Prologue

18 2 1
                                    

"Angka diciptakan terdiri dari negatif, 0, dan positif. Angka mengajarkan kita untuk tidak terus menerus berpikir negatif tapi kita juga harus berpikir positif. Jika kau melakukannya dan ternyata yang kau anggap negatif itu positif kau akan menyesalinya. Dan kita tidak boleh terus-terusan berpikir positif. Jika kita melakukan itu dan ternyata hal yang kita anggap positif ternyata negatif kita akan merasa sakit yang mendalam. Karena hidup tidak selamanya sama. Angka juga mengajarkan kita untuk tidak hanya melihat sisi negatif seseorang tetapi juga melihat sisi positifnya. Itulah mengapa saya memberi judul novel ini 'The Meaning of Number'. Sekian pidato yang saya sampaikan. Mohon maaf bila ada kesalahan yang tidak berkenan di hati kalian. Sampai jumpa dan terima kasih." kata perempuan yang berdiri di atas panggung tersebut.

Tepuk tangan dari para penonton terdengar bergemuruh. Sesekali terdengar suara siulan dan sorakan kagum.

Bellvania Fredella, itulah namanya. Berparas cantik, berambut kecoklatan ikal panjang, bermata indah, hidung mancung, dan bertubuh semampai itu adalah kelebihan ciri fisiknya. Tidak hanya itu, dia juga pintar. Dia penulis novel yang cukup terkenal.

Semua orang yang mengetahuinya mengaggap dirinya sempurna namun siapa sangka ternyata di balik kesempurna fisik dan kepandaiannha itu dia memiliki kisah hidup yang selalu mendapat masalah. Dia 'memilih' untuk menyembunyikan semua itu dan menutupinya dengan pandainya tanpa terlihat sedikitpun.

Awalnya kisah keluarganya sempurna dan kisah cintanyapun juga, tapi saat itu dia hanya gadis 'nerd' yang sangat tertutup dan tidak ada yang mengenalnya.
Tapi, semua sudah terlanjur. Dia sudah terkenal dan kehidupannya tidak sebaik dulu.

!#$/^&*()!#$/^&*()

Tok...tok...tok

"Masuk." kata seorang lelaki yang sedang menghadap ke jendela ruang kerjanya.

"Maaf pak mengganggu. Ini ada surat untuk bapak dari Tuan Rendra. Dan ini ada berkas-berkas yang juga harus bapak tanda tangani. Mau saya taruh mana pak?" tanya seorang perempuan yang merupakan sekretaris laki-laki yang masih menghadap jendela itu.

"Taruh meja saja." jawab laki-laki itu.

Perempuan itu menaruhnya di meja dan permisi untuk keluar.

Kevan Agler Pradana, itulah nama laki-laki yang menghadap ke arah jendela. Dia adalah co.CEO perusahaan ternama di daerah tersebut. Siapa CEO nya? Tentu saja ayahnya. Tuan Adhitama Pradana.

Dingin, tampan, berbakat, pintar, berbadan atletis, bermata teduh, dan hidungnya mancung. Perempuan mana yang tidak mendabakan seorang pria seperti dirinya? Tapi, hanya ada satu nama di hatinya. Yaitu cinta pertamanya dan mungkin cinta sejatinya.

NumberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang