Prolog

147 1 6
                                    


Buku sudah terbit beredar di Gramedia 

Yang berminat bisa WA saya di 0816641454 Dears


Prolog

"Aliya..."

Leksamana seolah tidak percaya kalau wanita yang sekarang tengah berdiri dengan anggun di hadapannya adalah mantannya.

Dirinya sontak mendekat dan memeluknya sesaat kalau tidak diingatkan sepertinya dia masih ingin berlama-lama memeluknya.

Memeluknya seperti yang telah terlewati di waktu lalu, saat dirinya menjadi lelaki yang paling dicintai dan satu-satunya yang bisa menyentuhnya.

Aliya memakai kain satin pas badan berwarna broken white ditutup blazer kotak-kotak merah hitam dan rok pendek hitam selutut.

Sepatu high heel-nya membuat wanita bertubuh langsing tampak semakin tinggi. Rambutnya yang dulu panjang mengombak suka dikuncir sekarang dipotong model bob menampakan leher jenjangnya.

Meskipun bukan mahasiswa lagi seperti sembilan tahun lalu saat mereka bersama sosok Leksamana juga tidak kalah mempesona dengan Aliya.

Leksamana bertubuh tinggi, melebihi postur Aliya yang memakai sepatu tinggi. Tubuh Leksamana tampak ideal dengan tinggi dan berat badan yang proporsional karena menjaganya dengan pola makan sehat dan olah raga teratur.

Menurut pendapat hati Aliya wajah Leksamana juga lebih matang, mungkin saja kematangan yang terbentuk seiring jabatan Leksamana saat ini sebagai seorang manajer IT di perusahaan elektronika multinasional.

Leksamana melepas pelukan setelah diingatkan Aliya kalau mereka sedang di kantor dan harus bersikap profesional.

"Aliyana Rachma apa kabar? Aku tidak menyangka ternyata sekertaris direksi yang baru adalah kamu. Selamat datang Aliya, senang bisa bergabung di perusahaan Globes Elektronik."

Jujur hati Leksamana masih berdegup kencang seperti waktu yang sudah berlalu saat mulai mengenal dirinya dan sempat melewati satu tahun menjadi orang terdekat buat wanita yang masih digenggam tangannya dengan lembut.

Membuat Aliya menjadi kikuk dan salah tingkah. Aliya di hadapannya benar-benar telah menjelma menjadi wanita yang tetap cantik tapi lebih matang, hal itu juga yang membuat Leksamana terpesona sampai saat pertemuan ini walau waktu sembilan tahun memisahkan mereka.

Aliya tidak bisa menyembunyikan semburat merah pipinya yang sudah ber-blash on semakin merona merah menawan.

Bagi Aliya sudah terbaca sangat jelas! Kalau Leksamana bagai melihat sosok yang sangat dirindukan. Tatapan mata Leksamana yang tak berpindah sedikitpun menatapnya dari awal perkenalan membuat Aliya sadar kalau dirinya masih ditempatkan sama di hati Leksmana yang notabene sudah menjadi sang mantan sejak sembilan tahun lalu.

Berdua tersadar ketika pak Robin bagian dari HRD berdeham dan berkata,"Wah sepertinya ada yang masih lama reuniannya nih, Pak Leks dan bu Aliya nostalgianya diteruskan nanti saja ya! Karena saya harus memutari ruangan kantor yang hmmm lumayan luas untuk memperkenalkan bu Aliya ke seluruh karyawan."

"Oh iya, maaf Pak Robin ini benar-benar di luar dugaan saya. Aliya senang sekali bisa ketemu kamu lagi." Wajah Leksmana begitu bersinar.

"Eee iya Leks, eh maaf Pak Leksamana." Aliya mengangguk sopan menjaga untuk tetap bersikap profesionalisme. Jujur dalam hati Aliya pun tak bisa mengingkari tatapan Leksamana yang masih sama seperti sembilan tahun lalu dan hai degup jantungnya juga sepertinta tidak seperti biasanya.

The Second ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang