Aku melihat anak anak yang tampak lebih muda, memakai seragam putih merah berbaris dilapangan. Mereka memakai mahkota dari kardus bertuliskan "MOS Siswa tahun 2015/2016"
Aku mengikuti langkah Rika sampai ke Halaman belakang sekolah.
"Riana, sini."
"Apa?"
"Kamu cari namamu di papan pengumuman, dapat ruang kelas berapa kamu."
Papan pengumuman itu dipajang didinding. Papan itu dilindungi kaca, semacam jendela. Aku mencari cari namaku di papan putih itu.
"Ah, kelas aku dapat kelas 8C." seruku.
"Yes kita satu kelas."
***
Aku berjalan mengitari sekolah sambil mengingat ingat letak elas kelas dan ruangan disini. Sekolah ini lumayan besar juga.
Aku melihat kerumunan di dekat toilet perempuan. Disana aku juga melihat seorang pria paruh baya memakai baju PNS.
"Antoni, ini kenapa anak saya Dini bisa jatuh berdarah gini." bentak lelaki itu.
"Tak tau pak, saya kebetulan lewat lihat anak bapak sudah jatuh bersimpah darah." anak itu menjelaskan sambil menunjuk ke dalam toilet.
Sepertinya ada yang aneh. Aku masuk kedalam dan menemukan sebuah botol yang pecah di wastafel. Aku mengambil botol itu dan membaca label yang tertera.
Ini..
Aku tau apa yang terjadi. Aku segera keluar dan menemui anak tadi.
***
"Ayah, aku didorong oleh Putri." anak yang jatuh tadi menunjuk kearah putri sambil memegangi kepalanya yang bocor.
"Putri, lagi lagi kamu cari gara gara sama anak saya, hah! Mau tidak lulus kamu?"
"Ti..tidak pak, bukan saya yang.."
"Jangan banyak alasan, ikut saya keruang BK. Kita buat surat pengeluaranmu dari sekolah."
"Tunggu!" aku berteriak saking paniknya dengan suara guru itu yang menggema. Aku menarik nafas dengan kencang.
"Pak, saya tau siapa pelakunya."
"Apa apaan kamu ini. Jangan ikut campur. Masi anak anak udah sok."
"Dengarkan dulu pak.."
Aku mengambil pecahan botol tadi dari kantong plastik yang memang kubawa dari rumah.
"Anak anda tadi jatuh terkena ini kan."
"Iya." dijawab oleh Dini.
"Lalu, Antoni menemukanya jatuh didekat wastafel ya?"
"Iya." jawabnya dengan yakin.
"Yak, apa yang kamu lakukan ditoilet perempuan, antoni.
Semua melirik kearah Antoni. Ia mulai salah tingkah.
"Ee.. Aku.. kebetulan lewat."
"Kebetulan lewat masuk kedalam ya? Atau kau mengikuti Dini masuk?"
"Lalu kamu dini, apa yang kamu lakukan didalam bersama Antoni."
"Heh anak baru jangan kurang ajar ya!"
"Tunggu pak, karena saya juga menemukan ini di wastafel." aku mengeluarkan botol yang tadi pecah. "Di label botol ini terdapat nama obatnya."
Aku menarik nafas panjang
"Biar kusebut namanya, Misoprostol. Pil penggugur kandungan."
Semua terkejut, saling berbicara satu sama lain
"Pil aborsi kah?"
"Wah jangan jangan Dini..""Obat ini hanya bekerja pada kandungan sebelum usia 12 minggu. Tapi obat ini belum tenty berfungsi pada kandungan." Aku diam sejenak.
"karena itu, kamu meminta antoni untuk datang dan menjelaskan bahwa obat ini tidak bekerja, apa aku salah?."
"SEMUA INI GARA GARA LELAKI SIALAN INI." Dini angkat bicara
"Kalau saja.. Dia tidak melakukan itu."
"Kalau saja dia tetap menerimaku sebagai kekasih aslinya, bukan pacar gelapnya. Kalau saja dia tidak berpacaran dengan putri." Dini mulai menangis.
***
"Wah, Ariana, hebat banget." Rika duduk disampingku."Ah biasa aja, cuma perlu jeli."
Satu kelas mengerubungiku. Mulai memujiku. Aku tidak suka hal itu.
"Ayolah, jangan gitu, kita memang takjub dengan kehebatanmu..."
"...Riana 'Holmes'. Julukannya pas nih."
-----
Hai kawan kawan
Semuga kalian tertarik dengan
Cerita saya yang ini.Bila ada typo maupun kata kata kurang berkenan tolong maafkan, dan..
Saya minta vote nya, mwehehe :)And see ya next week. Gatau hari apa lagi update. Ini saya sengaja cepetin upload takut kelupaan.
"Cuma perlu kejelian." -Ariana
Maafkan error di sebelumnya ya.
![](https://img.wattpad.com/cover/76073096-288-k668726.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mind Lapse
Novela JuvenilApa jadinya, jika seorang remaja yang biasa biasa saja, ternyata mampu memecahkan kasus luar biasa layaknya detektif terkenal? Riana, anak smpn biasa, menjalani kehidupan sehari hari bersama dengan bibinya di apartemen sewaan. Ayahnya menghilang sej...