The Beginning Of Truth

416 50 6
                                    

Note : FF ini ditulis dari hasil imajinasi author sendiri. Jika ada kesamaan cerita itu hanya ketidaksengajaan// Maafkan typo dan eyd yang belum benar.

Jisoo Pov

Sudah sebulan ini aku bangun dipagi hari yang dimana bukan alarm atau sinar matahari yang membangunkanku, melainkan Jeonghan.

Sudah sebulan aku terlepas dari kewajiban untuk membuat sarapan, karena kini Jeonghan yang menggantikanku.

Sudah sebulan aku pulang kerumah dan mendapati Mingyu tengah bersandar dengan nyamannya didada Jeonghan.

Sudah sebulan aku merasa bahwa hidupku hampir sempurna.

Tuhan, terimakasih untuk nikmat bahagia ini. Dan sebagai manusia yang tak luput dari rasa tak puas, maka biarkan aku memohon 1 permintaan lagi pada-Mu, biarkan kebahagiaan ini abadi, dan jagalah kebersamaan kami entah pada saat susah atau pun senang, aku hanya ingin apa yang kunikmati sekarang akan terus selamanya begini.

○○○

Aku, Jeonghan, dan Mingyu kini tengah menikmati sarapan kami. Pagi ini, dan seperti hari-hari sebelumnya, Jeonghan membuatkan kami menu sarapan yang berbeda-beda sesuai dengan yang diminta. Kini aku sedang menikmati salad buahku, Mingyu dengan roti bakar coklat dan smoothies nya, dan Jeonghan dengan onigiri dan shrimp roll nya. Tidak seperti aku yang tak pandai memasak, Jeonghan sungguhlah orang yang kaya akan ide-ide masakan.
Aku merasa tepat untuk akan memperistrinya.

"Aku mau mencicipi saladmu," ujar Jeonghan padaku, aku lantas menggeser mangkukku.

Itulah kebiasaan Jeonghan, ia akan senantiasa mengganggu makanku dengan embel-embel 'mencicipi' yang pada nyatanya akan terus-menerus. Tapi aku sama sekali tidak mempermasalahkan itu, hanya saja itu menjadi kebiasaannya yang lucu bagiku.

Kulihat Mingyu kini tengah mengunyah sembari memperhatikan Jeonghan yang sedang mencicipi saladku.

"Mingyu? Kau juga mau mencicipinya?" Mingyu seketika mengalihkan pandangannya ke arahku, lalu tersenyum tipis sembari menggeleng. Aku hanya membulatkan bibirku sebagai tanggapan.

Jeonghan menggeser mangkukku kembali, tapi ada yang mengganjal saat ini.
Kulihat expresi yang tak enak dari rautnya, lantas aku pun bertanya.

"Sayang, ada apa?"

"Aku tidak mengerti, aku merasa mual lagi."

"Lagi?.. Ini bukan yang pertama?" Tanyaku khawatir. Kulihat Jeonghan kini mulai memijit tipis pelipisnya.

"Sudah dari kemarin, tubuhku merasa tidak enak, kepalaku sedikit pusing, dan merasa mual jika makan sesuatu."

Kurasa Jeonghan sakit, mungkin aku harus mengantarkannya kerumah sakit setelah ini.

"Sayang? Apa tidak sebaiknya kau istirahat sebentar dikamar sekarang? Setelah sarapan dan mengantarkan Mingyu ke sekolah, aku akan membawamu ke dokter."

Jeonghan dengan cepat menggeleng lalu menjawab, "Aku masih ingin menyelesaikan sarapanku, sayang."

Oh baiklah, ternyata ia masih berusaha untuk makan dengan baik.

"Mingyu tidak ingin sekolah kalau mama sakit. Mingyu ikut papa-mama ke dokter ya, pa?" Tanya Mingyu tiba-tiba padaku.

"Tidak, kau harus tetap sekolah, Mingyu, papa tidak ingin kau ketinggalan pelajaran. Lagi pula kau ini kan sudah kelas 2, jadi harus lebih serius belajar."

"Papaa.." kulihat kini Mingyu mulai mengeluarkan raut memelas yang dibuat-buat.

Papa tahu kau khawatir dengan mamamu, tapi tidak untuk meninggalkan pelajaranmu, sayang.

"Papa?"Where stories live. Discover now