Prolog

23 3 1
                                    

Drap.. Drap.. Drap..
"Emy! Kabar baik! Kabar baik!" teriak Unniya.
"Unni? Ada apa?" balas Emilly.
"lihat!" kata Unniya mrnyerahkan sepucuk surat.
"surat? Dari siapa?" tanya Emilly
"RMA!" mata Unniya dengan semangat
"RMA?" kata Emilly terkejut.
"iya! Kami diterima di RMA!" kata Unniya senang.
"benarkah? Ayo kita berkemas! Besok kita akan berangkat!" kata Emilly.
"berangkat? Naik apa?" tanya Unniya
"besok kau akan tau." balas Emilly tersenyum.

Keesokan harinya..
"Unni! Bangun! " kata Emilly membangunkan Unniya
"Emy? Sudah jam berapa?" kata Unniya setengah sadar.
"cepat bangun! Sudah siang!" kata Emilly menggoyangkan badan Unniya "apa?! Siang?! Kenapa kau tidak membangunkanku?!" kata Unniya melompat kaget.
"aku sudah membangunkanmu dari setengah jam yang lalu tau!" kata Emilly.
"gawat! Bagaimana ini?! Bagaimana ini?! Handuk!! Bajuku! Gawat!" kata Unniya berlari.
"Pelan pelan saja.. Kamu sudah berkemas kan?" tanya Emilly.
"Sudah! Aku mandi dulu ya!" kata Unniya berlari masuk ke kamar mandi.
Brak!!!
"hei! Rusak nanti pintunya!" kata Emilly.
"maaf!" teriak Unniya dari dalam kamar mandi.
"haduh anak ini.. Kebiasaan tergesa gesanya tidak berubah.." kata Emilly

Setelah Unniya mandi...
"sudah jam berapa? Kita akan telat! Ayo berangkat!" kata Unniya menarik kopernya.
"baiklah kalau begitu. Ayo kita berangkat!" kata Emilly membuka pintu.
"eh?"
"ada apa, Unni?" tanya Emilly
"katamu sudah siang, kenapa langit masih gelap?" tanya Unniya berjalan keluar
"tentu saja masih gelap. Baru jam 5 pagi." kata Emilly berjalan mendekati Unniya
"apa?! Jam 5 pagi?! Dan kau bilang jam 5 sudah siang?!" kata Unniya marah.
"Habisnya kamu tidak bangun sih. Kalau tidak kita benar benar telat. Rumah kita kan didalam hutan" kata Emilly.
"huh, kamu ini! Semalam aku tidak bisa tidur karena tegang. Sampai tengah malam, aku baru tidur. Lalu membangunkanku terlalu pagi. Aku masih mengantuk. Hoaaamm.." kata Unniya.
"ah, kamu mah. Gak tegang pun bangunnya juga siang. Kamu kira aku gak tau?" kata Emilly menyindir.
"Huh! Emy mah begitu loh!" kata Unniya.
"sudah sudah. Ayo kita berangkat." kata Emilly mengunci pintu..
"kita berangkat naik apa? Tidak ada kendaraan disini." kata Unniya
"tentu saja tidak ada kendaraan. Kamu kira kita orang kaya?" kata Emilly memastikan pintu terkunci lalu menyimpan kuncinya.
"lalu? Kita ke RMA naik apa? Jalan kaki?" kata Unniya.
"menurutmu?" tanya Emilly.
"beneran jalan kaki? Dari sini ke RMA itu jauh." kata Unniya memastikan.
"tebak saja." balas Emilly.
"serius geh.." kata Unniya.
"ini dia!" kata Emilly.
Emilly membaca mantra.. Asruseisisjduaiidjsioaoaowoeifuisisj (mantra ngasal by author wkwkwk)
"yap! Keluarlah bucephalus! Aku memanggilmu!" kata Emilly mengakhiri mantranya.
Lalu keluarlah seekor kuda jantan yang siap untuk ditunggangi.
"Emy? Sekarang kau bisa menyulap kuda?" kata Unniya terkejut.
"ini bukan kuda biasa. Ini adalah bucephalus, Kuda Yang Mulia Alexander." kaya Emilly.
"hah? Siapa itu?" kata Unniya bingung.
"baca sejarah makanyaa.. Cari di mbah google kan bisa. Ketik Yang Mulia Alexander. Begituu..

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Shall we dateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang