasalahan diantara mereka, pasti Luhan lah yang meminta maaf. Sehun tidak akan mau meminta maaf apapun yang terjadi.

"Aku merindukannya"

Anjing imut itu menggonggong kecil ketika ponsel yang tergeletak indah di atas meja dekat lampu tidur bergetar kembali. Namun, hanya sekali. Sehun menatap anjing yang sedang menggerakan ekornya lucu seakan bertanya apakah ia harus membaca pesan yang sudah pasti dari Luhannya itu.

"Haruskah aku membacanya?"

Sehun seakan bertanya kepada kepada anjing yang memiliki bulu putih bersih itu. Tentu, anjingnya tidak menjawab. Orang bodoh mana yang menyangka kalau anjing itu benar-benar mengerti ucapan Sehun yang ambigu itu.

"Baiklah, aku akan membacanya"

Sehun beranjak dari tempat tidurnya dan mengambil ponsel tipis berwarna putih itu. Dari beribu pesan yang masuk, Sehun membuka pesan yang baru saja masuk. Sejenak dia menatap foto Luhan dengan rambut coklatnya yang menunjukkan dua jari di kontaknya. Sehun tersenyum simpul sebelum akhirnya membuka pesan itu.

Senyum manisnya itu tiba-tiba tertarik ke bawah. Kedua alisnya saling bertautan. Perasaan rindunya berganti menjadi perasaan khawatir. Hatinya berkecamuk ketika membaca pesan yang hanya terdiri tiga kata itu.

'Sehunnie, tolong aku'

Tanpa berpikir apa-apa lagi. Sehun meraih jacket kulit di belakang pintu kamarnya, memeriksa saku jacket itu dan berlari keluar kamarnya ketika menemukan kunci mobil di saku jacketnya.

Dadanya bergemuruh, otaknya berupaya berpikir dengan jernih. Dengan satu hentakan pintu megah rumahnya terbuka menampakan jutaan rintik-rintik hujan yang sama sekali belum reda. Matanya menyusuri halaman rumahnya dan menghembuskan nafasnya singkat saat mengetahui bahwa di sana tidak ada apa-apa.

[Oneshot] APOLOGIZEWhere stories live. Discover now