"Can I hug you for the last time?" tanya Woohyun.
Sunggyu mengangguk dan merentangkan tangannya, senyumnya masih menyejukkan. Woohyun memeluk sunggyu erat, dia benar-benar tak ingin melepaskan Sunggyu kali ini, namun apa daya ini sudah keputusan final mereka.
Cinta yang sudah mereka rajut selama satu tahun ini harus kandas di tengah jalan. Bukan karena orang lain, bukan karena perbedaan, bukan karena pertengkaran, namun karena kesadaran.
Kini mereka sudah sama-sama dewasa, Sunggyu sudah memasuki usia menikah. Keluarganya pun sudah mendesaknya untuk cepat-cepat menikah. Tak jauh beda dengan Woohyun.
Dan mereka tahu bahwa mereka adalah namja, sesama namja yang tak mungkin menikah. Woohyun berusaha menahan air mata, dia benaar-benar takut kehilanggan Sunggyu selama ini. Namun kali ini dia harus menghadapi kenyataan itu.
"Woohyun-ah terimakasih untuk selama ini," ujar Sunggyu sembari mengusap lembut punggung Woohyun. "Aku bahagia, sangat bahagia. Tak pernah sedikitpun aku tak merasa bahagia saat bersamamu."
Woohyun menjawabnya dalam diam dan semakin mengeratkan pelukannya.
Sunggyu melepaskan pelukan mereka. Mata sipitnya membentuk bulan sabit saat tersenyum pada Woohyun, Woohyun membalasnya dengan senyum setengah-setengah. Setengah ingin menangis, namun Woohyun tak ingin terlihat lemah.
"Mau berjalan-jalan malam ini?" tanya woohyun. Sunggyu mengangguk, Woohyun mengaitkan jemarinya pada jemari Sunggyu dan mereka pergi berjalan-jalan di taman.
"Hyung, apakah kau ingat saat pertama kali kita bertemu?" tanya woohyun.
"Ingat, aku menyindirmu karena kau terlalu berisik."
"Aku juga menganggap hyung sangat menyebalkan, bagaimana bisa orang yang baru bertemu sudah memberikan sindiran yang sangat pedas seperti itu."
"Karena kau sangat berisik Nam, apakah kau ingat saat pertama kali kau mengatakan menyukai ku? Aku selalu berfikir itu adalah masa paling indah dalam hidupku. Seorang Nam Woohyun berlutut padaku, dan memintaku menjadi kekasihnya." Sunggyu tersenyum-senyum sendiri saat mengingatnya.
"Nado.. Aku juga sangat bahagia waktu itu saat kau mengatakan iya aku bersedia. Haha terlalu formal,"
"Aku tak pernah berpikir semua akan berakhir secepat ini. A-aku tau kita akan berpisah namun aku tak pernah menyangka akan se-" Sunggyu tak melanjutkan kata-katanya karena saat ini bibirnya sudah ditutup dengan bibir Woohyun.
Woohyun mencium lembut bibir Sunggyu, tangan kanannya membelai lembut pipi namja kesayangannya itu, tangan kirinya memeluk pinggang Sunggyu. Sunggyu memejamkan matanya merasakan ciuman Woohyun, sesekali dia membalas lumatan Woohyun. Saat ciuman mereka mulai panas, Sunggyu mendoroang Woohyun.
"Hentikan, berhenti seperti ini! atau kita akan tetap seperti ini....," kata Sunggyu, nafasnya terengah-engah seperti habis lari. Sunggyu menundukkan kepalanya, Woohyun terlihat bingung dan mencoba memegang tangan Sunggyu namun Sunggyu menepisnya.
"Pergilah, pulanglah. Terimakasih Woohyun-ah," kata Sunggyu tanpa melihat Woohyun dia berlari semakin kencang menjauh dari Woohyun.
Sedangkan Woohyun masih terdiam di tempatnya, bingung akan apa yang terjadi. Berusaha menerima saat Sunggyu pergi, dia sangat ingin mengejarnya namun kakinya tak mau bekerja sama. Jadi Woohyun terdiam lama di tempat.Woohyun berjalan pulang dengan tangisannya yang tak mau berhenti. Setiap detik kenangan bersama Sunggyu selalu terputar kembali di kepalanya. Woohyun ingin melupakannya, karena tau itu yang diinginkan Sunggyu. Namun Woohyun tak sanggup, selama ini hati dan pikirannya hanya untuk Sunggyu dan selamanya hanya untuk Sunggyu.
Berkali-kali Woohyun berusaha menulis pesan untuk Sunggyu yang selalu saja berakhir dengan tersimpan di dalam draft. Woohyun menghela nafas panjang, sudah hampir seminggu dia berpisah dengan Sunggyu. Dan sudah hampir seminggu pula Woohyun tidak berhubungan dengan Sunggyu.
Sunggyu yang memintanya, agar Woohyun tak lagi menghubunginya.********
Ada 12 lantai di kantor ini dan lift hanya 4 mau tak mau jika Woohyun dan Sunggyu punya jadwal yang sama untuk menghampiri rapat siang ini di lantai 10 mereka pasti akan bertemu. Benar saja, mereka bertemu di ruang rapat itu. Mata woohyun tak bisa lepas dari sunggyu, namun sunggyu sama sekali tak menoleh atu melihat woohyun. Bahkan saat woohyun menyapanya tadi, sunggyu hanya diam saja.
Woohyun melihat sunggyu yang pura-pura sibuk ikut terjun dalam diskusi yang sebenarnya woohyun tau itu hanya pengalihan agar sunggyu tidak melihat woohyun. Sampai rapat itu selesai sunggyu benar-benar tidak menoleh ke arah woohyun sama sekali.
"Hyung, tunggu aku," teriak Woohyun. Sedikit berlari di lorong kantor yang sempit, bunyi sepatunya menggema di seluruh lorong. Sunggyu tenang saja, dan melanjutkan perjalanan.
"Ku bilang tunggu aku," kata Woohyun kesal sembari menarik bahu Sunggyu.
Sunggyu berbalik dan menatap Woohyun datar, "ada apa Woohyun-ssi?"
Woohyun menghela nafas panjang, dirinya benar-benar kesal saat ini.
"Bisakah kau bersikap biasa saja?" tanya Woohyun.
"Apanya? Aku sudah bersikap biasa saja. Dan, oh ya, aku atasanmu kau seharusnya memanggilku tuan sunggyu,"
Woohyun mengernyitkan alisnya. Sunggyu benar-benar sudah berubah.
"Terserah kau saja tuan Sunggyu."
Woohyun pergi meninggalkan Sunggyu, kali ini terbalik Sunggyu yang hanya menatap punggung Woohyun yang berlalu pergi dengan pandangan sendu.
KAMU SEDANG MEMBACA
CAN I HUG YOU FOR THE LAST TIME?
Fanfiction[ONESHOOT] Terakhir kali aku memeluknya, seseorang yg sangat ku cinta. Aku harus meninggalkannya. Karena kita memiliki jalan takdir yang berbeda - Woohyun