Tuk tuk tuk
Aku melangkahkan kaki ku melintasi lobi sebuah kantor dan berjalan lurus menuju resepsionis kantor tersebut.
"Selamat pagi miss, ada yang bisa saya bantu?" Seorang wanita menyambutku di meja resepsionis dengan senyuman.
"Halo, aku Elena, brand ambassador yg baru ditunjuk oleh perusahaan ini untuk mewakili produk terbarunya. Kemarin aku dihubungi oleh Mr. Smith yg memintaku datang kesini hari ini." Aku berbicara dengan nada datar sambil melepaskan kacamata hitam yang sedari tadi bertengger di hidung mancung ku.
"Oh baiklah miss, saya akan mengeceknya, mohon ditunggu sebentar" si resepsionis segera menelepon seseorang.
Aku melihat pantulan diriku di cermin super besar yg terletak di salah satu dinding lobi tersebut. Well lobi ini cukup mengagumkan, dengan desain minimalis dan elegan, dan sesungguhnya sangat mengintimidasi, semua ornamen di lobi ini meneriakkan kata mahal. Ada jajaran lukisan-lukisan terkenal di salah satu dindingnya.
Untunglah hari ini aku memakai pakaian yg cukup formal. Biasanya aku hanya akan memakaj jeans, loose shirt, flat shoes dan mencepol rambut panjang ku. Hari ini aku sengaja menggunakan palazzo pants berwarna cream, kemeja putih tanpa lengan, stiletto dan mengikat rambutku membentuk pony tail, manajer berkata leher jenjangku keliatan lebih indah dengan tatanan rambut seperti ini. Aku juga menambahkan sedikit make up untuk menyempurnakan tampilanku. Aku harus tampil sempurna untuk project. Ini salah satu pekerjaan yang sangat ku inginkan dan aku berusaha keras untuk mendapatkan audisinya. Asal kau tahu menjadi model tidak semudah yg kau bayangkan, tidak cukup hanya dengan memiliki tampang, karna kau akan segera dilupakan.
"Miss Elena?" Seorang pria dengan suara hangat menyapaku. Dia mengulurkan tangannya ke arahku dan menyalamiku. "Saya smith, yg bertanggung jawab atas project ini. Ayo ikuti saya, saya akan menjelaskannya sambil berjalan" dia berjalan dengan langkah cepat dan lugas
"well, aku Elena" kataku menggerutu sambil cepat-cepat mengikutinya. Dasar, apa dia tidak bisa sedikit berbasa basi. Aku mengikutinya dari belakang, Mr. Smith ternyata cukup tampan, tadi aku membayangkan Mr. Smith sebagai seorang tua pendek dengan kepala botak dan perut buncit. Nyatanya dia cukup tinggi, setinggi diriku 174 cm dengan tambahan hak stiletto setinggi 5cm.
"Saya seharusnya menyambut anda Miss. Tapi kita tidak punya waktu lagi untuk berbasa basi, ada perubahan rencana. Awalnya jadwal hari ini adalah membahas agenda kegiatan dan rencana kita. Tapi tiba-tiba CEO perusahaan ini ingin mengadakan pemotretan percobaan terhadap anda miss. Jadi saat ini saya akan membawa anda ke ruang wardrobe dan make up untuk percobaan ini." Dia menjelaskan dengan cepat.
Pemotretan. Percobaan. Make up. Ganti baju. Tunggu, apa-apaan ini, langkahku seketika terhenti. "bukannya aku telah lolos audisi, aku telah mendapatkannya, kenapa aku harus melalui percobaan lagi?" Tanyaku dengan suara lebih keras dari yg kumaksudkan.
"Maafkan aku miss, tapi keputusan tersebut dapat berubah sewaktu-waktu, tergantung keinginan CEO, karna dia yg terlibat langsung dalam peluncuran produk ini. Dia yang akan menjadi model lelaki dalam produk ini."
Aku menganga mendengar penjelasannya, dan dia disana berdiri dengan senyum tanpa rasa bersalah. Apa-apaan ini. Ini namanya penghinaan. Aku harusnya meninggalkan tempat ini, ini tidak sesuai dengan kesepakatan awal. Brengsek. Tapi aku menginginkan hal ini.
Ting
Pria itu melangkah masuk ke dalam lift. "Ayo miss silahkan masuk. Kalau anda masuk ke dalam lift tandanya anda menyetujui dan akan menuruti semua proses yg harus dilalui. Kalau pintu ini tertutup dan anda tidak berada di dalam sini saya anggap anda merelakan posisi anda untuk wanita lain." Katanya sambil menahan pintu lift, lalu melepaskan tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bite Me
RomanceElena tidak menyangka menjadi model bagi Edward hanyalah jebakan untuk memuluskan keinginannya. Peringatan: cerita ini ditujukan untuk pembaca dewasa