Namaku Unniya

8 1 2
                                    

Namaku Unniya, si gadis yang suka berpetualang. Biasa dipanggil Unni oleh sahabatku yang bernama Emilly.

Aku dulunya merupakan anak orang kaya. Semua serba mewah. Setiap hari, aku menaiki mobil lamborgini untuk pergi ke sekolah. Kamarku sangat mewah. Setiap hari ada banyak pelayan yang melayaniku. Setiap minggu aku berenang di kolam renang pribadi dirumah. Perhiasanku srmua terbuat dari emas.

Kakakku Desy, dia kuliah di Inggris. Setiap tahun dia kembali kerumah dan memberiku oleh oleh yang harganya bisa ratusan juta. Tetapi barang itu tak kurawat baik baik. Ketika rusak, kusalahkan para pelayanku.

Hingga suatu hari saat aku berumur 9 tahun, orangtuaku bangkrut. Ayah tertangkap polisi karena kasus korupsi. Semua barang-barang disita, bahkan rumahku pun disita. Ibu mengajakku kabur. Kami berlari menghindari kejaran polisi. Hingga akhirnya kami tertangkap setelah masuk kedalam hutan.
"tolong! Siapapun tolong kami!" teriakku.
"lari.. Cepat lari Unniya."
Mamaku mendorongku menyuruh berlari.
"mama bagaimana?" kataku cemas
"mama sudah tidak kuat lagi. Cepat lari. Mama akan menghalangi mereka." kata mama.
Aku berlari sekuat tenaga.
Mamaku ditembak polisi karena menghalangi mereka mengejarku.

Aku berlari masuk kedalam hutan sambil berteriak minta tolong. Tetapi sayangnya ini didalam hutan, tidak ada yang bisa menolongku. Aku mulai kehabisan nafas, polisi-polisi itu semakin dekat denganku. Aku mulai berpikir, apa sebaiknya aku menyerah saja? Tetapi polisi-polisi itu sepertinya berniat untuk membunuhku. kalau aku menyerahkan diri, pasti aku akan mati ditangan mereka. Tidak! Tidak! Aku tidak mau mati! Aku baru berumur 9 tahun! Aku tidak mau mati diumur yang muda ini!

Tiba-tiba angin mulai berhembus. Cuaca yang tadinya cerah, menjadi berangin. Polisi-polisi itu mengambil jarak denganku, lalu menodongkan pistolnya. AKu sangat ketakutan. Apakah aku akan mati? Kenapa?
"jangan!" kataku
Mereka sudah bersiap menembak.
Tap... Tap..
Seseorang lelaki berjalan ke arahku. Aku berusaha memanggilnya.
"hei! Hei! Tolong aku!" kataku berteriak memanggil lelaki itu.
dia melihat kearahku. aku sangat berharap kalau dia dapat menolongku. Karena dihutan ini sepertinya hanya dia seorang.
Polisi itu merubah arahnya menuju ke lelaki itu.
"Jangan mendekat!" kata polisi itu.
"untuk apa kalian menangkap seorang anak kecil?" kata lelaki itu.
"ini bukan urusanmu! Ayahnya tertangkap kasus korupsi!" kata polisi itu.
"bukankah kalian sudah menangkap ayahnya? Untuk apa kalian menangkap ayahnya?" kata lelaki itu.
"bagaimana kau tahu ayahnya sudah ditangkap?" kata polisi itu terkejut. Mereka saling melihat satu sama lain.
"hei! Tolong aku! Ayahku sudah ditangkap! Ibuku tewas ditembak mereka! Aku tidak bersalah dalam kasus ini!" kataku mencoba menjelaskan ke lelaki itu.
"diam! Anak kecil tahu apa!" kata polisi itu membentakku.
"lepaskan dia!" kata lelaki itu.
"tidak mungkin!" kata polisi itu.

Lelaki itu mengayunkan tangannya. Angin berhembus kencang, daun daum bertebaran. Anehnya, daun daun itu mengarah ke arah polisi-polisi itu. Seperti sihir, polisi-polisi itu terhempas jauh. Aku segera berlari mendekati lelaki itu. Polisi-polisi itu segera berdiri dan bersiap menembak. Sekali lagi, lelaki itu mengayunkan tangannya. Angin berhembus semakin kencang, daun daun bertebaran mengarah ke arah polisi polisi itu. Polisi polisi itu berusaha menembak daun daun itu. Trtapi mereka tidak sanggup menembak daun sebanyak itu. Daun daun itu menggoresi badan mereka, layaknya sebuah pisau. Badan polisi polisi itu bercucuran darah. Mereka berlari kalang kabut.
"siluman!" teriak mereka berlari.

"te.. Terima kasih.." kataku.
"keluargamu sudah tidak ada. Ikutlah ke rumahku." kata lelaki itu.
AKu mengikutinya dari belakang. Sampailah kami disebuah rumah didalam hutan. Sejak saat itu, aku tinggal didalam rumah itu. Berguru dengan lelaki penolongku, belajar sihir dan beladiri, serta mandiri. Walaupun sifat manjaku tidak hilang seluruhnya.

Setelah kesepian selama ini, akhirnya tahun depan, aku menemui temanku. Namanya Emilly. Kami sama-sama mendaftar ke RMA, kami sama-sama sedih Melihat guru meninggal, sama-sama mendapat peninggalan guru.

Tetapi tak kusangka, temanku itu bisa menyukai lelaki yang kusukai. Yang menghianatiku. Emilly, kenapa kau seperti ini? Aku harus membalasnya. aku harus membunuhnya! Aku akan mengulitinya, memotong-motong badannya, dagingnya akan kuberi makan ikan! Selamanya aku tidak dapat memaafkannya!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 04, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Shall we dateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang