(Part 1) Pada Saat Ini, Musim Semi Ini

35 3 1
                                    

"Siapa disana?", teriak seorang prajurit dari menara pengawas Kastil

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Siapa disana?", teriak seorang prajurit dari menara pengawas Kastil.

"Kami pasukan ke-5 dari Provinsi Hize menjawab panggilan Raja Kerajaan Idriz untuk bergabung dengan kontingen Royal Guards", balas seorang pemandu yang terus memegang tali kekang kudanya.

"lalu itu siapa? Pria berjubah itu!", prajurit di menara berteriak lagi. Menunjuk ke arah pria berjubah di atas kuda hitam mengkilat.

" Dia Gubernur Zoltam", teriak si pemandu. Sang Gubernur membuka penutup kepala jubahnya lalu mengangkat pedang untuk memberitahukan identitasnya.

Prajurit di menara memberi hormat lalu menjawab, "kami mohon maaf tuan Gubernur, namun kami diperintah untuk menyegel pintu Kastil untuk siapapun. Kontingen Royal Guards sudah berangkat ke arah perbukitan Amire dan menunggu pasukan logistik yang dipimpin Gubernur Yazimir. Anda diminta untuk menyusul kesana".

Zoltam mengangguk, lalu memerintahkan tentaranya bergerak ke perbukitan Amire. "Jenderal Havi pasti sudah berkemah disana sambil menunggu Yazimir", dia bergumam. Barisan tentara yang berjumlah 30.000 orang itu terus bergerak, jalanan dipenuhi suara langkah kaki yang bergerak seolah serempak dan gesekan baju zirah. Mereka melewati jalan berbatu yang menanjak untuk mencapai area terbuka di perbukitan Amire. Disanalah titik pertemuan untuk berikutnya bergerak bersama Jenderal Havi dan Yazimir.

Menjelang sore pasukan Zoltam sudah tiba di area perkemahan Royal Guards. Gubernur Yazimir, pemimpin pasukan logistik sudah tiba terlebih dahulu dan mendirikan tenda di sisi perkemahan Royal Guards. Dia sudah menyuruh anak buahnya beristirahat, namun dia sendiri masih sibuk memeriksa kesana kemari kereta-kereta yang membawa bahan makanan dan mesiu.

Zoltam segera menuju tenda besar Royal Guards tempat Jenderal Havi berada. Ketika bertemu dia memberi hormat lantas duduk satu meja dengan Havi yang masih memegang cawan araknya. Tak meminum, hanya memainkan arak dengan menggoyang-goyangkan cawannya.

"Akhir-akhir ini kami selalu menghabiskan tahun baru dalam operasi militer. Tahun lalu, kami berada di Alther, sekarang berada di Amire, entah tahun depan berada dimana", Jenderal Havi menuangkan arak ke cawan Gubernur Zoltam sambil berkata dengan raut muka meminta maaf.

"saya mohon maaf, sebagai pimpinan militer tertinggi Kerajaan Idriz, saya tidak bisa melakukannya, tugas ini, bahkan terlalu besar untuk ditangani sendiri oleh Idriz. Apalagi setelah kejatuhan Equestrian. Semua kesempatan menjadi semakin tipis. Terpaksa meminta bantuan tuan yang sangat sibuk"

Memahami maksud lawan bicaranya, Zoltam berkata menenangkan, "saya tidak bermaksud ingin mendengar kata-kata seperti itu dari tuan, jangan terlalu dipikirkan. Saya pun, hanya bertindak untuk melayani Raja Agung Idriz".

Meski dengan kekalahan Faltha dan Equestrian dalam pertempuran Seventh River, sebenarnya Idriz tak perlu terlalu khawatir. Wilayah kekuasaan Idriz yang memiliki kontur pegunungan memiliki keuntungan dalam pertahanan. Bangsa Zeko yang merupakan peranakan bangsa Iblis dengan Manusia memang memiliki kekuatan fisik yang besar, bertubuh kekar, pukulan mematikan, dan persenjataan yang masif. Namun mereka akan kesulitan untuk mendaki perbukitan tempat Kastil-kastil Idriz berada. Mereka juga tak akan mampu bermanuver untuk menghindari tembakan senapan mathlock dan meriam yang tertanam di dinding kastil.

Pada tahun lalu, bangsa Zeko mencoba menyerang Kastil Kestrel dengan 40.000 pasukan termasuk diantara tentara mereka terdapat bangsa Fayrd (setengah manusia, setengah binatang), dan Menos (makhluk bayangan setinggi 10-20 meter yang mampu melepas bola api). Namun dengan kombinasi pasukan Katabiri yang terdiri dari pemanah dan penembak senapan, pasukan Idriz mampu mengusir serbuan itu dengan menimbulkan korban yang cukup besar dipihak penyerang. Setelah itu tak ada lagi tanda-tanda serbuan lanjutan atau bahkan gerakan mengepung.

Jenderal Havi masih memainkan cawan araknya sambil sesekali merenung, sementara zoltam sesekali menuang arak ke cangkirnya lalu meneguknya dengan cepat.

Terdengar bunyi senjata api.

Dekat.

Jenderal Havi mendongak mendengarkan gema tembakan itu, sesaat bertatap mata dengan zoltam, sama-sama terbelalak.

"Mana? Dari arah mana?", Dia bertanya sambil bergegas keluar dari tendanya. Mengarahkan pandangan ke sekitar, mencari jejak asap yang ditimbulkan.

Deputi Gubernur Hize, Kazikagi bergegas mendekat dan menjawab "pasukan patroli terluar menangkap seorang Bangsa Zeko, sepertinya seorang pengintai, dari bukit sebelah sana", menunjuk ke arah bukit batu di sebelah timur markas. Itu persis diantara markas mereka dengan kastil Helliot. Terlihat kepulan asap dari kejauhan. Searah dengan kastil Helliot.

"Apa mungkin..?", Raut Jenderal Hazi mendadak pucat, demikian juga kecemasan ikut melanda Zoltam dan Kazikagi.

"Sial! Itu Helliot!", Zoltam berlari meraih kudanya.

KezagiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang