Festival Naga Angin tahun ini dirayakan dengan sederhana. Terlihat menyerupai pesta rakyat di pedesaan alih-alih sebuah pesta megah bangsawan istana. Musik tradisional melantun pelan mengiringi penduduk yang menari riang dibawah guguran bunga, beberapa mengangkat cawan-cawan untuk bersulang meminum hingga puas arak yang ada di cawannya.
Tahun ini Zoltam memasuki usia 25 tahun.
Meskipun terbilang muda, ia tak menyukai pakaian dengan pernak pernik yang mencolok ataupun kain sutera khas para bangsawan. Kali ini dia hanya memakai jubah serba putih berlengan panjang dengan penutup kepala untuk melapisi pakaian sederhananya, yang juga berwarna putih, yang tampak anggun melapisi tubuhnya. Duduk diantara anak buahnya yang mengenakan pakaian serba mewah untuk merayakan festival, ia menebar senyum memandangi hadirin tanpa banyak bicara. Ia justru terlihat bagaikan seorang pendeta diantara para ksatria yang duduk mengelilinginya.
Namanya adalah Zoltam Hetfield Ha'rva, penerus keluarga Ha'rva penguasa daerah Hize. Kakeknya adalah Izvires Ha'rva, pahlawan terkenal sekaligus bangsawan yang berasal dari Kerajaan Mehdlan. Ia menikahi salah seorang putri Kerajaan Idriz yang kemudian menetap di Provinsi Hize dan menjadi penguasa daerah tersebut. Zoltam mewarisi kekuasaan ayahnya sebagai Gubernur Hize saat usianya baru 20 tahun menggantikan ayahnya yang meninggal secara mendadak karena sakit.
Zoltam memang mahir dalam politik dan taktik perang. Meskipun daerah kekuasaan berupa pegunungan yang terjal, namun ia berhasil meluaskan wilayah ke negeri-negeri sekitarnya. Taktik diplomasinya dan otaknya yang brilian dalam memimpin pasukan dalam pertempuran membuatnya dihormati bahkan oleh musuh-musuhnya.
"Bagaimana pestanya? Apakah membuatmu nyaman?", Zoltam berbisik kepada orang yang duduk di sebelah kanannya. Deputi Gubernur Kazikagi berkata sambil mengangguk, "benar sekali, ini adalah anugerah untuk Hize", lalu sambil tersenyum menuangkan arak ke dalam cawan di tangan Zoltam. Zoltam meminumnya dengan puas, lalu berbisik kepada bangsawan di sebelah kirinya, Tabriz, "ini tak akan kau dapatkan di Ibu Kota". Tabriz pun mengangguk mantap.
"Para Kesatria Hize terkenal karena ketangguhan dan keberaniannya, namun kali ini aku menyadari, bahwa mereka juga polos dan terampil", pandangannya melirik sekumpulan kesatria yang menari riang di sekeliling api unggun.
Bangsawan itu berasal dari Ibu Kota. Mantan Deputi Militer yang saat ini ditempatkan di Hize sebagai Komandan Tentara Garnisun. Biasa dipanggil Tabriz. Dia merupakan putra sulung dari komandan pasukan Kisari Raja Idriz (Royal Guard). Dia dikirim bersama kontingen militer dari ibu kota untuk memperkuat pertahanan dinding Kastel Hize selagi pasukan Zoltam mengembara melakukan peperangan di beberapa daerah.
Pada hari ke enam belas bulan ke tiga biasanya diadakan pesta rakyat yang disebut festival Naga Angin untuk menyambut datangnya musim semi dan mekarnya bunga-bunga. Para kesatria muda Hize menyanyi dengan logat daerah. Semua orang mulai berdiri sambil menepuk-nepuk tangan dan berseru-seru riang di pelataran Kastel Hize. Menikmati kehidupan hari ini.
Angin.. Bagai detak jantung yang tertahan dalam kumpulan kata-kata..
Awan.. Bagai suara yang bergema di dinding masa depan..
Rembulan.. Dalam getaran hati yang mulai goyah namun ia tetap bersinar..
Bintang-bintang.. Bagai air mata yang lembut ia mengalir dalam lintasannya..
Terlihat indah?
Saat aku menaruh mimpi di pinggiran malam berkabut..
Dekat dengan degub hatimu..
Membingungkan..
Namun kata-kata berhenti pada ilusi yang lembut..
Menyembunyikan wajahnya dan terus menyenandungkan lagu yang biasa kita nyanyikan..
Angin.. Menghentikan kata-katanya dan kembali berhembus..
Awan.. Mulai seperti suara yang makin menjauh..
Rembulan.. Memercikkan pantulannya dalam cermin berkabut..
Bintang-bintang.. Pecah dan goyah.. Air mata yang tak mungkin lagi disembunyikan..
Terlihat indah?
Wajah itu..
Saat ku sentuh lembut..
Mimpi seolah genangan es..
Ia mencair saat pagi mencium bibirnya..
KAMU SEDANG MEMBACA
Kezagi
Fantasy"Musim semi, bagai arak memabukkan.. Seperti waktu yang tak menemukan tuannya. Hari ini kita berjalan.. Besok mungkin tergugu di pekuburan.. Semoga langit masih cerah saat aku bangkit berdiri.. Membawa puisi berjumpa keabadian" * * * "Apa? Kastil He...